Malam ini tuan Anmar sengaja tidak ke mana-mana karena sedang ada putranya di rumah. Mereka makan malam bersama dan tidak banyak yang bercerita meskipun sebenarnya Troy menunggu ayahnya bicara mengenai mobil yang dia beli untuk seorang wanita.
Troy berharap ayahnya akan bercerita mengenai teman wanitanya, karena selama ini memang hampir tidak pernah ada rahasia di antara mereka. Apalagi setelah Troy semakin dewasa, tuan Anmar juga sudah biasa bicara dengan putranya layaknya pada sesama laki-laki.
"Apa besok kau akan keluar?" tanya tuan Anmar karena dari tadi putranya juga hanya diam saja.
"Mungkin agak siang."
"Datang lah ke rumah pamanmu, sepupumu Leon besok bertunangan."
"Aku
YUK VOTE DAN KOMEN DULU , BANTU KASIH RATE BINTANG 5 YA ^.^ LUV U....
"Jadi ini semua yang diberikan ayahku padamu untuk menemaninya sepanjang malam!" Troy berteriak lantang dengan rahangnya yang mengeras kaku, giginya berkerat, dan napasnya berderu kasar. Alea tidak sanggup bicara karena masih bisa bernapas saja rasanya itu sudah keajaiban yang luar biasa. Meski pipi Alea yang ditampar tapi dadanya yang sekarang sedang sesak. "Kau benar-benar wanita yang membuatku jijik!" Troy langsung berpaling pergi menuju pintu dan meninjunya hingga bingkai kaca di daun pintu tersebut pecah. Alea juga melihat jika buku-buku jari Troy berdarah tapi pemuda itu tetap tidak menghiraukannya dan tetap berjalan pergi tanpa menoleh lagi. "Buka gerbangnya atau akan kuhantam kalian!" ancam Troy pada kedua satpam y
Sebenarnya ini bukan cuma masalah kejujuran, tapi keadaan lah yang tanpa sadar telah menyeret mereka masing-masing sampai pada situasi seperti ini. Troy sudah coba mengingat apa saja yang dia ucapkan di klub tapi ia tetap tidak ingat karena sudah terlalu mabuk dan melantur. Troy cuma ingat ketika memukul beberapa orang sampai kemudian Leon menyeretnya pulang. Semuanya kacau dan semakin kacau, Troy kembali memijit-mijit kepalanya sendiri yang kembali nyeri. Walaupun Troy sangat membenci perbuatan papanya tapi dia tetap tidak mau semua orang membicarakannya di berbagai media. Benar-benar skandal yang sangat memalukan untuk pria yang selama ini dikenal penuh wibawa. Tuan Anmar juga syok mendengar ramainya pemberitaan tentang dirinya, termasuk juga dengan keluarga besarnya. Keluarga Haris dikenal sebagai keluarga terhormat dan belum perna
Tuan Anmar tetap nekat membawa Alea keluar seolah tidak perduli dengan reputasinya sama sekali. "Jangan hiraukan pertanyaan mereka," bisik pria itu ketika terus memeluk pinggang Alea untuk dia bawa menyebrangi halaman yang sedang ramai dengan para pemburu berita. Beberapa orang buru-buru mengejar mereka tapi tuan Anmar tidak membiarkan Alea untuk disentuh sedikitpun. Tuan Anmar menyembunyikan Alea ke dalam pelukan lengan besarnya sambil terus berjalan tidak perduli. "Maaf, Tuan Anmar. Bisakah kami wawancara sebentar?" "Tolong, beri kami jalan!" ucap tuan Anmar dengan ketegasan yang spontan membuat mereka menyingkir karena siapapun mengenal Anmar Haris, terlalu nekat jika berani menyelanya.
"Apa pembicaraan ini sudah selesai?" Troy sudah hendak berdiri. " Aku akan keluar." Tuan Anmar masih menatap putranya, meski dia tahu hati anak laki-lakinya itu sedang tidak senang tapi tuan Anmar sengaja membiarkannya dulu. "Jangan pulang terlalu malam," pesan tuan Anmar pada Troy yang sudah berdiri dan langsung berpaling pergi tanpa bicara apapun lagi. "Dia tidak menyukaiku," ucap Alea selepas Troy berlalu pergi. "Dia hanya belum bisa menerimamu karena ini memang masih sangat mengejutkan, beri dia waktu." Alea mengangguk meski sebenarnya dia lebih tahu jika alasan Troy tidak cuma sesederhana itu dan mau tidak mau Alea tetap ikut merasa bersalah.
"Jangan berhenti ... " Alea sendiri juga tidak tahu bagaimana dia juga bisa ikut sangat menyukai perbuatan suaminya. Alea suka diperlakukan seperti itu, dibuai dan dimanjakan.Memang tidak pernah ada yang bisa menduga apa saja yang bisa terjadi di antara suami dan istri ketika bersama. Walaupun masih sangat muda tapi ternyata Alea juga sangat menyukai semua yang ada pada suaminya. Semuanya, napasnya ketika mengeram puas, aroma tubuhnya, sentuhan tangannya, ciuman dari bibirnya, sapuan dari lidahnya dan seluruh rasa dari sekujur tubuhnya. Mereka sudah saling tak bersekat, siapa yang perduli dengan kesenjangan usia jika tubuh polos mereka sedang saling melilit seperti ini.Alea mendesah lagi karena belum mau dilepaskan dan masih ingin dibawa bergelung hingga terlelap tidur. Sudah hampir pagi ketika akhirnya Alea tertidur lelap seperti bay
"Aku sedang tidak punya banyak pilihan." "Kau tahu dia papaku, dan kau tetap setuju menikah dengannya! " teriak Troy sambil kembali menghantam samsak dengan tiba-tiba hingga Alea berjingkat. Bisa Alea bayangkan jika kepalanya pun bisa ikut retak jika dihantam seperti itu. "Apa waktu itu kau perduli padaku? " tuntut Troy. "Apa kau perduli akan seperti apa perasaanku!" "Kau egois, Alea! kau hanya peduli pada dirimu sendiri!" Alea tidak bisa menjawab ketika melihat bibir Troy bergetar dan napasnya berdesis penuh kemurkaan. "Jangan pernah perduli apapun lagi tentangku! "
Liontin itu jatuh bukan karena kancingnya tidak rapat, tapi karena rantainya putus. Tuan Anmar masih memperhatikan rantai liontin di tangannya yang terputus kasar kemudian memperhatikan kembali kaca alat treadmillnya yang retak. Bukan Alea yang mampu menghantam benda seperti itu, dan bukan Alea yang dapat menyentak rantai liontinnya sendiri sampai tercerai berai macam ini. ***** Ketika Tuan Anmar kembali ke dalam rumah Alea terlihat sedang berada di pantry bersama bi Warni, gadis muda itu terlihat ikut sibuk membuat sesuatu yang sedang diajarkan pengurus rumahnya. "Apa ini sudah cukup, Bi?" tanya Alea sebelum menunjukkan hasil rebusan sayurnya. "Ya, tidak apa-apa, tuan tidak suka yang terlalu matang."
Bagi Troy jarak terjauh di seluruh semesta ini adalah batas antara dirinya dan Alea. Gadis yang kali ini mungkin sedang berbaring di bawah naungan tubuh papanya. Alea yang begitu lembut, polos, dan masih terlalu muda, sampai kapanpun rasanya Troy tetap tidak akan pernah rela. Untuk sekedar membayangkannya saja Troy sudah nyaris gila. Ingin sekali Troy membencinya dan menghukumnya tapi ternyata dia tidak bisa. Ketika Alea hanya pasrah membiarkannya seperti kemarin saja rasanya Troy bisa ikut tak berdaya hingga hanya tinggal tersisa sedikit sekali kewarasannya untuk tidak membawa gadis itu kabur dari papanya.*****Tuan Anmar kembali mencium perut Alea yang baru kembali ia buahi. "Berbaringlah dulu jangan banyak bergerak."Tuan Anmar hanya menarik selimut untuk menutup tubuh polos Alea k