Seharusnya polisi itu tidak perlu sampai datang ke rumah.
Padahal ini adalah surat pemanggilan Sydney yang pertama. Namun polisi memperlakukan Sydney seolah dia tahanan kelas berat yang harus diseret paksa ke kantor mereka. “Sydney Zahlee,” ucap Sydney saat polisi menanyakan identitasnya. “Ada pemanggilan atas namaku dari Anastasya.” Polisi muda itu langsung mempersilakan Sydney masuk ke ruang pemeriksaan. Seorang detektif bergabung dengan Sydney beberapa menit kemudian. Pria berkumis tipis itu menanyakan beberapa hal dasar pada Sydney. Saat berada di ruangan yang tidak begitu luas ini, Sydney tidak gentar sedikit pun. Punggung wanita itu tetap tegak dan matanya tidak memancarkan aura takut sedikit pun. “Walaupun sedang membela anak-anak, Ibu Sydney tidak boleh melakukan penganiayaan pada orang lain,” tukas detektif itu dengan tegas. “Ibu tahu tidak“Secepatnya, Darling,” jawab Morgan lesu. Pria itu seperti tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Sydney bisa menangkap itu. Namun wanita itu tidak mempermasalahkannya. Sydney percaya perasaannya dengan Morgan sama. Mereka sama-sama ingin berkumpul bersama lagi. Cepat atau lambat, Morgan akan mengusahakan itu terjadi. “Kalau belum bisa dipastikan, jangan menggodaku, Tuan Morgan,” pinta Sydney meledek, menghibur Morgan. “Jemput kami, bawa kami pulang, baru setelah itu kau bisa menggodaku sepuasnya,” lanjut Sydney dengan nada manja. Morgan tertawa terbahak-bahak. Malam itu, Sydney banyak mengobrol dengan Morgan hingga pagi buta. Namun Morgan menolak saat Sydney meminta panggilan suara diubah menjadi video. Panggilan video lebih mudah dilacak. Tidak hanya lokasi Morgan, tetapi juga lokasi Sydney dan anak-anak. Banyak hal yang Sydney ceritakan. Dan Morgan mendengarkan itu hingga kantuk menyerang mereka. Ponsel Sydney mati saat wanita itu terbangun pagi harinya. Dia segera men
Sydney yakin Morgan yang menyuruh Kepala Polisi Highvale untuk membebaskannya. Namun sampai hari berganti, Morgan tidak menelepon Sydney untuk sekadar menanyakan kabar. Wanita itu tahu suaminya sibuk. Hanya saja, setelah mendapat telepon pertama setelah menjalin hubungan jarak jauh, Sydney jadi banyak berharap Morgan akan sering meneleponnya. “Saya sudah dapat tempat yang cocok untuk membangun kantor Poseidon Exports cabang Negara Suri, Nyonya,” lapor Primus setelah mereka menurunkan si kembar pertama di sekolah. “Bawa aku ke sana. Aku ingin melihat langsung,” sahut Sydney datar. Setidaknya Morgan sudah memberikan Sydney pengalihan perhatian supaya wanita itu sibuk memikirkan bisnis. Primus mengangguk dan langsung melajukan mobil. Hari-hari berikutnya, Sydney bahkan tidak memiliki waktu istirahat yang cukup karena mengurus pembukaan cabang Poseidon Exports. Anak-anak tetap menjadi prioritas Sydney. Dia tidak mungkin menyerahkan semuanya hanya pada Layla. Namun setelah itu, S
Seharusnya polisi itu tidak perlu sampai datang ke rumah. Padahal ini adalah surat pemanggilan Sydney yang pertama. Namun polisi memperlakukan Sydney seolah dia tahanan kelas berat yang harus diseret paksa ke kantor mereka. “Sydney Zahlee,” ucap Sydney saat polisi menanyakan identitasnya. “Ada pemanggilan atas namaku dari Anastasya.” Polisi muda itu langsung mempersilakan Sydney masuk ke ruang pemeriksaan. Seorang detektif bergabung dengan Sydney beberapa menit kemudian. Pria berkumis tipis itu menanyakan beberapa hal dasar pada Sydney. Saat berada di ruangan yang tidak begitu luas ini, Sydney tidak gentar sedikit pun. Punggung wanita itu tetap tegak dan matanya tidak memancarkan aura takut sedikit pun. “Walaupun sedang membela anak-anak, Ibu Sydney tidak boleh melakukan penganiayaan pada orang lain,” tukas detektif itu dengan tegas. “Ibu tahu tidak
Mendengar suara Morgan, jantung Sydney langsung berdegup lebih cepat.Ini suara yang Sydney ingin dengar sejak detik pertama wanita itu mendaratkan kakinya di Negara Suri.Mata Sydney berkaca-kaca.“Morgan, ini kau? Mengapa pakai nomor lain? Kau baik-baik saja, bukan?” Sydney langsung memberondong Morgan dengan banyak pertanyaan.Morgan tertawa renyah. Bunga di taman hati Sydney mendadak bermekaran kembali.“Aku pakai nomor sekali pakai. Setelah ini, nomor ini akan tidak aktif. Aku baik-baik saja,” jawab Morgan terdengar begitu menenangkan.Sydney mengembuskan napas lega.“Baguslah,” jawab Sydney lirih.“Bagaimana dengan kabarmu dan anak-anak?” tanya Morgan penasaran. “Kemarin hari pertama mereka bersekolah, bukan? Maaf aku tidak bisa menghubungimu kemarin.”Sydney menelan ludah.Sekarang Sydney sedang menuju kantor polisi.Namun Sydney tidak ingin memberitahu Morgan. Urusan
Sydney bisa memasak, tetapi tidak terlalu pandai membuat kue.Beberapa kali jari tangan Sydney terluka. Entah karena memegang wadah kue yang masih panas atau tidak sengaja justru mengiris tangannya karena terburu-buru.“Hati-hati, Nyonya! Saya bisa dimarahi Tuan kalau terjadi sesuatu pada Nyonya,” tukas Layla sambil membalut plester luka pada jari Sydney.Mata pelayan senior itu berkaca-kaca.Sejak insiden keracunan, Sydney merasa Layla semakin mudah menangis.Hal kecil saja bisa membuat Layla bergelimang air mata.“Ini cuma luka kecil, Bi. Morgan tidak akan memarahi Bibi,” sahut Sydney santai.“Jangan menyepelekan luka kecil. Luka kecil seringkali tidak terlihat, tapi jika tubuh kita dipenuhi luka seperti itu, apa kita akan baik-baik saja, Nyonya?” Layla mengerutkan bibirnya yang bergetar, menahan tangis.Sydney terkesiap, tidak berkata apa-apa lagi.Kue-kue yang dimasak oleh Layla dan Sydney sudah dibagi menjadi beberapa kantung kertas pada pagi keesokan harinya.“Untuk apa kue itu,
Sydney tidak bisa menyembunyikan tatapan sinisnya saat mendengar pertanyaan itu.Dalam akta kelahiran Jade dan Jane yang baru, Sydney memang tertulis sebagai ibu tunggal yang melahirkan di luar ikatan pernikahan.Namun sebenarnya Jade dan Jane terlahir dalam ikatan pernikahan yang sah, antara Morgan dan Bella.Hanya saja Sydney tidak bisa mengungkapkan hal itu untuk membela anak-anaknya sekarang.“Pria yang tadi ikut mengantar si kembar itu pacar Ibu Sydney, ya?” tebak wanita itu lagi.Sydney mengernyitkan dahi.Pasti yang dimaksud oleh wanita asing itu adalah Primus.“Itu sopir kami,” jawab Sydney, merasa terganggu.Namun wanita berkacamata itu justru tertawa terbahak-bahak.“Apa itu alasan yang Ibu gunakan ke Jade dan Jane? Padahal Ibu sedang mencoba mengenalkan mereka pada calon papa baru, kan?” tudingnya asal.“Miss Anastasya!” tegur Anya.Sydney tersenyum tipis melihat keberanian