Share

Bab 31

Author: A mum to be
last update Huling Na-update: 2025-07-30 10:42:33

"Maaf kalau aku lupa memberitahumu. Mulai hari ini kau dan Leon bisa menempati kamarku karena kamar kalian akan direnovasi. Aku tidak ingin ketika Kakek pulang terus menaruh curiga." Sean menjelaskan dengan panjang lebar lewat sambungan telepon di seberang sana.

Sementara itu, Alya masih mendengarkannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga rengekan manja Leon mengalihkan atensinya.

"Leon sudah bangun. Aku akan matikan teleponnya."

"Alihkan saja ke panggilan video. Aku ingin menyapanya," potong Sean cepat.

Alhasil, Alya pun meletakkan ponselnya di atas nakas lalu bergegas menggendong sang bayi asuh.

"Pagi, sayang. Tidurmu nyenyak, hmm?" sapa Alya penuh kasih seraya mencium puncak kepala Leon.

Di layar ponsel, Sean menatap bayi itu dengan senyum tipis tanpa berniat mengatakan apapun.

Mulut mungil leon yang menganga membuat Alya langsung paham apa yang harus dilakukannya. Dengan cekatan ia melatakkan Leon di atas dada lalu membuka

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 52

    “Kenapa kau ikut campur?!”Suara Sean yang meninggi membuat Alya tersentak kaget. Matanya membulat, tubuhnya menegang. Dia menelan ludah, lalu perlahan menggeleng dengan tatapan ketakutan. Sean mendengus kesal, jemarinya mencengkeram ponsel lebih erat sebelum melangkah ke arah balkon. Baru setelah itu, dia kembali menyandarkan ponsel ke telinganya.“Urusan kita sudah selesai. Jangan pernah hubungi aku lagi.”“Aku butuh suntikan dana,” jawab suara di seberang, terdengar mendesak.Sean menggeram, rahangnya mengeras. “Katakan apa maumu sebenarnya?”Percakapan itu tak berlangsung lama. Hanya dua menit sebelum Sean akhirnya kembali ke dalam kamar. Matanya langsung tertuju pada sosok Alya yang sudah bergelung di balik selimut, punggungnya menghadap ke arah Sean. Rasa bersalah menyelip di dadanya. Dia tahu bentakannya tadi pasti membuat istrinya ketakutan.Keesokan paginya, saat sarapan, Tuan Agusta melirik Sean penuh selidik. Ekspresi cucunya itu terlihat gelisah.“Ada masalah dengan pekerj

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 41

    Tuan Agusta mengetuk lantai dengan tongkatnya, suaranya berat dan berwibawa saat melangkah masuk ke ruang makan. Tatapan tajamnya langsung mengarah ke Sean, yang masih berdiri dengan rahang mengeras, emosinya belum surut setelah membentak Alya."Sean! Apa yang kau lakukan?" suara Tuan Agusta bergema di ruangan, membuat Alya sedikit tersentak. "Sejak kapan kau belajar meninggikan suara terhadap istrimu?"Sean mengepalkan tangannya, berusaha menahan gejolak di dadanya. "Aku hanya—""Tidak ada alasan untuk berbicara kasar padanya!" potong Tuan Agusta tegas. "Kau harus ingat, cepat atau lambat pernikahan kalian akan diumumkan ke publik. Alya harus belajar menghadapi dunia luar sebagai istrimu. Kau pikir dengan membentaknya akan membuatnya lebih siap?"Alya menunduk, merasa tak nyaman dengan situasi ini. Sementara itu, Sean terdiam, giginya saling bergemeletuk, menahan keinginan untuk membalas. Tuan Agusta benar, tetapi ia enggan mengakuinya."Aku hanya ingin—""Jaga ucapanmu, Sean! Kau bo

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 40

    Jerry melirik Alya sekilas sebelum berbisik, "Tenang saja. Aku yang akan bicara pada Sean." Senyumnya meyakinkan, tetapi Alya tetap merasa gelisah. Perutnya terasa mual saat tatapan Sean yang tajam menghantamnya, seakan menyelidiki setiap inci keberadaannya di sana.Mereka akhirnya berhenti di depan Sean dan Catherine, dua sosok yang jelas tidak menyambut mereka dengan hangat. Suasana terasa kaku, seperti ada badai yang siap pecah kapan saja."Sejak kapan kalian—?""Bukan urusanmu, Cat," potong Jerry, suaranya dingin dan penuh ketidaksukaan. Sejak awal, ia memang tidak pernah bisa akur dengan Catherine.Namun, bukannya marah, Catherine justru tersenyum mengejek. Ia menegakkan tubuhnya yang sebelumnya bersandar santai di samping Sean."Kalian terlihat cocok," sindirnya, nadanya sarat dengan kepalsuan.Jerry menghela napas, mengerling malas ke arahnya. "Apa kau tuli? Aku malas berdebat denganmu."Catherine mengerucutkan bibir, pura-pura kecewa. Lalu, ia menatap Sean seolah mengharapkan

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 39

    Alya yang sempat beradu pandang dengan Sean lekas memalingkan wajah, sementara pria itu membelalakkan mata karena tak menyangka jika sang istri juga menyatakan hal yang sama. Sungguh dia kesal bukan main karena tahu ditolak seperti tadi.‘Memang aku mau mengajaknya? Dasar perempuan aneh. Aku juga tak sudi. Berani-beraninya dia mengatakan itu!’ umpat Sean di dalam hatinya."Hei, ada apa dengan kalian?" tanya Tuan Agusta sembari memandangi mereka secara bergantian."A-aku harus mengurus Leon, Kek. Jadi ... tidak bisa. Lagipula Leon baru saja beradaptasi dengan gigi barunya," jawab Alya, suaranya terdengar sedikit gugup.Sean yang seolah mendukung ucapan Alya mengangguk cepat. "Acaranya jam delapan dan mungkin pulang larut malam. Alya tidak akan bisa ikut."Sebelum sang kakek kembali berbicara, Sean lekas memacu langkahnya ke dalam rumah, meninggalkan Alya dan Tuan Agusta yang masih terdiam di taman belakang. Alya menghela napas perlahan, merasa lega sekaligus aneh dengan situasi yang ba

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 38

    “Lusa umur Leon genap empat bulan. Jadi waktu tersisa dua bulan lagi untuk kami bersama."Alya menjawab dengan tenang. Meskipun semula tampak terkejut usai mendengar pertanyaan barusan, tetapi ia cukup sadar diri.Lain halnya dengan Sean. Ia mengamati wajah Alya yang terlihat datar, tanpa ekspresi berlebihan. Seharusnya ia lega mendengar jawaban itu, bukan? Bukankah itu yang sejak awal ia inginkan? Namun, ada sesuatu yang menusuk dalam dadanya, sesuatu yang tak mampu untuk dijelaskan."Baiklah," jawabnya singkat. Ia membalikkan tubuh, melepas jaketnya, dan meletakkannya di atas kursi. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung merebahkan diri di sisi ranjang, membelakangi Alya.Alya hanya menghela napas. Ia tahu sejak awal bahwa Sean memang seperti itu—dingin dan sulit ditebak. Namun, akhir-akhir ini ada yang berbeda. Tatapan Sean, caranya bersikap, semuanya seolah berusaha menutupi sesuatu. Tapi jika pria itu tidak ingin mengakuinya, buat apa dirinya repot-repot peduli?Hari-hari berlal

  • Ibu Susu Untuk Bayi Tuan Sean   Bab 37

    Suara ketukan itu terdengar lirih, tetapi cukup untuk membuat Sean dan Alya saling berpandangan dalam diam. Wajah Alya menegang, sementara Sean langsung bangkit dan berjalan menuju pintu dengan langkah hati-hati. Ia membuka pintu sedikit, hanya cukup untuk melihat siapa yang berdiri di luar.Di balik pintu, berdiri seorang pelayan dengan raut wajah cemas. Cahaya temaram di lorong menerangi sosok pria itu yang tampak sedikit gelisah."Ada apa?" tanya Sean dengan nada rendah namun tegas.Pelayan itu menghela napas panjang sebelum berbicara, "Tuan Agusta ingin bertemu dengan Anda sekarang. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan."Sean mengangkat alisnya, sedikit heran. Ia melirik jam di dinding, menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit. Ini bukan waktu yang biasa bagi Tuan Agusta untuk meminta pertemuan. Ah, dia hampir saja lupa kalau kakeknya itu memang mengalami insomnia akhir-akhir ini. Jadilah mungkin dia yang menjadi sasarannya."Apa itu darurat?" tanya Sean datar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status