Malam Pertama Sang Istri Kontrak

Malam Pertama Sang Istri Kontrak

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-10-01
Oleh:  Ferin AgfBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
71Bab
6Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Pernikahan ini bukan atas dasar cinta, melainkan sebuah kontrak dingin demi menyelamatkan keluargaku. Aku dipaksa menjadi istri seorang CEO arogan yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Malam pertama yang seharusnya penuh kasih sayang, justru berubah menjadi awal dari hubungan berbahaya. Dia berjanji tak akan mencintaiku, tapi setiap tatapan dan sentuhannya membuatku semakin terperangkap dalam dekapannya. Antara benci dan cinta, antara luka dan nafsu… mampukah aku bertahan sebagai istri kontrak, atau justru menyerahkan seluruh hatiku pada pria yang hanya menganggapku sebagai permainan? ---

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 – Pernikahan yang Tak Pernah Kuinginkan

Gaun putih ini terasa seperti belenggu, bukan lambang kebahagiaan. Kainnya berat, menjuntai hingga menyapu lantai marmer kamar hotel megah yang disewa khusus untuk pernikahan. Aku menatap bayangan diriku di cermin besar—wajah cantik dengan make-up sempurna, bibir merah muda, dan senyum yang dipaksakan. Tapi mataku… kosong.

“Kenapa harus aku…?” bisikku lirih.

Pintu kamar berderit terbuka. Ayahku masuk dengan setelan jas abu-abu. Rambutnya yang mulai memutih terlihat rapi, tapi wajahnya penuh kerisauan.

“Kau sudah siap?” tanyanya tanpa basa-basi.

Aku menoleh, menatapnya dengan getir. “Ayah, aku tidak bisa. Aku tidak mencintainya. Bahkan aku tidak mengenalnya.”

Suara ayahku mengeras. “Ini bukan soal cinta, ini soal masa depan keluarga kita. Jika perusahaan bangkrut, kita kehilangan segalanya. Hanya pernikahan ini yang bisa menyelamatkan kita.”

Air mataku hampir jatuh. “Jadi… aku hanya tumbal untuk keserakahan bisnis?”

Ayah terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Kau anak Ayah. Kau harus berkorban demi keluarga. Jangan egois.”

Kata-kata itu menghantam dadaku. Egois? Bukankah aku yang dikorbankan?

Aku ingin menolak, ingin berteriak, tapi kakiku terlalu lemah. Hatiku hancur, tapi aku tahu tak ada jalan lain. Aku berjalan keluar kamar, melewati lorong panjang yang dipenuhi dekorasi bunga putih. Musik lembut mengalun, seakan merayakan kebahagiaan yang tidak pernah kumiliki.

Di ujung altar, aku melihatnya—pria itu. Tinggi, tegap, dengan jas hitam yang membalut tubuh atletisnya. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, menonjolkan rahang tegasnya. Wajahnya tampan, terlalu tampan, tapi tatapannya… sedingin es.

Dia menoleh ke arahku. Tatapan mata hitam itu tidak menunjukkan kekaguman, tidak pula kebahagiaan. Yang kulihat hanyalah dingin, keras, dan penuh perhitungan.

Aku berjalan dengan langkah goyah, setiap detik terasa begitu panjang. Tanganku bergetar saat ayah menyerahkan tanganku pada pria asing itu. Genggamannya dingin, kuat, seolah memberi peringatan bahwa aku kini sepenuhnya berada dalam kekuasaannya.

Upacara berlangsung cepat. Janji pernikahan diucapkan tanpa perasaan. Dan ketika cincin melingkar di jari manisku, aku merasa seperti terikat rantai yang tak bisa kuputus.

Saat semua orang bertepuk tangan, aku hanya ingin berteriak. Tapi suaraku terkunci di tenggorokan.

Malam itu, setelah pesta usai, aku dibawa ke kamar pengantin. Ruangan luas dengan ranjang besar berhias kelambu putih. Lampu redup menambah suasana yang seharusnya romantis, tapi bagiku terasa mencekam.

Aku duduk di tepi ranjang, gaun pengantin masih melekat di tubuh. Tanganku mengepal di pangkuan, jantungku berdegup kencang.

Pintu terbuka. Dia masuk dengan langkah mantap. Jasnya sudah ia lepaskan, menyisakan kemeja hitam yang membentuk tubuhnya. Dia menatapku tanpa senyum.

“Mulai malam ini kau adalah istriku,” katanya dingin. Suaranya berat, dalam, menusuk telinga.

Aku menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. “Apakah… apakah kau benar-benar mau pernikahan ini?”

Dia berjalan mendekat, berhenti tepat di depanku. Tangannya meraih daguku, mengangkat wajahku agar menatap matanya.

“Dengarkan baik-baik,” ucapnya dengan suara rendah. “Aku tidak pernah menginginkan istri. Aku tidak pernah menginginkanmu. Ini hanya perjanjian, kontrak, dan aku tak akan pernah mencintaimu.”

Jantungku seakan diremas. Kata-katanya menusuk lebih dalam daripada belati.

Dia melepaskan daguku, lalu berbalik melepas dasinya. “Tapi,” lanjutnya tanpa menoleh, “kau harus menjalankan kewajibanmu sebagai istri. Malam ini… kau milikku.”

Tubuhku bergetar hebat. Ketakutan, marah, tapi juga… ada sesuatu yang aneh, yang tak bisa kujelaskan.

Aku menutup mata erat-erat, berharap semua ini hanya mimpi buruk. Tapi genggaman kuat di pinggangku membuatku sadar—malam pertama ini adalah awal dari pernikahan yang tak pernah kuinginkan.

---

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
71 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status