Share

Naik - Turun

Author: minipau
last update Last Updated: 2021-04-02 08:35:50

“Kamu sekarang keliatan kayak gembel yang baru ketemu sama makanan tau enggak.” Maira meneguk air di dalam gelasnya sebentar sebelum menjawab kalimat sarkas yang di berikan oleh Pandu.

“Saya memang baru ketemu sama makanan kok, walau bukan gembel. Tapi mantan gembel.” Lagi, maira menyendokan mie aneh yang ternyata rasanya sangat enak di lidah perempuan desa itu.

“Lagian ya pak, saya enggak akan makan kayak gini kalau bapak enggak ngabisin makanan di rumah saya.”

Pandu pura-pura tidak mendengar gerutuan Maira, laki-laki itu memilih memainkan ponselnya yang sebenarnya sama sekali tidak menarik untuk di lihat. Pandu memang sedikit kalap saat di rumah Maira tadi, niatnya hanya sekedar menuntaskan rasa penasaran dengan masakan Maira yang kelihatan sangat aneh di matanya. Sayangnya cita rasa dari masakan yang belum pernah di cobanya itu membuat Pandu sedikit kehilangan kendali, akhirnya tanpa sadar Pandu menghabiskan seluruh sisa nasi dan lauk yang masih ada di meja makan. Sekaligus, makanan di piring istrinya yang sama sekali belum perempuan itu sentuh.

“Ini mie apa sih pak namanya? Aneh tapi enak ternyata.”

“Spageti.” Maira mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali, menyimpan nama makanan itu dengan baik di dalam kepalanya.

“Udah?”

“Hmm”

“Kalau gitu ayo, kita masih perlu cari ponsel untuk kamu.” Maira bergegas mengikuti Pandu yang sudah berjalan lebih dulu di hadapannya, langkah laki-laki setinggi 175 cm itu cepat. Maira yang tingginya tidak lebih dari 150 cm sedikit kesulitan mengikutinya, terlebih ke adaan mall yang mereka datangi cukup ramai hari ini.

“Lama banget sih kamu!”

“Bapak yang jalannya kecepan! Aduh, maaf mas.” Maira tidak sengaja menabrak seseorang yang mendengus melihat penampilannya. Istri ke dua Pandu itu memang hanya mengenakan atasan blouse bunga-bunga yang kelihatan sangat ketinggalan zaman, juga bawahan sebuah rok dengan motif yang sama seperti blousenya.

 “Ck, sini!” Pandu yang kesal mengulurkan tangan, yang langsung di raih oleh Maira dengan wajah cemberut.

“Abis beli ponsel kita belanja.”

“Bapak mau belanja?”

“Bukan saya, tapi kamu.”

“Bapak mau belanjaain saya? beneran?”

“Hmmm.” Pandu mendengus, begitu wajah Maira tidak lagi tertekuk masam. Pandu diam-diam memperhatikan perempuan yang sekarang dengan riang memeluk lengannya itu dari atas sampai bawah. Penampilan Maira memang sangat merusak mata karena motif dan warna pakaiannya terlalu mencolok.

“Kamu mau ponsel yang kayak gimana?”

“Eng, yang enggak ada tombolnya.”

“Enggak ada tombolnya?”

“Iya, kayak punyanya Sari pak.”

“Sari siapa?”

“Itu loh, anaknya kepala desa di kampung saya.” Pandu memijat pelipisnya pelan, pusing sekali rasanya laki-laki itu meladeni tingkah Maira.

“Jadi, ponselnya Sari itu yang kayak gimana?”

“Yang enggak ada tombolnya pak, tapi layarnya bisa nyala. Bagus.” Pandu nyaris menyerah, laki-laki itu sudah akan kembali menyeret Maira pulang, beruntungnya petugas yang menemani mereka sepertinya mengerti apa keinginan istri rahasianya itu.

“Yang seperti ini bukan kak?”

“Wah iya! Eh, tapi kok ada yang beda ya. punya Sari enggak ada tempelan buahnya.” Pandu memasang wajah datar mendengar komentar ajaib Maira, sedangkan petugas yang menemani mereka hanya memberikan cengiran canggung.

“Ini berarti lebih bagus dari punya temen kakak.”

“Iya?”

“Jadi mau apa enggak?” Pandu menyela.

“Mau!”

Pandu mengangguk, kemudian mengikuti petugas untuk menyelesaikan pembayaran. Maira benar-benar membuat emosi Pandu naik turun, tapi sepertinya perempuan itu tidak menyadarinya karena sekarang Maira tanpa merasa bersalah tersenyum bahagia di hadapan petugas yang sedang menjelaskan cara menggunakan ponsel barunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Sesuatu Yang Menggelitik - End

    “Jadi ayah sama bunda mau menikah lagi?” Bima bertanya.“Bukan menikah lagi, tapi buat pesta pernikahan lagi. Soalnya, waktu pesta pernikahan yang pertama kan abang sama mas enggak ada.”“Yeay! Keren yah, nanti Bima mau pamer sama Adi.” Pandu mengelus kepala anaknya itu sayang, mereka sedang di butik saat ini.“Itu bunda yah.” Rama menunjuk tirai yang di buka, mulutnya terbuka membentuk huruf o.“Bunda cantik banget, kayak peri!” Pandu setuju dengan penilaian anak-anaknya, Maira benar-benar kelihatan cantik dengan gaun pengantinnya itu.“Bagaimana pak? Apa ada detail lain yang harus di perbaiki?”“Menurut kamu gimana Mai?”“Eng kayaknya di bagian dada agak sedikit kekencengan.” Pandu menahan pikirannya untuk tidak traveling ke sembarang arah, matanya pun ia jaga agar tidak memandang lama pada bagian yang di keluhkan oleh istrinya itu.“Itu aja?” suara Pandu tiba-tiba saja serak.“Iya.”“Baik pak, kalau begit

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Jadi Istri Ku Lagi Ya Mai

    “Bima, Rama. Ayah sama bunda kalian itu cerai ya?” Adi bertanya kepada si kembar yang saat itu sedang bermain di taman komplek.“Cerai itu apa?”“Duh, cerai itu enggak tinggal sama-sama lagi. Enggak menikah lagi gitu.” Si kembar mencoba mengingat-ingat. Pandu memang tidak pernah tidur di rumah selama ini, laki-laki hanya akan datang di pagi hari untuk ikut sarapan bersama. Siang sibuk di kantor, dan malamnya datang lagi untuk makan malam dan main bersama mereka setelah itu pergi ketika mereka sudah tidur.“Enggak tau, tapi nanti coba aku tanya.”“Kalau cerai, berarti nanti kalian bisa dapet bunda atau ayah baru loh.”“Eh, kenapa gitu?!” Bima berseru tidak suka.“Iya, papa Dyo kan dulu juga cerai terus enggak lama Dyo punya mama baru. Sekarang mamanya Dyo jadi dua.” Adi mendekatkan diri untuk bisa berbisik.“Tapi mama baru Dyo galak.” Bima d

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Ayah, Istri Rahasia Itu Apa?

    Pandu mengelus dada, keadaan Bima tidak terlalu memprihatinkan. Dokter bilang anak itu tidak sadarkan diri karena mengalami syok dan bukan karena kondisi serius. Bima cukup beruntung kali ini karena air bag di kursi penumpang cukup melindunginya, selain itu mobil yang berlawanan dengan mobil Ghiana juga sempat banting stir. Tapi Ghiana, perempuan itu kritis.“Iya, Bima enggak apa-apa untungnya.” Pandu langsung mengabari Maira begitu urusannya dengan tim penyidik selesai.“Besok aja, hari ini biar aku yang jaga Bima di sini. Rama juga pasti masih syok kan. Aku janji akan kabarin kamu secepatnya kalau ada apa-apa.” laki-laki itu sedikit menyunggingkan senyum mendengar suara Maira di seberang sana. Suara istrinya itu bersahutan dengan suara Rama yang cerewet menanyai keadaan saudaranya.“Oke, besok biar pak Udin jemput kamu sama Rama.” Laki-laki itu kemudian memutuskan sambungan telefon, setelah menitipkan anaknya kepada perawat

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Ayah, Pergi Dulu ya.

    Maira membelai rambut Bima dengan perasaan haru, anak bungsunya itu sekarang kembali tertidur dengan nyaman di ranjang kamarnya yang sederhana. Perempuan itu kemudian menghela napas, mengingat kembali ke jadian beberapa jam yang lalu di rumah keluarga Sore.Maira kira ia terlambat, ia sudah khawatir terjadi sesuatu yang buruk terhadap Bima. untungnya ke khawatirannya tidak terjadi, karena begitu memasuki rumah besar terdebut dengan paksa Maira melihat Bima sudah berada di dalam pelukan Pandu.“Bima, astaga. Kenapa nak?” Maira langsung mengambil anak itu cepat, di peluknya bocah laki-laki yang sebentar lagi akan berusia enam tahun itu dengan erat.“Din, bawa Maira dan anak-anak ke mobil. Tunggu saya di sana.”“Baik pak, Mari bu. Ikut saya dulu sebentar.” Maira sama sekali tidak membantah, ia tidak ingin terlibat dengan masalah rumah tangga Pandu karena yang terpenting baginya anak-anaknya aman.Maira tidak tau ber

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Bima Takut Bunda

    “Bunda, kok Bima manggilnya mama ke tante Ghiana?” Rama bertanya sembari memakan makan siangnya, sudah satu bulan Bima sadar dari komanya. Dokter bilang, anak itu mengalami cidera kepala yang membuat Bima tidak bisa mengingat semua kenangan di masa lalunya.“Kan tante Ghiana istri ayah juga, jadi memang bisa di panggi mama.”“Rama mau punya bunda aja, enggak mau ada mama.” Maira tersenyum miris, jika bisa memilih ia juga ingin anak-anaknya merasa cukup hanya dengan memilikinya.“Pa, ngapain di situ!” Bima berseru heboh begitu Pandu datang dan lansung mengecup kening Maira.“Sebentar ya mas, ayah kangen sama abang ini.”“Pa!”“Iya..iya..” banyak hal yang berubah dari diri Bima. ia tidak lagi mengingat Rama saudara kembarnya dan menolak memanggil Pandu dengan sebutan ayah. Ghiana bilang, Bima harus memanggil Pandu dengan sebutan papa.“Apa ka

  • ISTRI RAHASIA TUAN BESAR   Kamu enggak keberatan kan Maira?

    Pandu berlari di lorong rumah sakit bersama dengan Maira yang sejak tadi tidak bisa berhenti menangis. Perempuan itu di kabari oleh salah satu tetangganya soal kecelakaan yang menimpa Bima.“Bunda!” Rama langsung mengehambur, tangisnya pecah di dalam gendongan bundanya yang juga sama gemetarnya dengan anak itu.“Gimana bisa sampe kayak gini pak RT?” Pandu yang bertanya, karena Maira jelas masih tidak bisa mengontrol diri.“Saya cuma denger sekilas dari Adi pak Pandu, katanya ada perempuan yang ngaku-ngaku istrinya pak Pandu dateng terus nanyain rumah bu Maira. Terus Adi bilang kalau bu Maira pelakor, Bima mungkin enggak terima terus mereka berantem sampe ke jalan terus kejadian lah ini.”“Astaga..”“Terus gimana sama penabraknya?”“Maaf pak, tapi dia berhasil kabur.” Pandu mengumpat, ia tidak akan tinggal diam. Laki-laki itu bersumpah akan menemukan keparat yang sudah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status