Share

95. Tidur Bersama

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-10 15:23:37

Malam itu, Gavin datang membawa apa yang Adrian minta padanya dua jam yang lalu. Ia masuk ke ruang tamu dengan wajah yang terlihat ragu.

“Bagaimana?” tanya Adrian.

“Ini… kontrak yang Bos minta,” ucap Gavin, meletakkannya di meja. Jemarinya sempat menahan map itu sejenak, seakan ingin memastikan Adrian tidak gegabah. “Tapi… aku masih tidak mengerti, kenapa harus ada kontrak seperti ini, Tuan?”

Adrian tidak langsung menjawab. Dia duduk bersandar di kursi, matanya menatap kosong ke meja. “Kau sudah membacanya?” tanyanya pelan.

“Tentu aku membacanya, Tuan. Apa harus dengan cara seperti ini?” tanya Gavin. Sebenarnya bukan dia tidak terima, tapi dia kasihan melihat tuannya.

Adrian mengangguk.

“Tapi Tuan, kontrak ini bisa menghancurkan nama keluarga Tuan. Semua yang sudah Tuan lindungi selama ini… lenyap. Padahal selama bertahun-tahun Tuan sudah mengorbankan banyak hal.” Gavin menatapnya serius, nada suaranya mengandung peringatan. “Tuan yakin tidak akan menyesal?”

Keheningan kembali mengis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
senang membaca
kayaknya nanti Liora akan percaya kalo adrian behadapan sm pamannya deh, entah perkelahian, adu tikam, kecelakaan parah dll.. saat adrian mati2an lindungi Liora disitu jg dihadapi situasi krisis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   105. Milikmu Juga Besar!

    Liora menatap Adrian di cermin. Mata mereka bertemu. Adrian tersenyum. Tak ada ekspresi memaksa di wajahnya, melainkan kenyamanan dan ketenangan.“Ah, maaf. Kamu pasti lelah hari ini sudah seharian jalan-jalan. Aku terlalu banyak menuntut. Terima kasih untuk hari ini.” Adrian mengecup puncak kepala Liora. Ia pun berjalan ke kamar mandi.Liora meneguk ludahnya. Kelembutan pria itu benar-benar tidak pernah dia duga. Bagaimana ia bersikap pada anak remaja yang selama ini dibencinya, membuatnya terlihat sebenarnya dia memang bukan orang jahat.Tak lama kemudian, Adrian keluar dari kamar mandi. Dia sudah mengganti pakaiannya. Kini ia menggunakan piyama yang nyaman.Liora pun beranjak. Ia menghilang ke kamar mandi, untuk mencuci wajahnya. Setelah selesai, ia juga mengganti pakaiannya dengan dress tidur berbahan satin.Saat Liora keluar dari kamar mandi, matanya kembali bertemu dengan Adrian yang duduk di kepala tempat tidur.“Ah, kamu sudah ganti baju. Padahal aku tidak keberatan untuk meng

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   104. Keromantisan Keluarga

    Hari itu menjadi salah satu hari yang menyentuh bagi Liora.Adrian dan Luca juga merasakan sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Kebersamaan yang begitu hangat.Mereka berjalan menyusuri pusat kota, hingga mengelilingi mall paling mewah.Luca sempat mematung menatap toko mainan besar.“Luca? Ada apa?” tanya Liora, yang melihatnya tertinggal di belakang.Luca tersenyum. Dia menggeleng.Adrian melihat Luca dan melirik arah pandangnya. “Kamu ingin membeli mainan?” tanyanya terkekeh pelan.“Bukan, Om. Aku sudah besar. Aku tidak butuh mainan seperti anak-anak lagi. Tapi, aku hanya tidak pernah merasakan yang dirasakan oleh anak itu. Membeli mobil-mobilan dengan ayahnya,” ucap Luca.Adrian dan Liora saling menatap.Untuk pertama kalinya, Adrian merangkul bahu anak remaja itu seakan teman sebayanya. “Kamu ini bicara apa, Luca? Untuk apa membeli mobil mainan seperti itu. Nanti, kalau kamu sudah besar dan sudah lolos izin mengemudi, Om akan membawamu langsung ke showroom mobil d

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   103. Pertemuan Menyesakkan Luca dan Liora

    Adrian merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan. Selama ini dia selalu berusaha melindungi keluarganya. Dia selalu menjadi tameng. Tapi, kali ini dia merasa justru seperti sedang dilindungi. Dia merasa tenang. Tanpa beban. Walau hanya seketika.Liora melepasnya.Adrian mengusap wajahnya. Ia mengatur napas dan kelu di hatinya. Ia memaksa bibirnya untuk tersenyum. “Terima kasih, Liora. Itu sangat berarti untukku. Aku… aku tidak pernah merasa setenang ini,” ucapnya jujur.Liora terdiam. Masih menatapnya. Ia tahu, pasti selama ini yang Adrian lalui juga tidak mudah.“Ah maaf,” ucap Adrian pula mengusap matanya dengan mengangkat bahunya.“Aku mandi dulu. Lalu kita sarapan. Setelah itu aku bersiap-siap menjemput Luca. Dia sangat senang sewaktu aku mengatakan akan menjemputnya dan mempertemukannya denganmu," jelasnya.“Kalau begitu, bersiaplah, sebelum aku berubah pikiran,” ucap Liora dengan sedikit senyum seakan ingin menghibur perasaan Adrian.“Jangan jangan!” ucap Adrian cepat. Dia

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   102. Memeluk Adrian

    “Diam di sana!” teriak Liora dari dalam kamar mandi.Adrian tertawa renyah sambil memegangi perutnya. Dia benar-benar puas mengerjai Liora pagi ini. Padahal dia baru saja bangun.“Liora… Aku ikut masuk…” ucapnya.“Diam, Adrian! Kamu diam di sana! Awas kalau sampai kamu masuk! Aku tidak mengizinkanmu ke rumah ini lagi!” ancam Liora memekik dari dalam.Adrian masih tertawa. Dia bahkan terduduk di lantai, sambil mengusap ekor matanya yang basah.Dari dalam kamar mandi, Liora tiba-tiba terdiam setelah ia membentak dan mengancam Adrian. Ia mendengar tawa Adrian yang begitu lepas. Tiba-tiba saja bibirnya ikut tersenyum walau akhirnya dia menepis rasa lucu yang muncul. Ia tidak pernah mendengar Adrian tertawa selepas itu. Tidak pernah melintas di pikirannya kalau Adrian bisa bercanda.Saat menyiram wajahnya dengan air, Liora menatap dirinya di cermin. Jantungnya berdebar. Ia seperti hidup walau tidak sedang bersama anak-anak panti. Apa Adrian benar bisa memberinya kehidupan?Adrian menghela

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   101. Kelucuan di Pagi Hari

    Adrian membujuk Liora pulang. Tapi, sepertinya Liora sudah tidak sadar karena terlalu mengantuk.Saat Adrian mencoba menggendongnya, Liora pun terbangun. Ia terkejut saat ia sdudah berada di kedua tangan Adrian yang berjalan meninggalkan atas gedung itu.“Aku bisa jalan sendiri. Ti- tidak perlu digendong,” ucapnya meminta diturunkan.Adrian pun menurunkannya. “Kita pulang ya?” ucapnya.Liora mengangguk.Dengan erat, Adrian merangkul pinggang Liora. “Aku takut kamu jatuh. Karena kamu sangat mengantuk,” ucapnya lembut.Mobil melaju stabil di bawah cahaya lampu jalan yang temaram. Liora bersandar di kursi, napasnya teratur, matanya terpejam, dan wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan beberapa jam lalu.Adrian melirik sekilas, bibirnya terangkat tipis. Entah kenapa, pemandangan sederhana itu membuat dadanya terasa hangat. Saat sehelai rambut Liora jatuh menutupi pipinya, Adrian menahan setir dengan satu tangan, sementara tangan lainnya perlahan menyelipkan rambut itu ke belakang

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   100. Nasib Malang Adrian

    “Dia… Dia di rumah,” jawab Adrian, sedikit terkejut karena Liora menanyakannya.“Kapan dia akan kembali ke asramanya?” tanya Liora lagi.“Mungkin, tidak lebih dari dua minggu lagi,” jawabnya.“Biarkan aku bertemu dengannya,” ucap Liora.Adrian mengangguk semangat. “Dia pasti akan senang kamu mau bertemu dengannya. Sudah lama dia menginginkan itu. Setiap dia bertemu denganku, dia selalu meminta maaf. Dia menanyakan kabarmu dan selalu ingin meminta maaf,” jelasnya.Liora terdiam. Ia tahu Luca pasti bukan anak yang jahat. Dia hanya kurang sosok yang mengerti dirinya daan mengarahkannya ke hal baik.“Kita bertemu dia besok?” tanya Adrian.Liora mengangguk, menyetujui.“Terima kasih Liora, terima kasih!” Adrian langsung mengecup punggung tangan Liora dengan keharuan.“Kenapa kamu masih di bawah?” tanya Liora.Adrian terdiam.“Duduklah di atas,” ucap Liora melirik kursi di sebelahnya.Adrian kembali duduk. Ia masih menatap wajah Liora yang kini menatap lurus ke lampu-lampu kota.“Sepertinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status