Max gila-gilaan euy! Gak bosen aku ingatkan untuk dukung cerita ini ya, hehe
"Mama mama mama mama!" sebut baby Axel sambil menepuk-nepuk bantal bergambar bola di depannya. Lisa dan Resti tertawa mendengar dan melihat bagaimana lucunya baby Axel yang membuat keduanya gemas. "Cie panggil Mama terus, udah dikonfirmasi tuh, Lis. Gaslah sama Tuan." "Terus aja gitu, Pak Max udah tunangan juga," bantah Lisa kesal. "Eh iya sih, bisa-bisanya Tuan secepet itu menentukan pasangan, padahal dia keliatan suka sama kau, tapi kok pengumumannya ssma Non Larissa ya?" Lisa mengedikkan bahu tak perduli, kemudian kembali menyodorkan biskuit bayi yang langsung dipegngnya dengan semangat. Bahkan baby Axel sampai tertawa dan menjerit sakit senangnya. Sentuhan Lisa dan apapun yang Lisa lakukan padanya, baby Axel menyukainya. Adanya Lisa juga bisa menghentikan tangisnya yang kadang tangrum tak terkendali, ini mungkin karena kerinduan sang bayi atas kasih sayang sang ibu "Aku yakin itu gak asli." "Aku mah bodo amat," ujar Lisa. Kemudian, Resti teringat dengan Max, ia tak melih
Selepas Max menceritakan semua kejadian itu pun bisa jadi paham tentang alur ceritanya apa Max dan lari tiba-tiba mengumumkan hubungan mereka sementara bisa sendiri tidak tahu mengenai keduanya pernah bertemu atau karena sekarang hanya bisa menghelan apa lagi tetapi sepertinya Max ketiduran dengan dengkuran kecil yang menandakan ia tidur nyenyak. "Malah tidur, jangan-jangan tadi dia ngomong begitu dalam keadaan gak sadar," gumam Lisa agak kesal. Melihat wajah damai Max dari atas membuat Lisa heran, wajah itu kalau bangun pasti akan menakuti orang. Mungkin kalau baby Axel jarang ketemu Max, bayi itu akan takut juga dengan keberadaannya. Akhirnya Lisa memindahkan kepala Max perlhan dari pangkunnya, menggantinya dengan bantal dan menjaga posisi Max tetap nyaman. Hal yang masih mengganggunya adalah kancing kemeja Max yang terbuka, menampakkan roti sobeknya yang terpahat indah. Lisa menampar pipinya sendiri, ia berusaha agar tidak terlena atau tergoda atas keindahan itu dan perlahan me
Dicintai Max membuat Lisa serba salah, apakah ia berhak mendapatkan itu semua, ataukah ia harusnya tak mempertimbangkan hal itu? Kini hujan membasahi kota Jakarta, ia yang akan berangkat ke kantor akhirnya batal karena Max memaksanya untuk tidak berangkat bahkan Max memanipulasi pekerjaan Lisa, dikatakan bahwa Lisa ikut dengan Max ke Bandung untuk perjalanan bisnis. Lisa sendiri hanya bisa menurut dan memiliki banyak waktu untuk bermain dengan baby Axel yang terus menempel padanya. Bahkan ketika Resti menawarkan untuk bergantian menggendong, baby Axel menolak dan menangis keras. "Hem, seneng banget ya Baby Mamanya gak berangkat kerja?" ujar Resti menggoda Lisa. Baby Axel malah semakin antusias, "Mama mama mama!" Lisa hanya bisa memutar bola matanya lelah, bagaimanapun ia tak bisa menyalahkan naluri si bayi yang masih merindukan sosok ibu. Hanya saja ia tak tau, apakah ia mampu meninggalkan baby Axel suatu hari nanti. "Kemarin pas Tuan malem-malem ke kamar baby Axel, baby Axel tib
Tengah malam sekitar jam 12.00 WIB ketika akan mengambil air di dapur yang ada di lantai dasar, Lisa melihat Max duduk di sana dan menunduk, tetapi Lisa jadi curiga karena Max tidak bergerak sama sekali. Kemudian Lisa berjalan menuju sang majikan dan terkejut ketika melihat Max tertidur."Pak!" panggilnya.Max terbangun dan terkejut melihat Lisa yang tengah menatapnya dengan wajah khawatir. Ia juga melihat sekeliling yang terang, tadi waktu ia ke dapur ia tak menyalakan lampu."Kenapa Bapak tidur di sini?" tanya Lisa penasaran.Mendengar pertanyaan itu, Max mengingat-ingat kejadian sebelum ia tidur."Tadinya saya mau buat kopi, tapi ketiduran. Kamu kenapa turun?" tanya Max.Ia baru sadar dan melihat Lisa yang membawa botol air minum."Saya mau ambil air, Pak, habis soalnya."Max mengangguk-anggu, kemudian membiarkan Lisa mengambil air putih di dispenser yang tersedia. Ia merindukan sosok Lisa itu, entah kenapa, padahal Ia sering melihat Lisa, tapi sudah hampir seminggu mereka tidak bi
Ada banyak resiko yang akan Lisa tanggung ketika ia bersama Max, menyetujui lamarannya. Ini berkaitan dengan status Max yang sekarang sebsgai kekasih orang lain. Namun, ia juga tak bisa membohongi dirinya sendiri tentang rasa nyaman, rasa suka dan bibit-bibit cinta yang timbul pada pria dewasa itu. Kata Mia, ia terlalu polos untuk menanggapi perasaan para laki-laki. Sahabatnya itu juga takut kalau Lisa dibohongi oleh seorang pria saat ia sudah merasa nyaman dengannya. Namun, entah apa yang Max lakukan, ia seperti mengaplikasikan sihir padanya hingga ia mengatakan 'iya' saat Max menanyakan jawabannya saat mereka berangkat bersama. Pria itu langsung tertawa bahagia, bahkan hampir memeluknya. Sehingga sekarang, ia dan Max tengah duduk di depan nenek Lisa sebagai walinya. "Lisa, kamu yakin dengan ini?" tanya sang nenek. Lisa mengangguk yakin, "Aku gak akan sampai sini kalau gak yakin." "Kamu masih muda, tapi kamu yakin dengan Tuan Alexander?" tanya neneknya lagi. "Iya Nek, aku sudah
"Tentu saja tidak, Mommyku tersayang. Aku punya alasan kuat, bahwa setelah aku menduda, aku paham bahwa aku salah langkah memilih wanita sebagai istri, akupun salah dalam menghadapi wanita, harusnya aku lebih perhatian dengannya, tapi aku egois." Diana berdecak sebal, "Kata-kata dari orang yang selalu mengulang kesalahannya." "Mom, aku bisa memperbaiki ini." "Dia lugu dan miskin, mudah dimanipulasi, sementara kamu ahli dalam hal manipulasi," ujar Diana tak mau kalah. "Terserah kalian, tapi Mommy tetap tidak setuju," tegasnya menunjukkan ekspresi tak suka. Ketiga orang tua lain dan Lisa hanya bisa menonton perdebtan Diana Vs Max yang sengit. Mereka tak mau kalah dua-duanya, masa-masa keras kepala dan terus berdebat sampai akhirnya Baby Axel menangis karena lapar. Lisa langsung minta izin untuk pergi dari ruangan itu agar bisa menyusui bayi susunya baby Axel. Baby Axel sepertinya tidak nyaman dengan atmosfer orang dewasa di ruang VIP itu, memang suasananya sangat tidak bagus untukn
Bukan Diana kalau ia diam saja atas apa yang tidak ia tsetujui. Tentu ia akan melakukan sesuatu yang bisa membuat rencananya atau keputusan yang berhasil ia tidak suka dengan pilihan putranya dan ia sudah terlanjur menyukai lari saja di bagian manapun caranya next harus mau bersama Larissa meskipun ia tidak setuju sama sekalipun pada dasarnya Larissa sendiri sudah mengajukan beberapa ide untuk melancarkan niar mereka, seperti saat ini Diana dan Larissa sengaja mengunggah foto mereka berdua di atas kapal pesiar. Mereka sengaja melakukan itu tak lain untuk menegaskan bahwa Max dan Larissa memiliki hubungan serius, sampai Diana sebagai calon istri Max dekat dengan calon mertua. larissa.uk Quality Time hehe princessdiana_alexander Luv Disukai oleh 270.880 akun dan 1.890.456 akun, tentu saja keduanya adalah influencer di negara masing-masing dan mudah bagi mereka memanipulasi followersnya. Caption foto itu tentu sangat ambigu dan mengundang banyak spekulasi. Intinya adalah, Larissa da
Picture maxellio.alex3 Hi, Mama .... Foto itu mendapat 2.098.756 dalam sehari, lalu menjadi gosip panas sampai ke semua portal berita-berita yang ada di negeri ini. Larissa yang melihatnya pun mneggeram tak terima, bagaimana bisa Max melakukan hal-hal seperti itu. Padahal ia sudah menyerang dan ia kira itu berhasil, tetapi Max memang tangguh dalam hal melawan. Di sebrang sana, Diana sama kesalnya dengan Larissa, bagaimana bisa Max melakukan semua itu. Ia berhasil membuat postingannya dan Larissa tak berguna karena postingan sang anak yang lebih meyakinkan. "Ada apa, Di?" tanya sang suami melihat kegelisahan istrinya. "Anakmu membuat ulah, aku tak terima." "Ck, sampai kapan kalian akan perang begini? Aku sudah lelah melihatnya, kalian sudah sama-sama dewasa. Dia punya pilihannya sendiri." "Jadi kau membelanya?!" marah Diana. Lorey langsung memeluk sang istri, ia memang sangat sabar menghadapi istrinya yang bandel bin emosian, cemburuan pagi. Namun, Diana tak mau memperbaiki