Share

SURAT DARI ZAIN

Penulis: ER_IN
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-14 12:59:23

Sarapan sudah aku siapkan juga bekal untuk Bang Adnan dan Zain. Bang Adnan dan Zain tengah melakukan olahraga kecil di halaman rumah.

Setelah membersihkan peralatan masak yang tadi aku gunakan, rumah juga sudah rapi aku putuskan untuk memandikan Zafran yang tengah asyik bermain dalam strollernya.

Zafran sudah rapi, aku panggil Bang Adnan dan Zain untuk bersiap, setelah itu baru sarapan, aku pun akan membersihkan diriku dulu.

"Abang, Zain, sudah siang. Ayo, bersiap?

Abang Adnan dan Zain berlari menghampiriku dan Zafran.

"Ganteng Abi, sudah wangi rupanya," ucap Bang Adnan.

"Iya dong, memang Abi masih asem."

Aku meninggalkanya dengan sedikit ledekan. Zain sudah berlalu untuk bersiap. Tak berapa lama Zain turun sudah mengenakan jaz dari pesantren.

"Zain, Umi titip Zafran, ya? Umi mau mandi sebentar."

"Iya, Umi."

Zain mengambil Zafran dari gendonganku. Aku meninggalkannya dan bergegas kekamar untuk mandi. 

Kulihat Bang Adnan tengah mematut dirinya, aku melewatinya begitu saja langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Mandi terburu-buru takut Zain akan kelamaan menungguku. Mematut diri di cermin dengan baju rumahan seperti ibu-ibu biasanya. Kulihat Bang Adnan tengah membaca buku. Melihatku yang sudah selesai, Bang Adnan menghampiriku. Seperti biasa dia memelukku dari belakang mengecup pucuk kepalaku.

"Dik, bagaimana kalau kita ikut mengantar Zain sampai Kairo besok?"

"Terserah Abang saja," jawabku singkat.

"Atau kamu ingin kita ke Negri Sakura? Seperti keinginanmu dulu?"

Aku terdiam, dulu aku memang bermimpi pergi bersamanya ke sana. Menghabiskan waktu berdua di bawah guguran bunga Sakura, tapi sayang impian yang seharusnya kau hadiahkan untukku lebih dulu akan kau berikan keorang lain.

"Tidak lah, Bang. Aku sudah tak menginginkan itu. Aku malu dengan anak-anak kita, tak patut lagi rasanya kita berbulan madu."

"Kita bersama anak-anak, Sayang."

Aku hanya terdiam membayangkan dirinya akan bersenang-senang dengan maduku yang ia rahasiakan.

"Ayo kita sarapan, Bang. Nanti kesiangan."

Bang Adnan mengikutiku turun untuk sarapan.

Kami sarapan bersama, Bang Adnan selalu menyuruhku makan terlebih dulu sedangkan ia bermain bersama Zafran, begitu juga saat Zain masih kecil.

"Zain harap keluarga kita akan tetap seperti ini,"

sontak ucapan Zain membuat aku tak lagi berselera makan. Bagaimana bisa kaca yang sudah pecah menyatu kembali? Maafkan Umi, Nak. Jika nanti Allah lebih menyetujui perpisahan kami.

"Tentu saja, Zain. Kita akan selalu seperti ini,"

Bang Adnan menjawab tanpa melihatku ataupun melihat Zain.

Setelah selesai sarapan aku menyiapkan segala keperluan Bang Adnan dan Zain, koper mereka sudah Bang Adnan masukan bagasi, aku menyerahkan bekal mereka.

"Umi, Zain tinggal, ya? Umi baik-baik di rumah jangan terlalu memikirkan apapun. Zafran ganteng abang titip umi, ya."

Aku mengulurkan tangan yang disambut Zain lalu ia menciumnya.

"Abang berangkat ya, Dik. Baik-baik di rumah, Abang upayakan pulang lebih cepat."

Aku mengangguk menanggapi ucapan Bang Adnan. Bang Adnan mengulurkan tangannya yang kemudian kusambut dan kucium. Ia memeluk dan mengecup pucuk kepalaku.

Aku melambaikan tangan kepada dua lelakiku, 

yang mulai menjauh dari halaman rumah.

Setelah semuanya pergi, aku tinggal seorang diri di rumah. Aku bergegas menidurkan Zafran dan merapikan meja makan bekas sarapan kami tadi. Setelah semuanya selesai aku kembali naik ke atas hendak merapikan tempat tidur Zain.

Saat hendak merapikan buku-bukunya, aku melihat sebuah surat bertuliskan 'Untuk Umi' aku membuka perlahan surat tersebut.

"Umi, maafkan Zain. Zain tak pernah membicarakan ini kepada Umi. Zain tau sepandai-pandai menyimpan bangkai pasti akan tercium juga baunya. Tiga tahun lalu saat Zain tengah cuti dan menginap di tempat nenek, abi datang menjemput. Zain mendengar pertengkaran abi dan nenek.

Nenek menginginkan abi menikah kembali dengan seorang wanita, tetapi abi menolak. Hingga nenek mengancam tak akan pernah berbuat baik ataupun menerima umi. Zain tidak tau apa arti semua itu, Umi. Zain benar-benar tidak mengerti. Yang Zain tau bagaimana cara Zain menjaga perasaan umi, sampai kemarin Zain melihat umi tengah memegang sebuah foto dan tiket. Mungkin ini sudah waktunya umi tau semuanya, Zain tidak mengerti apa-apa, Umi. Zain pikir jika Zain tetap diam tak akan terjadi apa-apa dengan keluarga kita. Umi akan tetap bahagia, abi pun masih tetap menyayangi kita, tetapi melihat kepedihan umi, Zain sekarang mengerti. Jika dulu Zain memberitahu umi, mungkin umi tak akan sesakit ini. Maafkan Zain, Umi. Zain sangat mencintai umi"

Aku menagis membaca surat dari Zain. Apakah penghianatan ini sudah berjalan begitu lama? Ya Allah, andai itu benar, kenapa Bang Adnan tega melakukan itu semua kepadaku. Aku menangis hanya bisa menagis. Kulangkahkan kaki gontai ke kamar mengambil ponselku, membuka pesan berwarna hijau, ternyata dari Mbak Naumi.

[Kinan, maafkan Aku. Aku tak dapat membantumu menjaga Zafran, mertuaku masuk rumah sakit. Aku tak tega jika harus membawa Zafran ke rumah sakit. Kamu sabar sebentar, yang penting aplikasi pelacak yang Aku katakan kepadamu semalam sudah kamu pasang keponsel Bang Adnan. Nanti kalau Aku pulang kamu bisa menyusulnya.]

[Iya, Mbak. Terimakasih atas semuanya.]

Kukirim balasan kepada Mbak Naumi.

Semalam aku bercerita melalui chat kepada Mbak Naumi. Aku tak punya teman yang baik selain dia. Dia membantuku mencari informasi tentang paket honeymoon di sana. Anak satu-satunya sudah berkeluarga dan tinggal di Malaysia sehingga ia sangat sayang dengan Zafran. 

Aku beruntung pasporku masih aktif jadi tak begitu ribet harus mengurusnya lagi.

Aku kembali ke kamar Zafran melihatnya masih tidur terlelap. Air mata kembali menetes, sakit,sesak. Bagaimana mungkin? 

Bagaimana bisa?

Ingin aku tanyakan semuanya kepada Bang Adnan. Haruskah nanti aku mencakar wajahnya? Menjambak rambutnya?

Ya, semua bermula dari keluarga Bang Adnan. Merekalah perusak rumah tanggaku, lalu wanita itu, siapa dia mau menjadi madu? Apakah dia tidak tau jika haram mengambil milik orang tanpa ridho pemiliknya?

Kugendong Zafran yang masih terlelap. Membawanya ke rumah bunda. Kuputuskan untuk menginap di sana. Aku mencari tiket pesawat melalui booking online. Kupersiapkan segala keperluan Zafran dan aku sendiri. Setelah dirasa cukup, aku putuskan untuk berangkat ke bandara Soekarno Hatta.

Aku menunggu dengan hati berdebar, kulihat ponsel, ternyata Bang Adnan belum menghubungiku. Aku menguatkan tekatku apapun yang terjadi aku harus kuat.

Waktu penerbangan sudah tiba. Sebelum masuk bandara aku membooking tiket ke Jepang. Berapapun harganya, aku tak peduli. Untuk apa semua uang ini jika kebohongan tak terungkap. Setelah penerbangan kurang lebih 1 jam 15 menit aku sampai di Bandara Solo atau Adi Sumarmo.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Halimah Tuldsadiyah Halimah
setengah setengah setiap aku membaca enyah
goodnovel comment avatar
Halimah Tuldsadiyah Halimah
ko nopel enya ga tamat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 17

    Setelah dua hari menunggu papa di rumah sakit, siang ini kuputuskan untuk menemui Om Andi di kantornya. Dua hari ini aku dan Om Andi hanya berhubungan lewat telepon. Ia ingin menjenguk papa tetapi aku melarangnya karena papa belum menerimanya.Kubawakan makanan kesukaannya, datang ke kantor tanpa mengabari lebih dulu. Senyum mengembang di bibirku setelah sampai di depan pintu ruangan Om Andi. Aku berencana akan memberikan surprise untuknya, kubuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu. Setelah pintu terbuka pandangan di depan mataku membutaku tersenyum sinis.“Lulu,” panggil Om Andi setelah melihatku membuka pintu, dengan cepat ia jatuhkan seorang wanita yang semula di pangkuannya. Menutup kancing kemeja dan celananya sedikit gagap, rupanya benar kata papa, lelaki di depanku itu tidak baik untukku.“Lanjutin aja, aku cuma nganter makanan sekalian mau kasih tahu kalua mulai sekarang kita enggak ada hubungan apa-apa. Aku akan suruh sopir buat ambil barang-barangku.” Kuletakkan makan di meja da

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 16

    “Sayang kamu enggak papa?” Om Andi menghampiriku yang masih terus terisak di atas ranjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhku.“Papa? Apa Papa sudah buta, mereka telah bermain di belakang Papa dan Papa masih mau sama dia!”“Apa maksudmu Clara, suamimu telah memaksa Lulu, dan kamu yang salah membawa lelaki itu ke rumah ini.”Clara ternganga mendengar jawaban Om Andi, yang meraka tidak tahu adalah kukirim pesan kepada Om Andi. hanya pesan suara minta tolong, rekaman suara yang sudah kupersiapkan sebelum menggoda Hans.“Aku takut Mas.” Kupeluk erat Om Andi.Di balik punggungnya aku tersenyum menatap Clara dan Hans yang sudah babak belur.Geram melihat tingkahku Clara melepas paksa pelukanku pada Om Andi kemudian menamparku berkali-kali. Aku hanya bisa menjerit tanpa berniat melawannya, membiarkan ia terus menjabak rambutku.“Hentikan Clara!” Om Andi menampar wajah Clara dan mendorongnya hingga jatuh.Begitulah mama dulu mendorongku, bagaimana rasanya? Hans dengan cepat meraih tubuh

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU PO BAG 15

    Permainan yang begitu panas, keringat membasahi tubuh kami, desahan menggema di ruangan besar tempat kami memadu kasih. Om Andi begitu perkasa di ranjang, entah berapa menit kami saling bergumul diatas ranjang besar ini. Aku hanya bisa pasrah saat Om Andi menyerangku begitu ganasnya, mungkin karena berbulan-bulan kami tak melakukannya sehingga nafsu begitu besar.Om Andi mengerang setelah mencapai puncaknya, lalu terbaring lemas di sampingku."Makasih Sayang,” lirihnya dan mengecup keningku. “Mau hadiah apa?” sambungnya dengan mata terpejam mungkin sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya, dan melayang hingga ke langit ketujuh menikmati sisa-sisa surga dunia yang telah kuberikan.“Emm… rumah udah, mobil udah, apa ya?” Aku sendiri bingung mau minta apa lagi kepadanya, pasalnya semua sudah ia berikan kepadaku.Tak ada jawaban dari Om Andi, kulirik sekilas rupanya ia sudah terlelap. Aku tersenyum menatapnya, kenapa aku jadi jatuh cinta kepada lelaki di sampingku ini? Tak ingin tidur d

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 14

    Kupastikan Om Adi menceraikan mama, tetapi aku enggan untuk dijadikan istrinya. Aku ikut mengantar Om Andi ke persidangan cerainya dengan mama, saat aku hendak pergi ke toilet tidak sengaja berpapasan dengan mama, setelah kejadian ia melabarakku mama selalu ingin bertemu denganku, tetapi aku selalu menolak. Aku malas meladeni air matanya, aku malas mendengar curhatnya.“Lulu,” panggil mama lirih.Kuputar badan dan menghadap mama dan menyunggingkan sudut bibirku. “Ada Apa?” jawabku datar.“Kenapa kamu lakuin ini sama Mama? Apa sekarang kamu sudah puas melihat Mama hancur?” Aku terbahak mendengar ucapannya, mama katanya. Dulu saat aku ingin memnaggilnya mama, mati-matian ia menolak dan sekarang ia mengatakan itu. “Bagaimana rasanya? Sakit?”“Mama minta maaf kalau Mama nyakitin kamu, ninggalin kamu, tapi Mama enggak bermaksud.…”“Lalu maksud Anda apa?” Kurapatkan tubuh kami nyaris tak berjarak, kupandang matanya yang sudah mulai mengembun. “Maksud Anda bagaimana? Anda menghancurkan hidu

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 13

    “Kamu dulu pernah bilang kenal istriku dan bilang dia itu mamamu.” Om Andi melihatku begitu lekat, pandangnya tak membiarkanku sedikitpun berpaling.Sejenak aku terdiam, aku pikir ia tak ingat akan kejadian itu, atau tak akan mengenali aku. Rupanya aku salah, atau mungkin ia baru ingat karena bertengkar dengan mama.Aku tersenyum mengusap pelan pahanya. “Saat itu aku masih kecil, masih labil. Aku kehilangan Mama dan Mama itu mirip banget sama Bu Ratna, itu sebabnya aku sempat berpikir bahwa itu Mama,” kilahku.Namun, Om Andi tak bereaksi dengan jawabanku, ia masih setia menatapku tanpa sedikitpun berkedip. Aku harus mencari cara agar ia percaya. “Apa Om gak percaya denganku,” senyum yang semula di bibirku perlahan memudar berganti dengan rajukan manja.Dan tara… begitu mudahnya mengelabui buaya tua itu, dengan mudah ia percaya dengan ceritaku.“Syukurlah, karena jika itu kamu Om tidak akan bisa berpisah darimu.” Perlahan Om Andi membelai rambut dan pipiku. “Kamu selalu ada untuk Om,

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 12

    “Clara.” Masih kupandang gadis yang sedang di gandeng mesra oleh Hans. Keduanya tampak bahagia di tengah pesta ulang tahun Hans. Aku pikir akulah yang akan memberikan kejutan kepada Hans, ternyata aku salah, justru aku yang di beri kejutan olehnya. Kulangkahkan kaki menuju keduanya yang sedang saling tersenyum satu sama lain.“hHns, apa-apaan ini?” tanyaku setelah berdiri di sampingnya.Hans memutar badan melihatku yang menatapnya dengan penuh banyak pertanyaan. Pasalnya sudah satu minggu ia tak menghubungiku, terakhir ia mengatakan akan keluar negeri dan kembali sebulan lagi. Nyatanya sekarang ia membuat pesta di apartemennya dan untunglah Anin tahu serta segera mengabariku, kupikir mungkin pesta kejutan untukku.“Ah, Lulu… kebetulan sekali kamu sudah datang tanpa diundang di pesta pertunanganku dengan Clara,” ucapnya dengan senyum manis. Kakiku gemetar mendengar jawabannya, aku tak pernah main-main dengannya, cintaku tulus padanya meskipun ia seringkali meminta banyak barang mewah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status