Share

Bab 99. Kemarahan dan Tuduhan

Varen menatap Adisti seakan ingin menghafal setiap bagian wajah wanita muda di depannya. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, Varen mangamati.

"Saya asli dari Semarang, Pak. Saya ke Malang enam tahun yang lalu. Orang tua saya masih di Semarang." Dengan dada berdebar, Adisti mengungkapkan satu sisi hidupnya yang selama ini sudah dia simpan rapat-rapat.

"Semarang? Semarang mana?" Varen mengejar.

"Pa, ngapain tanya Semarang? Dia udah tinggal di Malang sini. Tanya di Malang tinggal di mana, itu lebih afdol." Vernon menyahut.

"Kamu ga usah ikut campur. Aku mau bicara dengan Adistya, bukan kamu." Varen mengalihkan pandangan tajam pada Vernon.

Virni yang duduk dan memperhatikan mereka kembali terkikik. Tidak menyangka, ayah dan adiknya bisa jadi lucu begitu tingkahnya gara-gara pacar baru Vernon.

"Maaf, Pak, saya Adisti, bukan Adistya. Adistya itu nama ibu saya." Adisti meluruskan sebutan Varen yang salah.

"Benarkah? Dia ibumu?" Varen kembali menoleh pada Adisti.

"Iya, Pak." Adisti me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status