Share

RAIHAN MIRIP ABI

Penulis: ER_IN
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-14 12:58:50

Kami bercanda ria hingga sore. Aku harus ikut tersenyum menutupi perasaanku yang sakit ini, tak apa ini demi anakku dan juga membongkar siapa yang ikut menutupi semuanya.

Ketika tengah asyik mengobrol ibu datang bersama Mbak Zahra juga Raihan anak angkatnya yang baru berumur dua tahun.

"Assalamualaikum?" ibu dan Mbak Zahra mengucap salam.

"Walaikum sallam," kami menjawab salam bersama.

"Biar Abang buka."

Bang Adnan membukakan pintu untuk ibu, aku tetap duduk diruang tv bersama Zain.

"Wah, keponakan ganteng Abi." Bang Adnan mengambil Raihan dari gendongan Mbak Zahra.

Memang Bang Adnan membiasakan keponakannya itu dengan sebutan abi. Ibu bilang kasihan ia tak punya Ayah sementara suami Mbak Zahra yang seorang pelaut pulangnya setahun sekali. Aku sih tak peduli, terserah saja yang penting tidak mengusikku.

"Kok, Raihan mirip Abi, ya?"

"Uhukkk uhuuuk."

Pertanyaan Zain membuat Bang Adnan yang sedang minum tersedak.

"Kenapa, Bang? Kalau minum pelan-pelan."

"Kamu ini Zain, ada-ada aja. Mana ada Raihan mirip abimu?"

"Tapi kalau dilihat-lihat memang benar loh, Mbak. Tahi lalatnya, alisnya, juga bibirnya mirip Bang Adnan?"

Aku mulai memperhatikan Raihan.

"Halah, kamu ini bilang aja gk suka anakku dekat dengan Adnan!"

"Loh, tante kenapa kesal? Kan umi cuma memberikan pendapat"

Zain mulai membelaku.

"Sudah... sudah! Begini saja jadi ribut!"

Bang Adnan menengahi perseteruan kami.

"Ini minum teh dulu, Bu."

Aku meberikan teh kepada ibu dan mbak Zahra.

Ibu hanya tersenyum sinis sama saja seperti mbak Zahra

"Ada apa, Bu? Tumben sekali ke sini?"

tanya Bang Adnan, karena memang ibu tak pernah ke sini karena membenciku. Dia biasa ke sini jika rindu dengan Zain saja.

"Besok kamu ke Jogja, Nan? Ibu ikut, ya?"

"Untuk apa ibu ikut?"

"Ibu Rindu sama... Em.. ibu ada janji dengan teman ibu yang lama. Kan lumayan kalo sama kamu gak bawa mobil sendiri, mbakmu mana mau."

"Sama Mbak Zahra dan Raihan juga?"

"Ya, iya lah, Nan, Mbak juga kan pengen jalan-jalan."

"Terserahlah."

Ibu tersenyum gembira begitu juga dengan Mbak Zahra.

Aku tidak tau kenapa mereka masih membenciku padalah kami tak semiskin dulu. Aku pun sudah berusaha sekuat tenagaku membahagiakan mereka, tetapi tidak ada benarnya. Jika aku tak memberi aku tak pernah dipandang oleh mereka.

"Ini aku tadi belikan baju untuk ibu dan tas untuk Mbak Zahra."

"Waaaah, gitu dong nyenengin orang tua."

Aku hanya tersenyum. Ibu dan Mbak Zahra membukanya, mereka tampak kegirangan.

"Makasih ya, Kinan. Ibu pulang dulu mau siap-siap biar besok pagi gak repot. Zain besok juga berangkat, ya? Cucu pintar Nenek."

Ibu memeluk Zain dan mengacak rambutnya.

"Iya, Nek. Cuma dua pekan, lepas itu berangkat ke Kairo."

"Alhamdulilah, Sudah besar cucu Nenek. Nenek pamit, ya?"

Zain mengambil tangan ibu dan Mbak Zahra kemudian menciumnya, kami mengantar sampai teras.

Malam ini aku tak bisa tidur membayangkan tiket yang ada di koper Bang Adnan. Haruskah aku mengikutinya?

Aku mengotak atik ponsel. Mencari nama temanku dan bertanya pendapatnya melalui media sosial, kemudian memesan tiket yang sama dengan Bang Adnan melalu penjualan tiket online. Aku sudah memutuskan untuk mengikutinya, hanya mengikutinya pikirku. Dengan tergesa aku menutup ponselku saat Bang Adnan masuk kekamar.

"Sudah tidur Zafran, Bang?"

Bang Adnan yang nenidurkan Zafran tadi, dia selalu seperti itu jika hendak berpergian.

"Sudah, Dik."

Bang Adnan masih memandangiku yang masih setia berada di depan cermin meja rias.

"Ada apa, Bang?"

"Abang rindu, Dik?"

Memang setelah melahirkan Zafran hingga dua bulan aku belum memberikan hak Bang Adnan.

"Tunggulah Abang pulang dari Jogja."

Aku tersenyum manja kepada Bang Adnan, ini adalah jurus andalanku jika meminta atau menolak sesuatu dari Bang Adnan.

Maafkan aku, ya Allah. Jika aku berdosa. Sungguh aku ingin memastikan terlebih dahulu ada apa dibalik ini semua.

Bang Adnan menghembuskan nafasnya, kemudian memelukku dari belakang.

"Maafkan abang, ya, Dik."

"Untuk apa Abang meminta maaf? Adakah sesuatu yang Abang sembunyikan dariku."

"Em, tidak. Abang hanya tak ingin berpisah darimu."

Aku berbalik dan menatap wajahnya kemudian tersenyum manis.

"Kenapa Abang begitu cemas? Allah selalu punya rencana, bukankah abang pernah berkata kepadaku, syukuri apa yang kita miliki jika kita tidak serakah Allah tak akan mengambilnya."

Bang Adnan menunduk entah apa yang ia pikirkan.

"Jika Abang berbuat kesalahan, apakah kamu mau memaafkan Abang?"

Aku kembali berbalik dan menatap cermin.

"Apa yang Abang perbuat? Abang, lelaki sempurna. Tahu ilmu agama, rajin bersembahyang, paham ajaran Allah, kesalahan apa yang akan abang perbuat? Jika abang tau itu dosa tak mungkin akan abang lakukan kan?"

"Agama dan ajaran serta sembahyang adalah kewajiban umat muslim dik, tapi Abang hanya manusia biasa bukan malaikat."

"Aku semakin penasaran apa yang tengah Abang lakukan hingga berfikir aku akan meninggalkan Abang?"

Aku terus memancing Bang Adnan siapa tau dia mau jujur dan keluar dari perbuatan dustanya.

"Tidak ada Dik. Abang takut tak akan menjadi imam yang baik untukmu."

"Semua itu tergantung, Bang. Jika Allah sudah merencanakan semuanya, apalah kita yang hanya menjalankan skenarionya."

Aku mengusap pipinya, mungkin ini akan jadi akhir aku berbuat manis kepadamu bang jika nanti semua terbongkar aku bisa saja meninggalkanmu.

"Sudahlah, Bang. Ayo kita tidur. Untuk apa kita membahas perpisahan yang tidak kita inginkan."

Bang Adnan hanya mengangguk dan mengikutiku berbaring. Ia tidur dengan memelukku sangat erat, sampai aku hendak bangun saja susah, takut membangunkannya. 

Berlahan aku singkirkan tanganya yang masih di pinggangku, dengan sangat hati-hati aku turun untuk mengambil ponsel Bang Adnan. Tak ada pola atau kunci pada layar,begitupun chat media sosialnya, tak ada yang mencurigakan. 

Aku sempat bingung jika benar wanita itu dan Bang Adnan ada hubungan, lalu bagaimana mereka berkomunikasi? Selama di rumah tak ada aku melihat Bang Adnan menjawab telepon dari orang lain kecuali dari pengurus-pengurus acara yang hendak berlangsung atau orang yang mengatur jadwalnya, Mas Seno.

 Lalu tiket itu untuk siapa? Jelas di situ paket perjalanan honey moon. Aku meletakan kembali ponsel Bang Adnan, kemudian berjalan menuju kamar putra-putraku. Aku hanya melihatnya dari balik pintu, kedua putraku tengah tertidur lelap. Aku kembali kekamar untuk melanjutkan istirahatku agar aku punya tenaga untuk mengungkap segalanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lela Redmi
setiap wanita tak mau d duakan,apalagi menikah diam2
goodnovel comment avatar
Priscilla Djohar
Rentan nya hukum yg mengijinkan mendua, itu sangat merusak kesucian penikahan. Sedangkan perceraian saja ALLAH bebci, apalagi selingkuh. ALLAH tidak bisa di bodohi hanya dengan surat atau kata kata belaka. Rumtang yg diwarnai luka, apapun alasan nya, itu menodai kesucian pernikahan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 17

    Setelah dua hari menunggu papa di rumah sakit, siang ini kuputuskan untuk menemui Om Andi di kantornya. Dua hari ini aku dan Om Andi hanya berhubungan lewat telepon. Ia ingin menjenguk papa tetapi aku melarangnya karena papa belum menerimanya.Kubawakan makanan kesukaannya, datang ke kantor tanpa mengabari lebih dulu. Senyum mengembang di bibirku setelah sampai di depan pintu ruangan Om Andi. Aku berencana akan memberikan surprise untuknya, kubuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu. Setelah pintu terbuka pandangan di depan mataku membutaku tersenyum sinis.“Lulu,” panggil Om Andi setelah melihatku membuka pintu, dengan cepat ia jatuhkan seorang wanita yang semula di pangkuannya. Menutup kancing kemeja dan celananya sedikit gagap, rupanya benar kata papa, lelaki di depanku itu tidak baik untukku.“Lanjutin aja, aku cuma nganter makanan sekalian mau kasih tahu kalua mulai sekarang kita enggak ada hubungan apa-apa. Aku akan suruh sopir buat ambil barang-barangku.” Kuletakkan makan di meja da

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 16

    “Sayang kamu enggak papa?” Om Andi menghampiriku yang masih terus terisak di atas ranjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhku.“Papa? Apa Papa sudah buta, mereka telah bermain di belakang Papa dan Papa masih mau sama dia!”“Apa maksudmu Clara, suamimu telah memaksa Lulu, dan kamu yang salah membawa lelaki itu ke rumah ini.”Clara ternganga mendengar jawaban Om Andi, yang meraka tidak tahu adalah kukirim pesan kepada Om Andi. hanya pesan suara minta tolong, rekaman suara yang sudah kupersiapkan sebelum menggoda Hans.“Aku takut Mas.” Kupeluk erat Om Andi.Di balik punggungnya aku tersenyum menatap Clara dan Hans yang sudah babak belur.Geram melihat tingkahku Clara melepas paksa pelukanku pada Om Andi kemudian menamparku berkali-kali. Aku hanya bisa menjerit tanpa berniat melawannya, membiarkan ia terus menjabak rambutku.“Hentikan Clara!” Om Andi menampar wajah Clara dan mendorongnya hingga jatuh.Begitulah mama dulu mendorongku, bagaimana rasanya? Hans dengan cepat meraih tubuh

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU PO BAG 15

    Permainan yang begitu panas, keringat membasahi tubuh kami, desahan menggema di ruangan besar tempat kami memadu kasih. Om Andi begitu perkasa di ranjang, entah berapa menit kami saling bergumul diatas ranjang besar ini. Aku hanya bisa pasrah saat Om Andi menyerangku begitu ganasnya, mungkin karena berbulan-bulan kami tak melakukannya sehingga nafsu begitu besar.Om Andi mengerang setelah mencapai puncaknya, lalu terbaring lemas di sampingku."Makasih Sayang,” lirihnya dan mengecup keningku. “Mau hadiah apa?” sambungnya dengan mata terpejam mungkin sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya, dan melayang hingga ke langit ketujuh menikmati sisa-sisa surga dunia yang telah kuberikan.“Emm… rumah udah, mobil udah, apa ya?” Aku sendiri bingung mau minta apa lagi kepadanya, pasalnya semua sudah ia berikan kepadaku.Tak ada jawaban dari Om Andi, kulirik sekilas rupanya ia sudah terlelap. Aku tersenyum menatapnya, kenapa aku jadi jatuh cinta kepada lelaki di sampingku ini? Tak ingin tidur d

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 14

    Kupastikan Om Adi menceraikan mama, tetapi aku enggan untuk dijadikan istrinya. Aku ikut mengantar Om Andi ke persidangan cerainya dengan mama, saat aku hendak pergi ke toilet tidak sengaja berpapasan dengan mama, setelah kejadian ia melabarakku mama selalu ingin bertemu denganku, tetapi aku selalu menolak. Aku malas meladeni air matanya, aku malas mendengar curhatnya.“Lulu,” panggil mama lirih.Kuputar badan dan menghadap mama dan menyunggingkan sudut bibirku. “Ada Apa?” jawabku datar.“Kenapa kamu lakuin ini sama Mama? Apa sekarang kamu sudah puas melihat Mama hancur?” Aku terbahak mendengar ucapannya, mama katanya. Dulu saat aku ingin memnaggilnya mama, mati-matian ia menolak dan sekarang ia mengatakan itu. “Bagaimana rasanya? Sakit?”“Mama minta maaf kalau Mama nyakitin kamu, ninggalin kamu, tapi Mama enggak bermaksud.…”“Lalu maksud Anda apa?” Kurapatkan tubuh kami nyaris tak berjarak, kupandang matanya yang sudah mulai mengembun. “Maksud Anda bagaimana? Anda menghancurkan hidu

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 13

    “Kamu dulu pernah bilang kenal istriku dan bilang dia itu mamamu.” Om Andi melihatku begitu lekat, pandangnya tak membiarkanku sedikitpun berpaling.Sejenak aku terdiam, aku pikir ia tak ingat akan kejadian itu, atau tak akan mengenali aku. Rupanya aku salah, atau mungkin ia baru ingat karena bertengkar dengan mama.Aku tersenyum mengusap pelan pahanya. “Saat itu aku masih kecil, masih labil. Aku kehilangan Mama dan Mama itu mirip banget sama Bu Ratna, itu sebabnya aku sempat berpikir bahwa itu Mama,” kilahku.Namun, Om Andi tak bereaksi dengan jawabanku, ia masih setia menatapku tanpa sedikitpun berkedip. Aku harus mencari cara agar ia percaya. “Apa Om gak percaya denganku,” senyum yang semula di bibirku perlahan memudar berganti dengan rajukan manja.Dan tara… begitu mudahnya mengelabui buaya tua itu, dengan mudah ia percaya dengan ceritaku.“Syukurlah, karena jika itu kamu Om tidak akan bisa berpisah darimu.” Perlahan Om Andi membelai rambut dan pipiku. “Kamu selalu ada untuk Om,

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 12

    “Clara.” Masih kupandang gadis yang sedang di gandeng mesra oleh Hans. Keduanya tampak bahagia di tengah pesta ulang tahun Hans. Aku pikir akulah yang akan memberikan kejutan kepada Hans, ternyata aku salah, justru aku yang di beri kejutan olehnya. Kulangkahkan kaki menuju keduanya yang sedang saling tersenyum satu sama lain.“hHns, apa-apaan ini?” tanyaku setelah berdiri di sampingnya.Hans memutar badan melihatku yang menatapnya dengan penuh banyak pertanyaan. Pasalnya sudah satu minggu ia tak menghubungiku, terakhir ia mengatakan akan keluar negeri dan kembali sebulan lagi. Nyatanya sekarang ia membuat pesta di apartemennya dan untunglah Anin tahu serta segera mengabariku, kupikir mungkin pesta kejutan untukku.“Ah, Lulu… kebetulan sekali kamu sudah datang tanpa diundang di pesta pertunanganku dengan Clara,” ucapnya dengan senyum manis. Kakiku gemetar mendengar jawabannya, aku tak pernah main-main dengannya, cintaku tulus padanya meskipun ia seringkali meminta banyak barang mewah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status