Pernikahan keduanya tak terasa sudah menginjak usia dua minggu. Selama dua minggu juga sudah banyak yang terjadi pada rumah tangga Baskara dan Sarah, mulai dari Sarah yang sudah terbiasa untuk melayani semua kebutuhan Baskara hingga Sarah yang sudah enjoy menyusui Azka. Anak Baskara dengan Laras. Seperti saat ini, weekend adalah hari yang paling ditunggu oleh keluarga Baskara dan Sarah, di mana ketika weekend mereka bisa menghabiskan waktunya dengan berleha-leha dan saling memberikan perhatian satu sama lain. "Weekendnya mau di rumah aja gitu? Nggak mau nyoba main keluar? " Sarah bermonolog. Baskara yang berada di sampingnya segera membukanya suaranya, " Di luar hujan, becek ah! Nanti mobilnya kotor, " jawab Baskara dengan santai. Sarah melirim Baskara dengan sinis, " Malah mikirin mobil kamu. Iya deh tau mobilnya baru, baru banget malah. Jadi nggak mau kotor sedikit pun, " ucap Sarah dengan nada sinisnya. Baskara terbahak dan merangkul bahu Sarah yang sedang menggendong Azka den
"Jadi, gimana rasanya nikah lagi padahal kuburan bini lo yang onoh belum kering? Mana nikahnya sama adiknya lagi? " tanya Fendi dengan nada menggodanya. Fendi sudah sepenuhnya paham dengan situasi yang tengah sepupunya hadapi itu. Ya, Fendi pun maklum juga, bagaimana pun Azka butuh seorang ibu dan seseorang untuk ada di saat tumbuh kembangnya-- kan? Baskara menggelengkan kepalanya pelan, " Biasa aja, " jawabnya dengan singkat. " Masa sih, tadi gue liat waktu makan tadi pandangan lo nggak lepas tuh dari bini lo. Jujur aja kali, kaya ke siapa aja, " jelas Fendi seraya menahan tawanya. Baskara menggelengkan kepalanya, " Ya mengucapkan terima kasih harus sambil lihat orangnya kan? Nggak usah suudzon deh. " "Nggak suudzon, toh nggak apa-apa kali kalau lo lihatin istri lo, orang udah jadi milik lo kok. " " Udah jangan ngomongin itu terus! Mending ngomongin kerjaan lo yang nggak bener itu ya! " Fendi memutar bola matanya malas, " Gue bukan males. Tapi, ngerjainnya santuy, toh juga per
Sarah merasa bahwa semuanya berjalan dengan lancar akhir-akhir ini. Dia sangat menikmati peran sebagai seorang istri dan ibu muda. Ya, meski usianya bisa dibilang sangat muda, namun Srah patut diacungi dua jempol berkat ketelatenannya mengurus rumah tangga, anak juga suaminya. Ya meski begitu, tetap saja Sarah masih malu untuk 'terbuka' kepada suaminya. Dalam artian, dia belum berani jika menyusui di depan suaminya langsung, ya harus di tutup dadanya oleh kain yang selalu dia bawa ke mana pun. Pagi ini suaminya sudah berangkat ke kantornya dan Sarah sedang membetulkan posisi Azka yang berada di dalam gendongannya saat ini. Sarah sedang ada dalam perjalanan menuju tukang sayur yang berada tidak jauh dari kediamannya. " Wah mbak Sarah baru kelihatan lagi, kirain saya mbak Sarah mau pindah rumah, " ucap seorang ibu yang sebetulnya Sarah tidak ingat betul siapa nama ibu tersebut. " Enggak ibu, kebetulan kemarin hujan terus kan, terus juga Azka sedikit demam. Jadi, saya full mengurus A
" Bukannya anterin dokumen itu malah sok-sokan curhat sama istri orang, " sindir Baskara.Fendi mengangkat bahunya acuh, dia tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Baskara, dia hanya diam dan menikmati kue kering yang berada di atas meja sofa kediaman Baskara. " Lho? Udah pulang mas? " tanya Sarah. Baskara tersenyum, " Ada yang mau aku omongin sama kamu. Kita sama-sama ke kamar dulu ya. Azka biar sama Fendi aja. " " Uhukk-- " Fendi terbatuk setelah dia tidak sengaja menelan kue kering utuh yang belum sempat dia kunyah. Dia sudah terkejut duluan mendengar apa yang dikatakan oleh Baskara. " Apa? Masa Azka sama gue? Gue nggak bisa jaga bayi ya. " " Sebentar aja, gue harus cepet omongin ini sama Sarah. " " Tapi--"Fendi berdecak malas ketika dia tidak memiliki pilihan lain karena Sarah yang sudah memberikan Azka di hadapannya. Dengan ogah-ogahan, dia segera menyimpan toples kue yang semula dia peluk itu. Dan ya, sekarang yang dia peluk adalah Azka, bukan toples kue kering itu.
“Owaa, owaa!” Suara tangisan bayi seketika mengejutkan seorang wanita yang sedang sibuk melakukan tugasnya. Dengan cepat, wanita itu bergegas untuk menghampiri sumber suara.Sembari berusaha menenangkannya, Sarah memandang sendu bayi kecil yang tengah berada di dalam gendongannya. Sesekali, wanita itu berusaha menghapus air mata yang berkelinang di pelupuk matanya.Pasalnya, Sarah tak kuasa kala menatap bayi laki-laki bernama Azka yang baru saja kehilangan ibunya sendiri. Ibu Azka itu adalah kakak dari Sarah, Laras namanya. Sara merasa, sungguh malang nasib Azka sehingga harus tumbuh tanpa seorang ibu di sisinya. Namun, di sisi lain, Sarah juga bangga kepada kakaknya yang rela mempertaruhkan nyawanya dan bahkan ‘menukar’ kehidupannya demi hadirnya seorang malaikat kecil di tengah-tengah keluarga mereka. “Kalau Azka sudah besar, aunty akan cerita dengan bangganya di hadapan Azka bahwa Azka punya mama yang hebat untuk Azka,” gumam Sarah. Bayi yang baru berumur 3 minggu itu menggeliat
"Mas?Kamu ini bercanda, ya? Mas ini ada-ada aja. Mana bisa gitu, Mas Baskara," ucapSarah, manik hitamnya membulat.Sarahmasih merasa bahwa apa yang baru saja Baskara katakan kepadanya itu hanyacandaan semata. Bagaimana tidak, Baskara adalah kakak iparnya, dan kini priaitu terang-terangan ingin menjadikan Sarah sebagai istri untuknya dan ibu untukAzka di depan seluruh keluarganya. Padahal, dia adalah adik kandung Laras, istrinyayang baru saja meninggal! Bahkan, tanah kuburannya belum sepenuhnya mengeringsaat ini. Melihatanaknya yang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh menantunya, membuat bu Ayumengusap bahu Sarah dengan penuh kelembutan, “Ini sama sekali bukan candaan, Sarah.Baskara masih waras, dan dia memang meminta kamu untuk menjadi istrinya dihadapan mama, papa juga mama dan papa Baskara," ucap mamanya sendiri,seolah tak membantu Sarah mengatasi rasa terkejutnya. Sarahsemakin dibuat bingung, hingga dia tidak bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun."Sarah?Kami,
Sarahtidak menjawab apa yang dikatakan okeh kakak iparnya, Baskara. Sarahlebih memilih untuk membawa langkahnya juga Azka yang berada di pelukannyauntuk masuk ke kamar miliknya. Dia tidak ingin menganggap serius ucapan darikakak iparnya itu yang benar-benar tidak masuk akal. “Akutak ingin ambil pusing, lebih baik aku mengadu pada pria yang kucintai,”gumamnya pelan, tak ingin menganggu bayi yang masih di pelukannya. Malamitu, karena ingin melupakan permintaan tak masuk akal dari kakak iparnya, diamemutuskan untuk menemui kekasihnya. Sarah berjalan ke arah kamarnya untukmenidurkan Azka karena dia akan pergi setelah Azka tertidur. Setelahsemuanya selesai, dia kembali berjalan ke arah box bayi Azka dan mencium keningAzka dengan lembut. "Auntymau pergi dulu ya, Azka yang anteng ya sayang." KeningAzka dikecup pelan oleh Sarah, setelah itu Sarah kemudian mulai pergimeninggalkan kamarnya. Namun,tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. "Mau ke mana, Sar?" Sarahmenghentika
Baskara datang di waktu yang sangat amat tepat. Dengan emosinya yang melonjak tinggi, Baskara segera berjalan ke arah Andre yang berada di samping Sarah dan tanpa aba-aba memukul dengan brutal wajah, perut hingga bagian tangan Andre.Sarah terkejut! Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Baskara akan datang dan menghabisi Andre tepat di wajahnya dan tanpa sadar, air mata Sarah mengalir membasahi wajahnya. Jujur dia—merasa sakit hati dengan perlakuan yang baru saja Andre lakukan kepadanya. “Keparat! Nggak pantas untuk hidup! Mati saja kamu! “Sarah hanya bisa diam dan tidak ada keinginan di dalam dirinya untuk memisahkan perkelahian antara Baskara dengan Andre. Sarah terlalu takut juga terkejut dengan apa yang baru saja terjadi kepada dirinya. “Jangan sekali-sekali sentuh Sarah!” teriak Baskara lantang, kepalan tangannya terus mengeras, menghabisi pria yang telah melecehkan adik iparnya. Bugh!Pukulan terakhir menjadi penutup bagi perkelahian keduanya. Kini, Baskara bisa melihat And