Part 57Sepertinya Mama mengikutiku. Aku segera membuka pintu, mudah-mudahan bukan Mas Pratama yang datang.Ketika aku membuka pintu, ternyata yang bertamu adalah Mas Faisal."Mau apa lagi kamu kesini?" tanyaku penuh emosi."Aku kesini, ingin bermaksud baik. Tolong kamu jangan bentak," ucap Mas Faisal."Aku tidak akan bentak kalau kamu tidak kesini, ini semua karena ulahmu. Hubunganku dengan suamiku malah renggang." Kataku berusaha mengusirAku mendorong tubuh Mas Faisal sampai ia terjatuh."Ada apa ini?" tanya Mama keheranan."Tidak ada apa-apa, Mah. Ia hanya orang setres saja yang mau menganggu rumah tanggaku.""Cukup, Dira. Kamu sudah tahu sekarang kan? Pratama suamimu itu sama seperti aku, sama-sama bajingan.
Part 58___________"Kenapa Dira?" tanya Mama."Mas Pratama mah, ia mengalami kecelakaan!" ucapku memberi tahu Mama."Apa?" Mama kaget mendengar ucapanku."Sekarang mas Pratama sedang dibawa ke rumah sakit." aku menangis memeluk mama, sama sekali tidak menyangka suamiku akan mengalami hal yang tidak aku inginkan."Kamu tenang, Sayang!" Mama mengelus pungungku, "Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang, mudah-mudahan yang dimaksud bukan Pratama suamimu!"Aku berjalan keluar rumah, anak-anak ikut karena tidak ada yang menjaganya.Dadaku sesak bergemuruh, aku sama sekali tidak menyangka padahal kami sedang bertengkar. Aku tidak fokus menyetir terbayang suamiku."Dira berhenti!" bentak mama.BRUK!
Part 59___________Aku segera keluar dari Masjid karena tidak mau sampai meninggalkan terlalu lama Mas Pratama dikamar rawat.Aku setengah berlari supaya cepat sampai."Hei!" sapa seseorang memanggil dari arah belakang. Aku menoleh kesumber suara rupa-rupanya ia adalah ...."Kamu?""Hai, perkenalkan nama saya Marcell." ucapnya mengulurkan tangan."Maaf, saya harus pergi!" Aku menolak berjabat tangan.Tanpa mendengar jawabannya aku langsung pergi meninggalkannya.Iya adalah laki-laki yang tadi yang mengetuk pintu mobilku sewaktu aku sudah menabrak pengemudi sepeda.Aku tidak tahu maksudnya, kenapa ia bisa tahu aku sedang berada di sini?Lebih baik aku abaikan, aku tid
Part 60KREK!Ada yang masuk keruangan. Kami menatap siapa yang datang. Ternyata dia Dokter Marcell."Dokter, bagaimana kondisi putra saya?" tanya Mama mertuaku berdurai air mata."Anak Ibu masih dalam kritis, berdoa terus semoga ada keajaiban dari yang maha kuasa, pasien bisa sadarkan diri," Dokter menenangkan Ibu."Saya ingin anak saya sadar sekarang dok, saya sangat takut kehilangan anak saya.""Mah, yang tenang. Dokter pun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan anak kita. Mama yang sabar dan tenang," papa menasehati mama tapi mama sepertinya enggan."Mama tidak bisa tenang melihat keadaan anak kita yang berjuang antara hidup dan mati. Mama takut Pratama pergi." seketika itu mama langsung pingsan tak sadarkan diri.Tiba-tiba ....
Part 61"Saya punya bukti."Terdengar suara lelaki yang menyahut, aku segera memalingkan badan dan menatap siapa yang bicara barusan.Ternyata dia Dokter Marcell.Mas Faisal segera menghampiri Dokter Marcell."Anda punya bukti apa?" tanya Mas Faisal melotot seperti akan menerkamIa pun segera mengambil ponsel yang berada disaku miliknya dan segera memperlihatkan bukti vidio sewaktu tadi aku berdebat dengan Mas Faisal."Ini buktinya!" sahutnya tersenyum sinis.Mas Faisal yang melihat segera merampas ponsel yang digengam dokter Marcell. Tapi nihil, dokter pun langsung bergerak cepat."Saya akan mengirimkan bukti ini pada pihak berwajib, anda akan masuk BUI dan mendekam dibalik jeruji besi." dia pu
Part 62"Kalau kamu tidak suka, silahkan tanda tangan sekarang juga!" mama terus-terusan memintaku tanda tangan. Aku bingung, aku tidak mau."Anisa!" ucap salah seorang memanggil nama Mama mertuaku, seketika itu kami berpaling dan menatap siapa gerangan yang datang.."Mama!" pekikku."Kanapa kamu mengusir anak saya?" tanya mama marah.Mungkin saja Mama tahu tentang apa yang baru saja kami debatkan."Emangnya kenapa? Ini rumah anak saya. Sekarang Pratama sudah meninggal saya mau mengambil apa yang sudah Pratama kasih 'kan pada Dira," sahut Mama Anisa sembari menatap sinis.Mama sekaan marah dan langsung memegang pergelangan tanganku."Kamu itu wanita tak tahu diri, anak baru saja meninggal sudah berani-beraninya mengusir anak saya. Kamu tidak ada hak men
Part 63Sekarang sudah pukul 18:15 WIB, aku sedang menunggu para tetangga untuk menghadiri tahlilan acara hari kedua meninggalnya suamiku dirumah Mama.Para tamu satu persatu duduk melingkar dan ustadz pun sudah hadir bahkan para santriwan dan para anak yatim piatu beserta tetangga dekat rumah turut hadir mendoakan mendiang suamiku.Setelah semuanya penuh, ustadz langsung memulai acara tahlilan, keluarga suamiku sama sekali tidak hadir mungkin saja mereka mengadakan tahlilan sendiri."Assalamualaikum," sapa seseorang mengucapkan salam."Waalaikum salam." jawab kami serentakTernyata Papa mertua dan Dokter Marcell datang, aku sangat bersyukur mereka datang untuk mendoakan almarhum Mas Pratama."Maaf kamu telat datangnya!" sahut papa mertuaku."Tida
Part 64POV DOKTER MARCELNamaku Marcell, aku berusia 25 tahun. Dari kecil tinggal di panti asuhan dan setelah umurku delapan belas tahun, aku diangkat sebagai anak oleh seorang pengusaha kaya raya dan seorang spesialis kedokteran.Papaku bernama Bayu Prasakti Perwira sedangkan Mamaku bernama Medina Pratiwi. Mereka sangat baik mengangkatku bagai anak kandungnya sendiri.Hidupku dari dulu sewaktu tinggal di panti asuhan selalu saja sendiri, walaupun aku punya Bunda panti yang baik. Tapi aku sangat menantikan kehadiran Ibu yang menemani hari-hariku, aku selalu menunggu kehadiran ibu, aku selalu berdoa supaya beliau datang menjemputku pulang kerumah istananya.Tapi, kenyatanya sama sekali ia tidak datang. Kata Bunda, sewaktu aku bayi sudah berada di depan rumah panti sedang menangis tanpa seseorang yang menemani. Sungguh mi