Satu tahun sebelum pernikahan.
flashback on"Anin, apa kau tahu siapa laki-laki itu?" tanya meysha, teman Anin sambil menunjuk pada sosok laki-laki yang sedang bermain bola bersama anak di yayasan tersebut."Oh itu, donatur yang suka memberi sumbangan kesini kan," jawab Anin datar."Hanya itu yang kamu tahu?" tanyanya lagi."Apa lagi selain itu?" tanya Anin polos."Nevan William Adiguna, anak kedua dari bapak Adiguna yang memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan dan pembangunan perumahan bersekala besar. Meskipun dia anak orang kaya tapi tidak sombong, lihatlah dia berbaur dengan anak-anak yang tidak memiliki orang tua seperti kita.""Bagus doang," jawab Anin datar."Dia biasanya kesini sebulan sekali, tapi sudah dua bulan ini dia kesini seminggu sekali. Bahkan sekarang dia mengada pengobatan gratis dan membawa temannya yang dokter itu," papar Meysha panjang lebar."Ya bagus dong," jawab Anin lagi."Dari tadi ngomongnya bagus dong trus sih. Gak asik kamu!" sunggut Meysha."Trus aku harus bilang apa Mey?""Ya apa kek, misalnya tanya kenapa jadi rajin banget ke sini, apa mungkin ada alasan tertentu.""ssttt..., dia kesini!" ucap Meysha menghentikan obrolannya."Maaf, boleh saya pinjam temannya?" ucap Evan pada mereka berdua sekaligus."Maksudnya siapa? saya atau dia?" tanya Meysha."Dia!" jawab Evan sambil menunjuk Anin."Saya, kenapa harus saya?""Ya karena saya butuh kamu.""Memang bapak butuh apa?""Saya butuh teman untuk membeli minuman buat anak-anak yang sedang bermain bola barusan.""Maaf pak, saya sudah meninggalkan tempat ini empat tahun lebih dan baru pulang dua bulan ini. Sepertinya suasana disini sudah berbeda jadi lebih baik bapak dengan dia saja," ucap Anin sambil menunjuk pada Meysha."Tapi saya maunya dengan anda, mbak!" ucap Evan penuh penekanan.Meysha menarik Anin agak menjauh, kemudian berbisik. "Aku tahu kenapa pria itu kesini seminggu sekali. Sepertinya dia suka sama kamu.""Huss! jangan ngarang kamu Mey!""Mbak, ayo cepetan! Kasian tuh anak-anak sudah kehausan."Dengan enggan akhinya Anin mengikuti Evan berjalan ke luar panti asuhan Ar Rahman tempat dia dibesarkan. Mereka mencari toko yang berjualan minuman ringan pesanan anak-anak yang bermain bola bersama Evan tadi."Memang kemana empat tahun pergi dari sini?" tanya Evan membawa suara."Kuliah," jawab Anin pendek."Jurusan apa? dibiayai yayasan juga atau kuliah sambil bekerja?" Evan masih trus berusaha membuka percakapan antara mereka."Dapat beasiswa, ambil jurusan pendidikan." Anin masih bicara seadanya."Kenapa pilih jurusan pendidikan?""Setelah selesai pengen pengabdian diri dan mengajar di sini."Yayasan yatim piatu tempat Anin di besarkan memang ada yayasan pendidikan. Selain menampung anak-anak yang tidak memiliki orang tua, juga menampung anak-anak yang kurang mampu."Kenapa sih irti banget kalau ngomong? tanya Evan."Kenapa? tidak suka? harusnya tadi kamu pergi dengan Meysha dia anak yang gampang bergaul dan banyak bicara.""Tapi aku suka sama kamu, wajahmu polos, senyummu manis dan kalem."Anin menghentikan langkahnya, barusan apa yang dia dengar? suka kamu, polos, manis, kalem."Kenapa? aku bicara sejujurnya," ucap Evan dengan santainya.Anin menghela nafas panjang, tidak mau memikirkan apa yang dikatakan laki-laki itu. Untung saja akhinya mereka menemukan toko yang mereka inginkan, setelah memilih apa yang mau dibeli dan membayarnya, Anin segera pergi meninggalkan Evan dan berjalan duluan dengan tergesa-gesa. Dia tidak mau lagi berbicara dengan laki-laki itu."Dia ngomong apa sama kamu?" tanya Meysha saat Anin sudah sampai terlebih dulu."Enggak bicara apa-apa kok," jawab Anin berbohong."Kamu itu gak bisa bohong Anin, itu terlihat jelas di wajahmu. Pasti dia sudah bilang sesuatu. Apa dia nembak kamu?" tanya Meysha penasaran."Ya Allah Mey, kamu ini terlalu banyak baca cerita dongeng. Apa, Cinderella? atau baca novel romansa CEO jatuh cinta pada anak miskin? ish mimpi kamu!""Tau gak, cerita itu dibuat karena terinspirasikan. Meskipun seribu banding satu, mungkin ada saja orang kaya yang jatuh cinta pada gadis miskin. Entah karena apa. Kau tahu, cinta itu hak prerogatif Allah. Mau dimana Dia menempatkan cinta, tidak bisa manusia memilih. Tapi untuk terus mencintai dan menumbuhkan cinta itu baru hak manusia. Yaa kali aja tuh laki kaya jatuh cinta padamu dan mengikuti hatinya. Ya kan?""Udah mimpinya? bangun woi, udah siang!" ejek Anin pada sahabatnya itu."ish kamu ini! Kalau di pikir-pikir, pak Evan mulai rajin kesini seminggu sekali kan sejak kamu datang. Dua bulan lalu, kalau di cocok-cocokin pasti cocok deh.""Cukup Mey, cukup. Jangan jadi pendongeng buatku, nanti aku ketiduran trus jadi ikutan mimpi kayak kamu." ucap Anin meninggalkan sahabatnya.Flashback off🍁🍁🍁Lina, mama Evan menyambut kedatangan kedatangan Putranya dengan gelisah, Evan terlihat pulang kerumah dengan wajah kusut."Bagaimana, kamu melakukan apa yang mama suruh?" tanya Lina sambil mengajak Evan masuk ke dalam rumah.Suasana rumah sudah lengang karena memang sudah lewat tengah malam.Evan menjawab pertanyaan mamanya dengan anggukan."Kamu pakai pengaman kan? kamu harus memastikan jika dia tidak hamil. Kalau dia hamil dia akan menggunakan kehamilannya untuk membuatmu kembali padanya.""Itu tidak akan terjadi mam!" sanggah Evan. "Evan lelah, mau istirahat," ucapnya lagi sambil berlalu meninggalkan sang mama.Dia tidak mempedulikan mamanya lagi, kepalanya pusing, hatinya sakit. Sekali melakukan itu tidak akan membuat wanita itu hamil. Dan wanita itu tidak akan pernah lagi berani menunjukkan wajah padanya. Evan juga harus bersiap menerima kemarahan papanya jika papanya tahu perbuatannya.Sesampainya di kamar direbahkan badannya yang letih ke atas ranjang, pikirannya menerawang mengingat bagaimana dulu mamanya begitu menolak hubungannya dengan wanita itu."Mama tidak setuju kamu menikah dengan gadis itu, dia itu tidak punya orang tua. Tidak jelas asal usulnya, bibit, bebet dan bobotnya," ucap Lina mama Evan."Anin jelas asal usulnya mam, ayahnya bernama Junaidi ibunya bernama Juwita. Kedua orangtuanya sudah meninggal dan dibesarkan oleh neneknya, kemudian saat neneknya meninggal dia tinggal di yayasan itu." Evan menjelaskan pada mamanya."Tapi tetap saja dia tidak sepadan dengan kita Evan! kamu tidak akan mengerti apa yang ada didalam hati gadis miskin itu.""Mam! kalau aku tidak boleh menikah dengannya, maka aku tidak akan menikah selamanya!" ancam Evan.Mendengar perkataan putranya itu mau tidak mau akhirnya Lina menyetujui hubungan Evan dan Anin. Lina menyerahkan pada keinginan putra tercintanya.Tapi entah dari mana mendapatkannya, saat Evan berencana melamar dan hendak menikahi Anin, Lina memperlihatkan Video Anin dan seorang laki-laki tengah membicarakan alasan Anin menikahi Evan.Evan marah luar biasa, dibalik wajahnya yang polos dan senyuman yang anggun ternyata tersimpan niatan yang begitu busuk."Kamu tetap lamar dan nikahi dia, ambil keperawatannya baru kamu ceraikan. Biar dia tahu gimana rasanya sakit dipermainkan," ide gila itu muncul dari mulut mama Evan."Dia bilang tidak ingin pernikahan yang mewahkan? itu hanya kamuflasenya saja. Tapi bagus, cepat nikahi dia secara agama. Bilang saja kamu tidak ingin terjerumus dalam zina, pasti dia dan orang-orang disana akan percaya padamu," ucap Lina lagi."Tapi ma, itu keterlaluan dan juga pasti papa tidak akan setuju. Menikahi wanita kemudian berniat menceraikannya mana boleh begitu," tolak Evan."Kamu tidak sakit hati dengan perbuatannya? Makanya kamu harus membalasnya," bujuk Lina lagi.Dan akhirnya terjadilah apa yang sudah terjadi. Evan benar-benar menceraikan istrinya setelah dia menghabiskan malam pertama bersama istrinya.🍁🍁🍁Matahari pagi bersinar melewati celah gorden apartemen milik Evan. Setelah papanya tahu dia menceraikan dan mempermainkan sebuah pernikahan, ia diusir dari rumahnya. Meksipun begitu, Evan masih tetap bekerja di anak perusahaan milik papanya. Dia memang orang yang ahli di bidangnya, bagaimanapun juga perusahaan itu membutuhkan keahliannya.Evan mengerjapkan matanya, sejak merasa dikhianati dan di permainkan oleh Anin, ia makin jauh dari Tuhannya. Evan memijit pelipisnya, kepalanya terasa sakit. Sudah beberapa bulan ini dia mengalami insomnia, tertidur selalu menjelang dini hari dan akan bangun dalam keadaan kepala pusing. Hampir satu tahun berlalu sejak kejadian itu, tapi rasa sakitnya tetap membekas. Sedalam cintanya pada Anin sedalam itulah rasa sakit yang dideritanya, dan hingga saat ini dia tidak berniat untuk dekat lagi dengan wanita manapun meksipun mamanya trus berusaha menjodohkannya kembali.Hari ini Evan berencana untuk memeriksakan diri ke Nathan, tem
Evan berjalan ke arah mobilnya, akan tetapi hatinya begitu tergerak untuk masuk ke dalam rumah itu. "Ah, masa bodoh! Aku akan mendobrak pintunya. Jika ada yang menganggapku hendak mencuri aku tak peduli, rumah ini milikku," Evan bergumam dan berjalan kembali ke arah rumah itu. Dengan sekuat tenaga di dorongnya pintu itu. Sekali tidak berhasil, dua kali masih gagal, Evan tidak mau menyerah. Dia trus berusaha membuka paksa pintu rumah itu. Akhirnya usahanya membuahkan hasil, pintu terbuka. Evan masuk perlahan ke dalam rumah. Tampak barang-barang sudah berdebu, sudah berapa lama rumah ini di tinggalkan oleh Anin, batin Evan begitu penasaran. Hatinya tergerak menuju kamar, matanya memindai ruangan itu. Bayangan Anin datang di depan matanya tanpa diminta. Senyuman yang tulus itu, tatapan mata yang sayu dan pasrah saat Evan menyentuhnya. Wajah yang memerah menahan gejolak, berganti menjadi wajah penuh air mata karena disakiti oleh suaminya. Evan men
[Wanita itu benar pernah memeriksakan diri padaku, hanya sekali. Saat itu perkiraan usia kandungannya baru dua minggu. Tapi dia terlihat tidak bahagia dengan kehamilan bahkan dia menolak untuk di USG].Pesan teks dari Aletta masuk ke dalam smartphone milik Evan setelah lima hari lamanya dia menunggu, dan sukses membuatnya spot jantung. Meskipun sejak awal dia sudah menduga akan hal itu. Hatinya terasa diremas saat melihat kata tidak bahagia tertulis didalam pesan itu. "Anin tidak bahagia dengan kehamilannya, apa karena dia membenciku. Apa dia tetap mempertahankan bayi itu, jika dia benar-benar wanita yang berhati baik maka dia tidak akan membunuh nyawa yang tidak berdosa," Evan bermonolog dalam hati. Pria itu bergegas keluar dari apartemen miliknya yang berada di kawasan Kuningan Jakarta, merupakan apartemen mewah garapan Adiguna group. Tujuannya saat ini adalah rumah mamanya, setelah hampir satu tahun dia meninggal tempat itu akhirnya Evan kembali kesana.
"Mbak Anin tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu saat melihat Anin seperti kehilangan keseimbangan tubuhnya."Ah, tidak apa-apa cuma agak tidak enak badan saja," jawab Anin berbohong."Ada apa ya mas, untuk apa mas ....""Ghibran," tukas laki-laki itu."Iya, untuk apa mas Ghiban ingin bertemu dengan saya?" tanya Anin setenang mungkin."Saya memang di tugaskan oleh bapak Adiguna untuk mencari mbak Anin. Beliau bilang ingin bertemu dengan cucunya.""Cucu? kenapa ingin bertemu cucunya malah mencari saya, ha-ha!" Anin tertawa sambil menutup mulutnya untuk menutupi kegugupan dalam hatinya."Mbak Anin kan menikah dengan mas Evan, jadi jika mbak Anin hamil artinya itu cucu bapak Adiguna.""Saya memang menikah dengan mas Evan, tapi apa mas tidak tahu malam harinya saya diceraikan. Dan apa saya ini terlihat seperti wanita yang habi
"Kamu yakin dengan ucapanmu Anin?""Tentu yakin mas. Jika Albana kamu akui sebagai anak, nanti jika ada yang kesini lagi aku tak perlu menyembunyikan Albana. Jika dia bersamaku, maka akan aku bilang itu anak angkatmu.""Sebentar, sebentar. Apa maksudnya ini? aku masih binggung.""Jadi mas Fajar mengadopsi Albana, bilang semua orang disini untuk menjawab jika Albana adalah anakmu kalau ada orang baru yang bertanya. Birakan Albana memanggilmu Abi.""Jadi kamu ingin aku mengangkat Albana sebagai putra, bukan menikahimu?""Bukanlah mas, aku kan gak bilang gitu.""Tapi kan kalian satu paket, jika aku menikah denganmu maka Albana otomatis jadi anakku. Jika Albana jadi anakku, otomatis kamu jadi istriku. Begitu kan, makanya tadi saat kamu bilang jadilah abi Albana kupikir kamu sudah mau jadi istriku. Ck kamu PHP Anin.""Ih kok PHP sih mas, kamu aja yang salah mengartikan.""Ya sudah gak usah berdebat, aku kasih tahu ya ... di pesantre
Even mengemasi apartemen miliknya, furniture ditutup dengan kain berwarna putih untuk menghindari debu menempel di sana, sepertinya dia akan meninggalkan tempat itu dalam waktu yang lama. Mengawasi pembuatan masjid sekaligus gedung universitas pasti memerlukan waktu yang tidak sebentar.Setelah lelah mencari informasi tentang istrinya, dia mencari juga laki-laki yang ada di vidio bersama Anin kala itu. Vidio yang membuatnya mengambil keputusan yang disesali seumur hidupnya.Semua informasi dia dapatkan dari orang kepercayaannya, feeling-nya mengatakan jika laki-laki itu mungkin saja memanipulasi video itu jadi Evan enggan menemuinya secara langsung hanya menyuruh orang memaksa laki-laki itu membuka mulutnya. Dia enggan bertemu langsung karena takut tidak bisa mengendalikan dirinya dan membunuhnya.Menurut orang kepercayaannya, laki-laki itu memang sengaja memancing percakapan agar Anin mengatakan ji
Albana keluar rumah dalam gendongan Anin. Seperti kebanyakan ibu lainnya, Anin lebih protektif pada anaknya. Takut jatuhlah, takut ini itu dan lain-lain."Abi ...." Albana memekik dan meronta turun dari gendongan bundanya kemudian lari ke pelukan Fajar."Abi kangen," ucap Fajar sambil mencium pipi mulus Albana dan dibalas dengan pelukan oleh bocah mungil itu."Mas Fajar, sampai sini kapan?" tanya Anin."Tadi menjelang subuh," jawab Fajar. "Albana ku bawa ya, gak usah dititipkan ke day care. Hari ini aku masih belum ngajar," ucap Fajar"Emang enggak capek mas habis berkendara? kok mau jagain Albana segala.""Enggak kan ada temannya gantian nyupir. Eh iya kenalin ini ...." Fajar clingak-clinguk mencari Evan."Lah, kemana tuh orang?""Siapa?" tanya Anin"Temanku tadi dia ikutan kesini tapi kok tau-tau i
"Kalau kamu jadi mantan suaminya apa yang akan kamu lakukan?" tanya Evan"Kalau aku tidak akan pernah membuatnya menjadi mantan istriku. Sekali dia kunikahi maka akan selamanya kupertahankan," jawab Fajar mantap."Bukan begitu maksudnya, misalkan kamu berada dalam posisi laki-laki yang membuatnya menjadi seperti itu," ucap Evan menegaskan."Kalau aku yaa tidak akan pernah kulakukan," kukuh Fajar. "Kau tahu, pernikahan adalah suatu yang sakral, perjanjian agung dengan Allah. Mana boleh di buat mainan, habis nikah dicerai setelah digauli. Niat awal ingin menghancurkan, laki-laki macam apa yang bisa berbuat seperti itu pada wanita yang dicintainya. Apa kamu tidak merasa kasian dengan mereka, Albanna tidak pernah melihat ayahnya sejak lahir. Anin, bundanya pun tidak pernah didampingi suaminya saat hamil dan melahirkan. Bahkan aku tidak yakin laki-laki itu tahu benihnya sudah tumbuh sebesar ini."