Beranda / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

Share

Bab 112 : Kenapa Jadi Seperti Ini?

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-01 15:06:01

“Mas Bram …,” bisik Yasmin dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca.

Barra melirik Yasmin, lalu berkata, “Ya. Dia bersaksi untuk kamu.”

Yasmin tidak kuasa menahan air mata. Pria itu ... ternyata masih hidup pascapenikaman oleh Cindy. Bahkan masih bersedia membantunya.

Wajah Bram tampak pucat. Pandangannya tajam, tenang, dan tanpa ragu. Kini dia duduk di kursi saksi dan mulai bicara. Pria itu menjelaskan semua, dari kejadian beberapa hari sebelumnya hingga upaya Cindy untuk membunuhnya.

Kondisi ruangan makin riuh. Mereka semua saling berbisik dan bertanya-tanya, tidak menyangka mendengar kesaksian Bram.

Jaksa sempat menoleh ke arah bangku penonton, lalu menggeram pelan. Tangannya mengetuk-ngetuk pulpen di meja dengan ritme tak sabar. Matanya menyipit tajam menatap Bram, lalu ke arah hakim. “Kami ... akan meninjau ulang seluruh keterangan saksi dan bukti,” gumamnya, denagn nada yang mulai terdengar goyah.

Dari barisan kursi khusus kuasa hukum, seorang pria bertubuh tegap t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi? “Bram sialan!” geramnya pelan. Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy. “Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.” “Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?” Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor! Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun. Belum sempat Cindy membalas tatapan itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-05
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 119 : Ada Aku

    Sungguh, Yasmin tidak menyangka akan mendapat kunjungan tak terduga ini. Matanya langsung basah, tubuh bergetar, dan langka tertahan di tempat. Dia tidak sanggup mendekat hingga tamu itu menghampiri lebih dulu—memeluknya begitu erat, seolah menolak dilepaskan.“Akhirnya … aku bisa bertemu denganmu lagi, Yasmin.” Suara itu terisak, emosi yang lama tertahan.Yasmin menggigil dalam dekapan hangat itu, lalu dengan tangan gemetar, dia membalas pelukan tersebut.“Iya, Dokter … saya juga senang,” balasnya pelan, dan akhirnya menangis di bahu Samantha.“Mereka jahat, tidak mengajakku pergi. Kalau saja aku tahu, pasti aku ambil cuti dan ikut.” Tatapan Samantha pun melayang tajam ke arah Barra dan Kezia yang berdiri tak jauh dari Yasmin.“Maaf, Dokter. Menunggu lama, ya? Ayo masuk, aku punya oleh-oleh.” Yasmin melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air matanya sambil tersenyum kecil.Samantha mengangguk. Dia merangkul bahu Yasmin dan keduanya berjalan ke ruang tamu. Barra, Kezia, juga Leo meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 120 : Karena Memikirkan Kamu

    Mata Yasmin mengerjap beberapa kali. Dia sudah berguling di atas kasur, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan ucapan Barra barusan. Bahkan tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas. Ini tidak wajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mulai membuka perasaannya lagi?Bukankah ini terlalu cepat?“Apa Mas Barra serius, ya?” gumam Yasmin, lalu menarik napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar dengan cahaya temaram.Akibat tak kunjung bisa tidur, dia turun dari ranjang. Langkahnya pelan saat menghampiri dua bayi kembar yang tampak nyenyak di dalam boks. Setelah kenyang menyusu, mereka terlelap tanpa gelisah. Justru Yasmin yang kini terserang insomnia.Tubuhnya terasa hangat, seperti demam ringan. Namun, dia enggan menyalakan pendingin ruangan. Dia memilih keluar, ke balkon. Berharap udara malam bisa menenangkan pikiran. Dari sana, iris hitamnya menangkap sosok pria yang baru saja memasuki Rubicon putih.Entah ke mana pria itu akan pergi.Rasa penasaran membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 124 : Menahan Diri Demi Kamu

    Yasmin berjalan mondar-mandir di teras rumah. Setelah makan malam dan menyusui si kembar hingga mereka terlelap, perasaannya makin tak menentu. Barra—pria itu—tak kunjung pulang. Entah apa yang terjadi. Menghubungi Barra percuma saja, sebab tidak pernah diangkat. Pesan-pesan yang dikirim ke Bahtiar pun sama, tidak ada balasan."Apa dia baik-baik saja?" gumam Yasmin. Tatapannya berkali-kali tertuju ke arah pintu pagar yang tertutup rapat. Dia menanti, dalam dingin yang makin menusuk kulit seiring malam tambah larut.Kezia sudah beberapa kali keluar, membujuk agar Yasmin masuk. Namun, Yasmin bergeming. Seolah tubuhnya terpaku di teras itu, sulit beranjak, menunggu kehadiran seseorang.Akhirnya, pukul sebelas malam, pagar tinggi di depan rumah bergeser pelan, bergerak terbuka. Lampu sorot dari mobil perlahan menyapu halaman. Yasmin menahan napas, berharap yang datang adalah Barra.Benar. Rubicon putih itu masuk dan berhenti tepat di hadapan Yasmin. Namun, alih-alih lega, matanya membulat

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 123 : Dendam Masa Lalu

    “Mas yakin mau pergi sendirian?” tanya Yasmin, tepat saat Barra membuka pintu mobil untuknya, mempersilakan wanita itu turun.Setelah mengetahui beberapa fakta menarik tentang Cindy, pria itu memutuskan mengantar Yasmin pulang sebelum menuju kantor polisi.“Ya. Kamu tunggu di rumah. Main saja sama anak-anak,” kata Barra yang mencoba mengukir senyum. Meskipun Yasmin tahu pria itu sedang menahan sesuatu, tetapi demi menenangkan hati sang wanita, dia memaksakannya.Yasmin mengangguk perlahan. Keputusan Barra itu tidak bisa diganggu gugat.Sebelum pergi, pria itu merangkum lembut pipi Yasmin, lalu melabuhkan kecupan dalam di kening wanita itu. Ibu jarinya membelai pipi sang wanita dengan pelan.“Hati-hati, Mas. Umm … jangan sampai terpancing emosi,” pesan Yasmin, intonasinya lirih dan mengandung kecemasan. Namun, Barra tidak menanggapi.Pria itu langsung berlalu setelah mengecup kening Yasmin. Rubicon putihnya melaju dengan cepat, membuat sang wanita dilanda kegelisahan.Bahkan dia menghu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 122 : Jangan Jalan di Belakangku Lagi

    “Eh, aku pikir Mas Barra mau pulang duluan,” ucap Yasmin sambil tersenyum lebar, deretan gigi putihnya tampak jelas.Barra tidak membalas. Hanya desisan kecil terdengar dari mulutnya, dan rahangnya mengeras. Tatapan tajam bagai elang menyapu sekeliling Yasmin, seolah mencari seseorang yang bersembunyi.“Di mana Bagas? Tadi kamu sempat menyapanya?” tanya Barra dengan intonasi tajam. Dia melangkah makin dekat hingga Yasmin reflek mundur setapak. Senyumnya perlahan memudar, berganti raut gugup.Yasmin menggeleng pelan. “Ti—tidak,” jawabnya singkat.Tatapan Barra makin tajam. “Kamu bohong?” gumam pria itu, tetapi agak menekan. Napas yang diembuskan terdengar kasar, dan tanpa aba-aba, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Yasmin. Lalu menyeretnya keluar menuju area parkir.“Umm … maaf, Mas. Aku cuma tidak suka Mas Barra kelihatan cuek kayak tadi,” suara Yasmin lirih, dia mencoba menenangkan suasana. “Aku minta maaf, ya. Aku tahu aku salah.”Barra hanya menggumam singkat, “Hmm.” Lalu di

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 121 : Seperti Wanita PMS

    “Aku juga,” ungkap Barra sambil menoleh sejenak pada Yasmin.Jawaban yang tak terduga itu membuat jantung Yasmin berdebar tidak keruan. Napasnya tersendat, tetapi sorot matanya sulit berpaling dari wajah Barra yang tampak begitu tenang, hingga membuatnya gugup.“Maaf, ya, Mas. Saya—”“Bukan masalah, aku suka,” sela Barra. Tangan pria itu tiba-tiba meraih jemari Yasmin yang berada di pangkuannya.Seketika Yasmin terkesiap, otaknya memerintah untuk menarik diri, tetapi tubuhnya justru membatu. Apa-apaan ini?Sentuhan itu hangat dan membius. Tidak munafik—relung hatinya bergetar pelan. Jujur, ada rasa nyaman. Bahkan senang, seperti disentuh lembut dari dalam.Genggaman itu tidak terlepas sampai Rubicon putih yang mereka tumpangi tiba di area kampus. Lebih dari itu, Barra justru turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Yasmin.Dia tercengang. Bukan cuma karena Barra bersikap begitu manis, tetapi perutnya terasa geli seakan penuh kupu-kupu yang beterbangan.“Ayo, masuk,” ajak Barra san

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 120 : Karena Memikirkan Kamu

    Mata Yasmin mengerjap beberapa kali. Dia sudah berguling di atas kasur, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan ucapan Barra barusan. Bahkan tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas. Ini tidak wajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mulai membuka perasaannya lagi?Bukankah ini terlalu cepat?“Apa Mas Barra serius, ya?” gumam Yasmin, lalu menarik napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar dengan cahaya temaram.Akibat tak kunjung bisa tidur, dia turun dari ranjang. Langkahnya pelan saat menghampiri dua bayi kembar yang tampak nyenyak di dalam boks. Setelah kenyang menyusu, mereka terlelap tanpa gelisah. Justru Yasmin yang kini terserang insomnia.Tubuhnya terasa hangat, seperti demam ringan. Namun, dia enggan menyalakan pendingin ruangan. Dia memilih keluar, ke balkon. Berharap udara malam bisa menenangkan pikiran. Dari sana, iris hitamnya menangkap sosok pria yang baru saja memasuki Rubicon putih.Entah ke mana pria itu akan pergi.Rasa penasaran membuatnya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 119 : Ada Aku

    Sungguh, Yasmin tidak menyangka akan mendapat kunjungan tak terduga ini. Matanya langsung basah, tubuh bergetar, dan langka tertahan di tempat. Dia tidak sanggup mendekat hingga tamu itu menghampiri lebih dulu—memeluknya begitu erat, seolah menolak dilepaskan.“Akhirnya … aku bisa bertemu denganmu lagi, Yasmin.” Suara itu terisak, emosi yang lama tertahan.Yasmin menggigil dalam dekapan hangat itu, lalu dengan tangan gemetar, dia membalas pelukan tersebut.“Iya, Dokter … saya juga senang,” balasnya pelan, dan akhirnya menangis di bahu Samantha.“Mereka jahat, tidak mengajakku pergi. Kalau saja aku tahu, pasti aku ambil cuti dan ikut.” Tatapan Samantha pun melayang tajam ke arah Barra dan Kezia yang berdiri tak jauh dari Yasmin.“Maaf, Dokter. Menunggu lama, ya? Ayo masuk, aku punya oleh-oleh.” Yasmin melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air matanya sambil tersenyum kecil.Samantha mengangguk. Dia merangkul bahu Yasmin dan keduanya berjalan ke ruang tamu. Barra, Kezia, juga Leo meny

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status