Share

78. Berita Baik!

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-03-17 21:47:14

“Kau bicara apa saja dengan Tante Gloria?’ tanya Sydney sambil menggerakkan tangan. “Beliau terlihat sedih.”

Kini mereka sedang dalam perjalanan setelah keluar dari Astoria Palace. Pria yang duduk di sebelah Sydney itu mendesah pelan.

Pertanyaan Sydney membuat Morgan teringat percakapannya dengan Gloria. Tentang seseorang yang tulus untuk Sydney, tetapi dia sendiri masih ragu untuk meneruskan perasaannya.

“Bukan hal yang penting,” jawab Morgan dengan datar pada akhirnya. “Dia sedih karena aku tidak sesuai dengan harapannya saja.”

Setelah balas menatap Sydney, Morgan mengalihkan pandangan lagi ke jendela mobil.

Namun, Sydney belum selesai bicara. Dia menyentuh lengan Morgan dan membuat pria itu kembali menoleh padanya.

“Memang Tante Gloria berharap apa padamu?” tanya Sydney kemudian sambil mengernyitkan dahi. “Apakah ini tentang Monarch Legal Group?”

Hanya itu yang bisa Sydney tebak. Morgan dan Gloria tidak pernah punya hubungan apa pun selain itu.

Sydney memang tidak bersuara.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Suerti
lama sekali prosesnya ya smpai berbab2 CPT angkat penderitaan Sydney jgn trs tertindas
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   79. 100 Juta untuk Lucas

    “Apa saja yang kalian lakukan hingga aku harus bermalam di penjara?!” teriak Ghina pada pengacaranya dari dalam sel. Hari sudah berganti, tetapi wanita paruh baya itu masih mengenakan pakaian kemarin dan rambutnya sedikit lebih berantakan. Beberapa tahanan mendesis marah karena Ghina terlalu berisik saat mereka sedang menikmati sarapan. Sementara para penjaga bersikap seolah tidak mendengar bumbu-bumbu pertikaian itu. Ghina langsung tutup mulut. Dia meremas jeruji besi yang membatasinya dengan sang pengacara. “Nona Sydney tidak menjawab panggilan kami, Nyonya. Sehingga kami sulit melakukan mediasi dengannya,” jawab pengacara pria yang tampak lusuh karena harus lembur mengurus Ghina semalaman. “Anak itu pasti sengaja!” geram Ghina sambil melebarkan matanya yang memerah. Pengacara Ghina menelan ludah, tidak yakin harus merespons apa. “Apa kita tidak bisa menuntutnya balik?! Aku sudah memberikan uang 50 juta padanya untuk tutup mulut!” ide Ghina kemudian. Pria berjas biru tua it

    Last Updated : 2025-03-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   80. Tuan Kecil yang Berulah

    Pipi Sydney spontan memerah. Sendok bayi yang dia pegang bahkan terjatuh ke lantai. Sydney segera menyadarkan diri dan mengambilnya. Lalu, mencuci sendok itu di wastafel. Morgan selalu menggoda Sydney. Namun mengingat bagaimana pria itu tidak pernah melakukan tindakan yang lebih jauh, bahkan menolak Sydney saat wanita itu menunjukkan tubuh polosnya, dia tidak ingin gegabah menanggapi Morgan. ‘Dia pasti hanya iseng!’ batin Sydney meyakinkan diri. Sydney memutar tubuh, kembali menghadap Morgan. “Kau bukan bayiku,” sahut Sydney sambil menggerakkan tangan dengan salah tingkah. Dia tidak berani menatap mata Morgan. Mata elang pria itu bisa membuat Sydney tersesat jika ditatap terlalu lama. Morgan masih menyeringai. Perlahan, dia melangkah dan mengikis jarak dengan Sydney. “Haruskah aku minum ASI darimu supaya aku bisa resmi menjadi bayimu, Mami Sydney?” tanya Morgan sedikit membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah Sydney. Ronald membelalak mendengar atasannya yang ding

    Last Updated : 2025-03-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   81. Bayi yang Sulit

    “Suapan terakhir!” tukas Morgan sambil menyuapi Jade yang kini membuka mulutnya dengan mudah. Untuk membuat bayi laki-lakinya makan lahap, Morgan harus bersedia menyerahkan wajahnya untuk dimainkan oleh Jade. Sehingga saat mangkuk makanan Jade bersih, Morgan tidak bisa menyembunyikan senyum bangganya. “Ini pekerjaan tersulit yang pernah aku lakukan,” tambah Morgan menyodorkan mangkuk kosong itu pada Sydney. Setelah mengusap pelan rambut cokelat Jade dan Jane yang mulai lebat, Morgan beralih pada Sydney. “Selamat, kau berhasil,” ucap Sydney menggerakan tangannya. Morgan menaikkan salah satu sudut bibirnya, tidak percaya bahwa dia merasa senang hanya karena berhasil menyuapi seorang bayi. “Tampaknya, kau sengaja memilihkan bayi yang sulit untukku,” ujar Morgan sambil melirik Jane. “Jane tampak lebih ramah denganku.” “Jika kau kesulitan mendekati bayimu, berarti kau kurang meluangkan waktu untuk bermain dengan mereka,” sahut Sydney menatap Morgan dengan lekat. Perasaan h

    Last Updated : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   82. Koleksi Majalah Morgan

    Sydney mengerjap perlahan saat merasa tubuhnya bergoyang dan melayang di udara. Beberapa waktu lalu, seingatnya dia tertidur di sofa kamar si kembar setelah menyusui. ‘Apa ada gempa?!’ batin Sydney spontan membuka matanya dengan cepat. Bukannya melihat kamar si kembar, tatapan Sydney justru langsung bertemu dengan wajah Morgan yang tengah menatap lurus ke depan. Pria itu sedang menggendong dan membawanya melintasi koridor mansion yang gelap. Morgan sedikit menunduk sebelum melihat ke depan lagi. “Kau bangun?” tanya pria itu. “Lanjutkanlah tidurmu, aku hanya memindahkanmu ke kamarku.” Sydney mengeratkan pegangannya pada leher Morgan dan menyembunyikan wajahnya di sana. Wangi tubuh Morgan terhirup oleh Sydney dan menghantarkan aliran listrik yang membuat jantungnya berdebar. Napas Morgan menjadi berat. Sydney juga merasakan dada pria itu berdetak cepat. Setelah sampai di kamar Morgan, pria itu membaringkan Sydney di ranjangnya. Sydney menatap Morgan yang masih berdiri di sisi ran

    Last Updated : 2025-03-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   83. Mengangkat Kepala

    “Waa … waa …!” Tangisan Jade dan Jane dari monitor yang ada di kamar Morgan membangunkan Sydney. Saat Sydney ingin bangun dari posisi berbaringnya, dia merasa sesuatu yang berat menindih pinggangnya. Itu adalah tangan Morgan yang tengah memeluk Sydney dari belakang. ‘Oh!’ Sydney berseru dalam hati saat mengingat dia tidur bersama pria itu semalaman. Benar-benar hanya tidur, sesuai perkataan Morgan. Untuk penampilan fisik yang seakan bisa meniduri wanita manapun yang dia temui, Sydney sempat tidak percaya Morgan mampu menahan diri sekuat itu. ‘Apakah aku tidak menarik di matanya?’ tanya Sydney meragukan dirinya sendiri. ‘Atau seleranya adalah … model seperti Veronica?’ Sydney menggigit bibirnya. Dengkuran Morgan yang halus dari arah belakang menyadarkan lamunan Sydney. Dia segera bangkit dengan hati-hati supaya Morgan tidak terbangun. Namun, Morgan ahli dalam merasakan perubahan gerakan yang sangat kecil. Dia menyadari Sydney bergerak menjauh dan pria itu segera mengeratkan pel

    Last Updated : 2025-03-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   84. Biaya Tidur Bersama

    “Aku ingin mengundang mereka ke rumah mendiang orang tuaku,” tukas Sydney kemudian. “Untuk apa?” tanya Morgan sambil menaikkan kedua alis. Sydney menghela napas dan menjawab, “Mengejutkan mereka?” “Sepertinya menarik,” sahut Morgan sambil menyeringai. “Kali ini hanya aku, Morgan. Aku tidak ingin mereka tahu kita dekat,” elak Sydney dengan cepat. “Aku tidak mungkin membiarkan Tante Ghina dan Om Fred tahu tentang … kita. Mereka tidak bisa dipercaya.” Pria itu menggeleng dan membuang muka, mengalihkan perhatiannya pada si kembar yang sedang memainkan air liur mereka. Morgan mengelapnya dengan tisu. Sydney menyentuh lengan Morgan, supaya pria itu kembali menoleh padanya. “Jika tidak denganku, maka kau tidak akan mendapat izin keluar,” tukas Morgan dengan tegas tanpa menoleh. Sydney menangkup rahang Morgan dengan kedua tangannya. Lalu membuat pria itu melihat matanya. Dia menatap Morgan dengan tatapan penuh permohonan yang lembut. “Beri aku syarat apa pun, aku akan menerimanya as

    Last Updated : 2025-03-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   85. Keponakan Durhaka, Katanya

    Ting tong! Sydney sedang memperbaiki dekorasi bunga saat mendengar pintu bel rumah mendiang orang tuanya berbunyi tepat pada pukul tujuh malam. Rumah itu sudah Sydney dekorasi dengan indah. Taplak meja berwarna putih, bunga mawar berwarna senada, dan piring mahal koleksi mendiang ibunya berhasi mempercantik ruang makan. Untuk hidangan makan malamnya, Sydney memasaknya bersama Layla, Celia dan Miran. Morgan mewajibkan Sydney untuk memboyong ketiga pelayan ini dari mansionnya untuk tinggal sementara di sini. Sydney membuka pintu. Seperti dugaannya, dia langsung melihat wajah Ghina dan Fred. Wanita muda itu tersenyum dan mempersilakan tamunya masuk dengan mengulurkan salah satu tangan ke arah dalam. Ghina sempat mengira Sydney hanya akan berpenampilan biasa, mengingat wanita itu sudah bangkrut. Namun ternyata gaun yang Sydney kenakan adalah salah satu keluaran terbaru yang terbatas dari brand ternama. “Lihat Tante, Sydney!” Ghina langsung bersuara sambil memegang lengan Sydney, me

    Last Updated : 2025-03-21
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   86. Memperpanjang Bulan Madu

    Sydney membeku di tempat dan membelalak. Cara Vienna mendorong Layla, mengingatkan Sydney sesuatu. Saat wanita itu mendorongnya hingga Sydney berakhir di rumah sakit dan kehilangan segalanya. Tubuh Sydney melemas, tetapi dia segera meremas tangannya untuk menguatkan diri. “Bibi!” seru Celia yang ada di dekat Layla, menyadarkan Sydney dari bayang-bayang traumanya. Celia memegang kedua bahu Layla dan membantunya berdiri. Kemudian pelayan muda itu menatap tajam Vienna dengan berani. “Beraninya Nyonya menampar Bibi Layla?! Bahkan mulutku tidak sudi memanggil wanita tanpa adab sepertimu dengan panggilan Nyonya!” protes Celia, wajahnya memerah. “Sydney, kau sangat tidak becus melatih pelayan-pelayanmu!” Vienna bangkit kembali dari duduknya. “Biar aku yang urus!” Vienna mengangkat tangannya lagi, hampir menampar Celia. Namun Sydney yang tiba-tiba sudah ada di dekatnya, segera menahan tangan Vienna dengan tatapan membunuh yang dia pelajari dari Morgan. Sydney sebenarnya tidak menduga

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   202. Seperti Kekasihmu

    “Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Lucas.” Pelayan itu menjawab dengan suara bergetar. “Sialan! Panggil pria brengsek itu ke sini sekarang juga!” Sydney menggedor keras pintu kayu itu dengan kedua tangannya. Tidak ada jawaban. Suara langkah kaki pelayan itu terdengar menjauh, membiarkan Sydney sendirian dengan amarah yang sudah mendidih. “Sial! Pantas saja Ben bersikap aneh dari tadi!” teriak Sydney seraya menghantam pintu sekali lagi, kali ini dengan bahunya. Satpam itu bersikap seolah tidak menerima dirinya, tetapi tetap membukakan gerbang. Gelagatnya pun mencurigakan. Sydney mengatupkan rahang, menahan gejolak yang terus naik hingga ke ubun-ubun. Napas wanita itu memburu. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha mengatur napas sambil menyapu pandangan ke sekeliling kamar Isaac. Lucas sengaja menggunakan sesuatu yang berhubungan dengan Isaac untuk memerangkap

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   201. Kamar Isaac

    “Apa ini tidak bisa ditunda, Nona?” tanya Zya khawatir, matanya melirik ke arah gerbang rumah besar yang menjulang di hadapan mereka. Sydney tidak langsung menjawab. Wanita itu menatap bangunan yang pernah dia sebut rumah dengan tatapan tajam dan hati yang bergejolak. Udara di sekitar Sydney terasa lebih dingin dari biasanya, padahal matahari pagi bersinar cerah. “Aku harus menyelamatkan barang-barang mendiang putraku,” jawab Sydney pelan, lalu menoleh pada Zya. “Dan kau yang akan mewakiliku di rapat. Jika aku terlambat datang, sampaikan presentasiku seperti yang kita latih tadi pagi. Jangan beri ruang pada Lucas untuk bermain kotor.” “Nona, ini rapat penting, jika Nona terlambat–” “Tolong, Zya?” potong Sydney sambil tersenyum. Tanpa Zya menjelaskan, Sydney sudah tahu konsekuensi apa yang dia hadapi jika terlambat datang. Jabatan CEO yang sempat ditawarkan padanya

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   200. Pelayan Lucas

    Hari di mana Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan akhirnya tiba. Sydney masuk ke dalam mobil bersama seorang sopir dan pengawal yang duduk di kursi depan. Sementara di kursi belakang, Sydney bersebelahan dengan Zya, asisten pribadinya. “Kita langsung ke kantor saja,” pinta Sydney dengan lugas begitu pintu mobil tertutup. “Baik, Nyonya,” sahut sopir tanpa menoleh. Sydney melirik Zya di sebelahnya. Wajah gadis muda itu terlihat tenang meski baru kurang dari satu hari menjalani pelatihan intensif. “Zya, ingat. Jika di luar mansion, panggil aku Nona.” Sydney mengingatkan. Dia tidak perlu mengingatkan sopir dan pengawal. Selain karena mereka pekerja lama, kedua pria itu juga tidak akan berhubungan langsung dengan orang-orang di Zahlee Entertainment. Zya mengangguk cepat. “Baik, Nyonya.” Sebelum mobil sempat melaju, suara nyaring dua bocah kecil terdengar dari luar jendela. “Mami! Dadah!” Sydney langsung menoleh. Jade dan Jane yang tengah digendong oleh pengasuhnya melambaikan

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   199. Gelang Kaki Baru

    Sydney menoleh dan tersenyum tipis, lalu menjawab, “Siang ini aku harus bertemu dengan calon asisten pribadiku. Kalau memang cocok, dia bisa langsung menyiapkan keperluan untuk rapat besok.” Morgan menghela napas, tidak puas dengan jawaban itu. Namun sebelum dia sempat menimpali, Sydney menambahkan dengan sedikit cemas, “Dan si kembar ... mereka butuh ASI-ku. Stoknya menipis.” Kata-kata itu membuat dada Morgan mencelos. Dia tahu, tidak ada yang lebih penting bagi Sydney saat ini selain anak-anak mereka. “Hati-hati dan jangan terlalu lelah. Aku akan minta beberapa orang untuk menjagamu.” Morgan mengusap pipi istrinya dengan punggung tangan. Sydney hanya mengangguk dengan tetap menatap wajah suaminya. Lalu, Morgan sedikit membungkuk dan merapatkan bibirnya ke telinga Sydney. “Aku sudah menyiapkan gelang kaki baru di ruang kerjamu. Gunakan itu. Di dalamnya ada GPS yang lebih bagus d

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   198. Kami Menunggumu

    “Tempat ini hangat sekali.” Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibir Sydney saat mereka memasuki kamar kecil yang disediakan di salah satu sudut pelabuhan. Morgan tidak langsung menanggapi. Pria itu meletakkan ponsel di meja kayu mungil yang ada di sisi ranjang, lalu membuka jendela. Angin laut menyergap masuk bersama suara ombak yang bergulung-gulung. Sydney melangkah pelan menghampiri jendela itu, lalu berdiri di samping Morgan. “Aku suka suaranya,” bisik Sydney. “Menenangkan.” Morgan menoleh dan menatap wajah istrinya yang diterangi remang lampu gantung di atas mereka. Dia tersenyum miring dan melihat Sydney dengan penuh hasrat. Tanpa basa-basi, Morgan mulai melepaskan sabuk celananya. Bunyi logam kecil terdengar jelas di antara debur ombak. “Kau siap?” tanya Morgan pelan. “Aku akan menanamkan benihku di rahimmu.” Sydney membelalakkan mata. Wajah wani

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   197. Aww, Morgan!

    Morgan tiba-tiba menghentikan langkah. Bruk! Sydney spontan menabrak punggung pria itu. “Aww, Morgan!” pekik Sydney pelan sambil memegangi dahinya. Tubuh wanita itu terpental setengah langkah ke belakang. Morgan langsung memutar tubuh. Pria itu mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti dari wajah Sydney. “Aku tidak akan pernah puas denganmu, Darling,” sahut Morgan sambil tersenyum miring. Sydney mengerjapkan mata. Pipinya merona, tetapi sesaat kemudian dia menepuk pelan dada Morgan agar menjauh. “Tolong beri aku ruang bernapas,” pinta Sydney sambil mengusap dahinya yang masih berdenyut. Morgan tidak menjauh sepenuhnya. Dia hanya mundur selangkah, tetapi pandangan matanya tetap melekat di wajah sang istri. “Kau sangat menginginkan anak dariku?” tanya Sydney lebih lembut. “Kau sampai marah karena tidak bisa bersamaku malam ini?” Morgan mengangkat tangan, lalu menangkup rahang Sydney. “Ya,” jawab Morgan tegas. “Aku sangat ingin memiliki keturunan darimu. Kita

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   196. Kontrol Rutin

    “Kau terlalu berlebihan dengan menyebut aku pergi sendirian, padahal satu langkah saja aku keluar gerbang mansion, ada satu pengawal di dekatku dan entah berapa yang bersembunyi,” desah Sydney sambil melipat kedua tangannya. Morgan tersenyum miring. Dia tidak berusaha membantah sedikit pun. Setelah Sydney diculik oleh Edgar, Morgan memasang pengawasan ketat, bahkan tidak ragu menambah pasukan khusus untuk menjaga gerbang Ravenfell dan mengawal keluarganya. Morgan tidak ingin mengulang tragedi itu. Cukup sekali. Sydney yang tahu Morgan tidak akan berubah pikiran, hanya menggeleng kecil sebelum berbalik dan berjalan ke arah kamar si kembar. “Tapi hari ini kau bisa ke rumah sakit, bukan?” tanya Sydney tanpa menoleh. “Ini jadwal kontrol rutin kita.” Langkah Morgan langsung menyamai langkah wanita itu. “Ya,” jawab pria itu santai, “aku baru akan berangkat nanti sore.” B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   195. Akhirnya Kau Sadar

    “Aku tidak akan melupakan itu seumur hidupku.” Tawa Sydney meledak, walau masih tergolong pelan. “Kau terlihat seperti transformer rusak.” Morgan yang duduk di dekat ranjang hanya bisa mendecak sambil melipat tangan di depan dada. “Pelankan suaramu sebelum kau membangunkan diriku yang lebih gelap, Darling,” tukas Morgan, mata pria itu menggelap sungguhan. Bukan hanya memelankan suaranya, Sydney bahkan segera menutup mulut sambil menahan senyum. Sydney perlahan bangkit dari ranjang setelah memastikan si kembar benar-benar terlelap. Lalu, Sydney menarik tangan Morgan dengan lembut. “Ayo berdiri. Aku punya ide,” ucap Sydney dengan mata berbinar. Morgan menaikkan alis, tetapi tetap mengikuti ajakan itu. Tubuh tingginya berdiri tegak, kini pria itu menghadap langsung ke Sydney yang menatap dengan senyum geli. “Honey,” panggil Sydney sembari mendekatkan

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   194. Lingkaran Besar

    “Ayo, kita main dulu sebelum tidur,” ajak Sydney sambil menggandeng tangan Jane dan Jade menuju kamar anak yang didekor penuh warna pastel dan mural hewan lucu. Morgan menyusul dari belakang sambil menghela napas seperti pria yang baru saja menerima takdir yang tidak bisa ditolak. Pria tegap dengan lengan berotot itu berdiri kikuk di atas playmate yang penuh gambar dinosaurus dan pelangi. “Apa yang akan kau lakulan, Darling?” tanya Morgan sambil melirik ke arah lingkaran kecil yang dibentuk oleh Sydney dan si kembar. “Aku pikir kita hanya akan bermain seperti biasa.” Si kembar melompat penuh antusias, tidak mendengarkan Morgan yang tengah protes. Bermain seperti biasa bagi Morgan artinya duduk di sofa, menonton si kembar menyusun balok, lalu membacakan buku bergambar saat mereka mulai menguap. Namun kali ini berbeda. “Kau harus ikut berdiri di sini, Honey,” tukas Sydney sambil me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status