Sydney Zahlee baru berusia 23 tahun saat harus kehilangan bayi, status sebagai istri, dan juga suaranya. Belum lagi, mantan suami yang berselingkuh dengan sepupunya itu meninggalkan begitu banyak utang atas nama Sydney. Putus asa, Sydney memilih untuk mengakhiri hidup. Namun, seorang pria tampan dan menyeramkan justru menyelamatkannya. Pria itu adalah Morgan Draxus, penguasa bisnis di industri pelayaran laut, yang juga seorang bos mafia. Morgan juga meminta Sydney untuk menjadi ibu susu bagi bayi kembarnya. Tidak ada yang bisa menolak sepasang bayi kembar Morgan, termasuk Sydney. Apalagi ketika Sydney mengetahui bahwa Morgan adalah bos mantan suaminya. Bukankah ini bisa menjadi jalan untuk balas dendam pada pria brengsek yang sudah membuat Sydney sengsara? “Sentuh dia, dan akan kubakar habis dirimu beserta semua keluargamu!” ancam Morgan saat melihat Sydney hampir meregang nyawa di tangan mantan suaminya. *** IG: @prasidafai
View MoreVienna mengangguk tanpa ragu. “Aku ingin menjalin hubungan baik dengan mertuaku dan memberi salam dengan lebih baik. Aku bisa menjadi menantu yang berbakti,” ucap Vienna kemudian. Gloria menampilkan wajah dengan jelas bahwa dia tidak suka diikuti oleh Vienna. Perilaku menguntit seperti itu sangat menakutkan di mata Gloria. Sementara Terry tampak tertarik dengan ucapan Vienna. “Berbakti seperti apa?” tanya Terry sambil mengambil segelas air mineral kemasan yang sudah siap sedia di dekat meja tamu dan menyuguhkannya pada Vienna. Vienna tersenyum, setidaknya satu dari mereka bersedia mendengarkannya dan bersikap lebih ramah. Dia menyelipkan rambut ke belakang telinga dan menegakkan punggung. “Jika Mama dan Papa butuh sesuatu, aku bisa memberikannya. Kalian tahu … orang tuaku juga punya perusahaan besar,” jawab Vienna percaya diri. Terry yang tadinya tampak tertarik, kini menarik diri dengan bersandar pada sofa. Dia sudah tahu bagaimana latar belakang kedua orang tua Vienna mendap
Mereka berkumpul di ruang tamu setelah selesai sarapan. Kecuali si kembar, yang sudah kembali ke kamar karena akan dimandikan oleh Layla. Di sana, ada figura besar kedua orang tua Sydney yang sedang saling menggenggam tangan dan tersenyum penuh cinta. Seolah sedang menyambut tamu yang datang ke kediaman mereka. “Ini pertama kali kami datang ke rumah orang tuamu dan melihat wajah mereka. Kau sangat mirip dengan ibumu, Sydney,” ucap Gloria menatap figura itu dengan kagum. Sydney mengetik sesuatu di ponsel dan menunjukkannya pada Gloria. “Aku pikir, Mama jauh lebih cantik dan beruntung. Mama memiliki keluarga sempurna dan suami yang setia mencintainya,” sahut Sydney memaksakan senyumnya. Semua orang mengatakan hal yang sama dengan Gloria. Namun dengan wajah yang nyaris serupa, nasib Sydney dan ibunya sangat berbeda. Mark sering memberikan hadiah kejutan untuk Susan, tidak peduli bahwa hari itu sedang tidak ada perayaan apa pun. Bagi Mark, hari-harinya bersama Susan selalu istimewa
Sydney menyadari ada pesan masuk dari Timothy saat dia baru saja selesai mengeringkan rambut. Pagi sudah menyapa, tetapi pesan Timothy sejak semalam belum Sydney buka. Wanita itu menggeleng pelan sambil membaca pesan Timothy. [Aku tidak bisa datang malam ini karena sedang mengikuti olimpiade di luar negeri, padahal aku sangat ingin bertemu denganmu, Kak.] Sydney tersenyum tipis dan membalas pesan itu:, “Semoga berhasil, Tim. Dan semoga kita bisa segera bertemu.” Mengingat kejadian semalam, Sydney justru bersyukur Timothy tidak hadir. Kuliah dan olimpiadenya bisa terganggu jika dia menyaksikan drama keluarga mereka. Setelah itu, Sydney melangkah ke ruang makan. Di sana sudah ada Morgan, Gloria, Terry, serta si kembar. Gloria dan Terry terlihat sangat bahagia saat bermain dengan si kembar. Sementara Morgan menatap mantan mertua Sydney penuh waspada. Memperkenalkan si kembar pada Gloria dan Terry adalah ide Sydney. Dan Morgan, tentu saja tidak langsung menyetujui ide itu. “Mereka
Dada Morgan naik turun, betapa besar amarah yang ada di dalam sana. Biasanya Morgan dapat mengendalikan diri dengan mudah, tetapi jika menyangkut keselamatan Sydney, pria itu merasa sulit. “Pergi kalian!” bentak Morgan mengusir. Lebih baik, Vienna dan Lucas segera enyah dari hadapannya. “Jika kalian ada di depan mataku lagi, mungkin aku akan langsung membunuh kalian!” lanjut Morgan dingin. Morgan segera beralih pada Sydney dan menggendong wanita yang bersandar pada dinding itu. Sydney berpegangan pada leher pria itu. Nirina perlahan bangkit dan menyerahkan ponsel Sydney pada Morgan. Awalnya dia ragu Morgan bisa menerima itu karena kedua tangan pria itu sedang sibuk. Namun dengan mudah Morgan melepas satu tangannya untuk mengambil ponsel, dan menggendong Sydney hanya dengan satu tangan yang lain. “Terima kasih sudah menerima panggilanku. Anda ingin tinggal atau pulang? Aku bisa meminta anak buahku mengantar Anda,” ucap Morgan lebih lembut daripada saat berbicara dengan Vienna da
Selain kehadiran ketiga pelayan dan satu pengawal, syarat terakhir yang Morgan berikan agar Sydney dapat melaksanakan acara malam ini yaitu, membawanya dan juga si kembar. Sydney sempat tidak setuju. Dia mengkhawatirkan keselamatan si kembar. Namun Morgan tetap teguh pada pendapatnya. Dengan alasan, si kembar sudah makan MPASI dan hanya Sydney yang bisa memasak itu. Pada akhirnya hasil negosiasi mereka adalah Morgan dan si kembar akan tetap berada di kamar sampai semua tamu pulang. Jadi di sinilah Morgan sekarang, di kamar bersama si kembar yang tertidur pulas. Mungkin sebentar lagi akan bangun karena tidak kunjung mencium bau ibu susu mereka. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam dan Sydney masih tidak membalas pesan Morgan yang dikirim sejak satu jam lalu. “Jangan lewat dari jam 11 malam atau aku harus menjemputmu ke sana, Cinderella.” Begitu isi pesan Morgan yang belum mendapat balasan dari Sydney. Untuk menghilangkan perasaan cemas yang menggerogoti hati, Morgan akhi
Vienna menegang, tubuhnya kaku. Dia memastikan nalarnya tidak salah menangkap maksud ucapan Nirina. Sementara Sydney menatap Nirina tidak percaya. “Siapa yang Nona Nirina maksud?” tanya Lucas buka suara. “Siapa lagi?” Nirina balik bertanya dengan angkuh. “Tentu saja Sydney. Atau harus kubilang … mantan istrimu?” Vienna menelan ludah. “N-nona, sepertinya Nona salah paham,” ucap Vienna terbata-bata, masih berusaha membela diri. Debaran jantungnya sudah berdetak tidak menentu, seperti orang yang baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang buruk. “Sydney memang tidak pernah bercerita, dan mungkin kamu mengira dia akan terus menutup mulutnya. Namun perlu kuberitahu padamu bahwa sekalipun Sydney teman lamaku, kami sudah lama tidak berhubungan. Jadi ketika aku ingin menjadikannya teman lagi, aku harus melakukan pemeriksaan latar belakang selama kami tidak berkomunikasi.” Ucapan Nirina menjawab pertanyaan yang sempat berkelebat di kepala Vienna. Wanita itu mengepalkan tangan di s
“Ah, ada Vienna dan Lucas juga?” Senyum di wajah Nirina perlahan redup. Namun, dia dengan cepat mengalihkan perhatiannya pada Sydney dan tersenyum lagi. Dia duduk di sebelah Sydney. Gloria dan Terry juga menyambut Nirina dengan baik. Vienna sungguh ingin menyela keakraban mereka, tetapi niat itu urung dia lakukan karena tidak ingin menjadi lebih malu lagi di depan mertuanya. Makan malam berlangsung selama satu jam setelah Nirina datang. Nirina yang terkenal dingin, terlihat sangat ceria di depan Sydney, Gloria, dan Terry. Hal itu membuat Vienna sulit menikmati makan malamnya. Padahal dia dan Lucas sengaja datang untuk mengintimidasi Sydney. Namun ternyata Sydney juga mengundang beberapa orang lagi, yang cukup mampu membuat Vienna kehilangan muka. Setelah makan malam selesai, mereka semua meninggalkan ruang makan. Ghina dan Fred bahkan pulang lebih dulu sebelum sempat menanyakan soal bayi kembar yang diasuh oleh Sydney. “Aku juga ingin pulang,” rengek Vienna pelan pada Lucas.
“Kau yang penyakitan!” hardik Vienna dengan wajah yang pucat pasi. Sydney menunduk, menahan tawa. Lalu dia kembali menyandarkan punggungnya pada kursi. “Kita berasal dari darah yang sama, Vienna,” jawab Sydney dengan tenang. “Ayah dari anakmu dan anakku juga sama. Jadi seharusnya kau lebih berhati-hati.” Vienna membelalak. Marah, panik, dan takut tergambar jelas di matanya. “A-apa penyakit Isaac berasal dari genetiknya? Atau DNA-nya? Ah, apa pun itu!” tanya Ghina merasa frustasi karena ditelan oleh rasa paniknya sendiri. Dia menatap Sydney penuh harap. Tatapannya yang tadi merendahkan Sydney dan merasa sudah di atas angin itu sirna. Fred memegang tangan istrinya, berusaha memberi kekuatan. “Tanyakan saja pada dokter. Jangan bertanya padaku,” sahut Sydney menoleh pada Ghina. “Setidaknya kau punya sedikit informasi, Sydney!” timpal Lucas dengan nada tinggi. Gloria sempat terkejut melihat Lucas semarah itu pada Sydney. Dia masih ingat dengan jelas ketika Lucas rela berlutut di k
“Tolong bicara yang baik di depan istriku, Ma, Pa. Setidaknya minta maaflah padanya karena Mama dan Papa tidak datang ke pernikahan kami.” Lucas buka suara, berusaha menengahi keluarganya dengan keluarga sang istri. Sydney menelan ludah, mengingat dulu Lucas juga selalu membelanya saat harus bersinggungan dengan Gloria dan Terry. Namun sekarang pria itu membela wanita lain di depannya. Dia mengambil segelas air dan meminumnya perlahan, tenggorokannya terasa kering. “Sayang, jangan seperti itu pada Mama dan Papa. Aku tidak apa-apa, setidaknya kita bisa bertemu di sini,” bujuk Vienna sambil mengelus pelan paha Lucas. Lucas menatap istrinya sambil menghela napas. Dari tatapan Lucas, Sydney bisa langsung tahu bahwa sepertinya pria itu belum menceritakan bagaimana hubungannya dengan kedua orang tuanya pada Vienna. “Mengapa kami harus meminta maaf pada wanita yang berhasil menikahimu dengan cara mengambilmu dari Sydney?” Gloria menanggapi Lucas. Sebelum Lucas membalas, Gloria bicara l
Di hari ulang tahun putranya, bukan pesta atau kado yang Sydney siapkan, melainkan peti mati dan doa perpisahan.Isaac, putra Sydney yang seharusnya meniup lilin pertamanya, kini hanya nama di batu nisan setelah meninggal akibat penyakit imun yang dideritanya."Kudengar bocah itu bisa selamat kalau mendapatkan transplantasi sumsum. Dengan kekayaan keluarganya, kenapa operasi itu tidak dilakukan saja?" ujar salah satu kerabat yang menghadiri pemakaman. “Kamu tidak tahu? Kata dokter, satu-satunya yang bisa mendonorkan sumsum itu adalah sang ayah, tapi karena hubungan Sydney dan suaminya buruk, sampai anak itu mati, tidak ada transplantasi yang dilakukan.”“Astaga, malangnya. Karena ibu dan ayahnya yang tidak bertanggung jawab, jadi anak yang menjadi korban.”Sydney tersenyum pahit mendengar gosip kerabat di sekelilingnya.Orang-orang ini tidak tahu mengenai apa yang benar-benar terjadi, tapi dengan mudah memperbincangkan keluarganya.Seperti yang dikatakan, penyakit langka yang Isaac d...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments