Menjelang pukul tiga pagi, Ray dan Teha mulai mabuk karena banyaknya wine yang mereka minum. Akhirnya, Ken memutuskan untuk menyudahi pembicaraan nostalgia mereka bertiga.
Rasanya sangat menyenangkan karena setelah sekian lama, akhirnya bisa bersua kembali. Meksi lebih banyak berdebat tidak penting, tapi masing-masing dari mereka bertiga mengakui keberadaanya satu dengan yang lainnya.
Itulah persahabatan yang mereka bangun.
Ken memapah Teha yang sangat mabuk, beda dengan Ray yang meski mabuk, tapi masih bisa jalan sendiri menuju kamar di lantai dua.
Sesampainya di langai dua, Ken ingin membantu Ray masuk ke dalam kamar karena baru saja ia melihat Ray sedikit limbung. Sepertinya Ray lebih mabuk dari yang ia kira.
"Itu bukan kamarnya Ray, kan?" Tanya Teha. Ia ingat jika sebelum ini ia salah kira dan mendapat bogem mentah dari Ray akibat seorang cewek yang tinggal di kamar itu.
"Iya. Ray memberikannya pada Kiara." Jawab Ken.
Ray terlihat
KIARA POVSIAL... SIAL...Aku bodoh, aku kecolongan! Kenapa aku harus jatuh ke lubang yang sama? Apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa aku menjadi seperti ini? Kenapa aku tidak bisa menolaknya? Kenapa dia seenaknya saja berbuat seperti itu padaku? Kenapa dia tidak pernah sedikitpun memikirkan perasaanku?Ya inilah keadaanku yang menyedihkan. Bosan aku bersedih, bosan aku merana, bosan aku menderita dan meratapi nasibku yang malang ini. Ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak menertawakan nasibku yang mengenaskan.Miris sekali.Cih, brengsek! Brengsek! Brengsek!Aku ingin sekali keluar dari mansion ini. Mansion setan ini benar-benar bisa membuatku mati gila. Aku benar-benar terkurung di tampat ini.Aku sudah lupa berapa kali dia mempermainkanku. Setiap dia memiliki masalah, ujung-ujungnya aku yang menjadi pelampiasan. Ujung-ujungnya dia memintaku tidur bersamanya.Menuruti segala hasrat menjijikannya itu.TUAN RAY, SAYA S
Kamar Kiara...“Kiara-chan, waktunya sarapan.” Kata Yuna dengan semangatnya.Yuna itu seperti tidak pernah terlihat sedih. Dia selalu ceria. Kiara merasa iri karenanya. Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakan Yuna. Gadis itu dianugrahi paras yang rupawan dan akhlak yang baik.Kiara menoleh ke arah Yuna. Ia lalu merapikan pakaiannya yang berantakkan. Ia menutupi setengah badannya dengan selimut. Bagaimanapun, di dalam dirinya masih menyisakan rasa malu meski kelakuannya sangat menyedihkan."Yu-Yuna?" Gumammnya parau. Suaranya hampir habis karena ia habiskan untuk menangis semalaman."Hai, selamat pagi!" Yuna mencoba menyapa Kiara dengan senyumannya. Ia ingin Kiara membaik setelah apa yang Kiara alami.Kenapa Kiara menjadi korban kebejatan kakaknya sih? Menurut Yuna, kakaknya itu sebelumnya tidak pernah seperti ini. Ia tahu, kakaknya itu iblis, tapi dalam dunia bisnis, bukan urusan nafsu. Apa lagi sampai bertindak sejauh itu da
Di dalam kantor Ray…Ray sedang mengotak-atik smartphone milik Kiara yang Kiara dapatkan dari Ren. Otaknya dipenuhi rasa penasaran akan hubungan Kiara dengan Ren yang menurutnya itu sangat mengganggu meski sebenarnya ia merasa tidak peduli juga. Toh apapun yang Kiara lakukan, Kiara tetap miliknya, kan?Segala protes dan cara Kiara menghindar pun tak akan mampu menghindari dirinya. Ketika ia butuh Kiara, mau tak mau Kiara harus tetap menyambanginya dan menuruti segala perintah darinya.Egois?Heh, Ray tak pernah bilang dirinya itu tidak egois. Ia semaunya saja dan suka-suka dirinya....RAY'S POVApa-apan ini? Dari sekian ratus foto, hanya ada foto Kiara saja? Ayolah, stallker? Penguntit? Dan lagi, ini sejak kapan diambil?Apa Kiara suka mengambil selca dengan smartphone ini? Bodoh, ini foto yang diambil diam-diam!Laki-laki itu mengerikan!Aku mencoba membuka kontak yang ada di smartphone, n
Selama dikurung di dalam kamar, tak banyak yang bisa Kiara lakukan. Apa yang bisa diharapan dari sebuah ruangan terbatas dibandingkan dengan luasnya dunia di luar sana?Tidak ada.Sama sekali tidak ada. Dunia luar terlalu indah dan berwarna dibandingkan di dalam kurungan tembok seperti ini.Sebuah ranjang dibandingkan luasnya pulau? Hiasan bunga sekulen di jendela dibandingkan dengan hutan?Terlalu sempit!"Kenapa orang itu sangat kejam kepadaku? Dosa apa aku padanya? Aku bahkan tidak berontak dengan segala yang dia lakukan kepadaku. Aku menuruti segala permainannya meski dalam hati sungguh aku tak menginginkannya." Kata Kiara.Kiara kini suduk sambil memeluk kakinya di atas ranjang. Ia kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan frustasi akan semua hal yang ia alami.Ia ingih mencari satu jawaban pasti akan nasibnya yang berakhir dikunci dan dikurung di kamar ini."Kenapa aku menjadi alat pemuas sex olehnya?
Kiara tengah asyik membersihkan kamarnya yang terlihat cukup merusak pemandangan. Kamar mirip kapal pecah itu sangat menyakiti matanya.Pakaian kotor berserakan di lantai, selimut tidak tertata rapi. Lantai kamarnya bahkan terasa kasar karena debu yang menempel di kaki setiap ia berjalan di atasnya.Kadang malas bersih-bersih, tapi melihat kamarnya yang tidak bisa dibilang sebagai kamar membuat Kiara risih. Tangannya akan dengan sendiri membersihkan semua debu dan merapikan semua yang tidak rapi meskipun ia sedang kelelahan. Kiara benar-benar menyukai kerapian.“Hah, ini baju Tuan Ray! Kenapa banyak sekali? Bodoh, tak perlu aku pertanyakanpun aku harusnya sudah tahu. Ayolah Kiara, kau jangan munafik lagi!”Kiara berbicara pada dirinya sendiri.“Kau itu wanitanya Tuan Ray, Tuanmu yang tampan itu. Jika Tuan Ray meminta dirimu, kau tidak bisa menolaknya. Itu percuma, sadarlah! Hidupmu itu milik Tuan Ray! Meski kau merengek, menangis
“Kiara...” Panggil Ray pelan saat ia memasuki kamar Kiara.Kiara berdiri di balkon. Kenapa orang-orang di mansion ini suka sekali mengagetkannya sih?Kiara cukup kaget karena Ray memanggilnya di waktu seperti ini. Biasanya Ray akan menemuinya di waktu makan saja, makan pagi, siang, dan malam atau saat Ray membutuhkanya, itupun tidak mungkin siang karena Ray pasti akan sibuk di kantornya.Bukankah ini bukan waktunya makan? Satu hal yang ia lupa, Ray sudah pulang kerja dan entah kenapa Ray pulang kerja lebih awal. Bukankah saat ia tengah bersih-bersih, Ray mendatanginya untuk mengambil kunci? Kali ini apa yang Ray inginkan?Tidak mungkin itu lagi, kan?“A..ada apa? Apa Anda menginginkan saya untuk melakukan sesuatu untuk Anda?” Tanya Kiara.Kiara bersikap insecure setengah mati. Ia takut jika Ray meminta dirinya tidur dengannya lagi."..."Ray masih diam, ia meminta Kiara untuk duduk di sampingnya, di ranj
Dua minggu adalah waktu yang cukup untuk mengurus segala administrasi yang diperlukan untuk melanjutkan kuliah Kiara. Meski Kiara sempat berhenti kuliah, ia sangat beruntung karena berkat Ray ia bisa melanjutkan kuliahnya lagi. Bahkan ia optimis jika kuliahnya akan sangat menyenangkan, bukan hanya ia bisa kuliah lagi tapi ia juga akan kuliah satu kelas dengan Yuna.Tentu saja bukan hal mudah membuat Yuna yang dari Jepang bisa satu kelas dengan Kiara. Untuk ke sekian kalinya Ray menggunakan kekuasaannya untuk hal ini. Meski Ray tidak turun tangan sendiri, tapi melihatnya yang mau berepot-repot mengurusi orang lain adalah sesuatu hal yang cukup langka. Pasalnya, seumur hidupnya Ray tidak pernah mau mengurusi orang lain, apalagi hal merepotkan yang berhubungan dengan wanita.Mungkin Yuna pengecualian.Ray menyayangi adik angkatnya itu. Ia memanjakannya dengan caranya sendiri. Ia suka mengomel-omel pada Yuna, tapi banyak hal yang ia lakukan demi kebaikkan Yuna.
Meninggalkan Kiara dan Yuna yang tengah sibuk dengan kuliahnya, Ray kini tengah disibukan dengan data-data yang ia dapatkan dari Teha. Ia benar-benar serius mempelajarinya. Tak hanya itu, setiap sel saraf otak saling berhubungan untuk bekerja sama memikirkannya sebuah strategi, rencana yang akan ia lakukan untuk memuluskan segala ambisinya.Ambisinya kali ini harus ia wujudkan. Itu wajib dan keharusan!Menurutnya, jika ia bisa mewujudkan ambisinya yang satu ini semuanya akan terasa lebih baik. Ia akan merasa jika hidupnya itu bisa bahagia. Apa selama ini Ray merasa jika hidupnya tidak bahagia? Bahagia baginya adalah jika ia bisa mendapatkan kembali semua miliknya!“Pengacara sialan itu.” Geram Ray.“Ray, kau tak berniat menghabisinya, kan?” Tanya Teha. “Jika Ken tahu, ia akan menentangmu habis-habisan.”“Aku ingin sekali membunuhnya dengan brutal. Tak hanya pengacara sialan itu, tapi semua orang yang terlib