Karena bayi kakaknya yang ditinggalkan tak lama setelah kakaknya meninggal, Sarah menganggap bayi itu bagaikan anaknya sendiri. Namun, betapa terkejutnya Sarah ketika mendengar kabar bahwa keponakannya, alergi terhadap susu sapi, dan harus mendapatkan ASI? Karena rasa tak enak, Sarah pun menyetujui untuk menjadi ibu susu untuk sang bayi, dan juga istri sah dari Baskara, suami kakaknya. Namun, bagaimana bisa dirinya menyusui di umurnya yang masih muda, padahal melahirkan pun tak pernah!?
Lihat lebih banyakPernikahan keduanya tak terasa sudah menginjak usia dua minggu. Selama dua minggu juga sudah banyak yang terjadi pada rumah tangga Baskara dan Sarah, mulai dari Sarah yang sudah terbiasa untuk melayani semua kebutuhan Baskara hingga Sarah yang sudah enjoy menyusui Azka. Anak Baskara dengan Laras. Seperti saat ini, weekend adalah hari yang paling ditunggu oleh keluarga Baskara dan Sarah, di mana ketika weekend mereka bisa menghabiskan waktunya dengan berleha-leha dan saling memberikan perhatian satu sama lain. "Weekendnya mau di rumah aja gitu? Nggak mau nyoba main keluar? " Sarah bermonolog. Baskara yang berada di sampingnya segera membukanya suaranya, " Di luar hujan, becek ah! Nanti mobilnya kotor, " jawab Baskara dengan santai. Sarah melirim Baskara dengan sinis, " Malah mikirin mobil kamu. Iya deh tau mobilnya baru, baru banget malah. Jadi nggak mau kotor sedikit pun, " ucap Sarah dengan nada sinisnya. Baskara terbahak dan merangkul bahu Sarah yang sedang menggendong Azka den
Sarah mendelik kesal ke arah suaminya yang sejak tadi tidak pernah absen untuk mengikuti dirinya. Sejak suaminya pulang dari kantor, suaminya itu segera membersihkan diri dan menjalankan aksinya untuk mengikuti ke mana pun istrinya pergi. Entah ada niat apa suaminya itu padanya, yang jelas Sarah benar-benar merasa risih. Sarah menghentikan langkahnya tepat di depan oven yang sedang membakar kue buatan Sarah, " Mas kamu kalau ngikutin aku lagi, aku nggak akan kasih kamu tidur sama aku ya. Biar kamu tidur di luar! " ucap Sarah dengan pandangan marahnya, namun terkesan lucu itu. "Eh jangan gitu dong istriku, mas nggak bisa kalau nggak tidur sama kamu, sama Azka. " Sarah berkacak pinggang dan menatap galak ke arag Baskara, " Makanya diem. Aku ini heran dari tadi mas tuh nggak habis-habisnya ngikutin aku. Nggak bisa diem apa? Sana jagain Azka, mas! "Baskara menyerahkan dan akhirnya lebih memilih untuk mengikuti apa yang dikatakan okeh istrinya. Dia tidak ingin ada adegan dirinya tidak
Kabar yang paling bahagia untuk Baskara saat ini tidak lain tidak bukan adalah kabar bahwa asi istrinya itu sudah keluar dnegan derasnya sehingga anaknya sudah bisa minum asi dari ibunya sendiri. Iya, Baskara dan Sarah sepakat menggunakan panggilan ayah dan ibu. Lebih simple dan lebih mudah menurut mereka. Baskara tengah bersiap untuk melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Pergi bekerja untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk menafkahi anak dan istrinya. Namun, ada yang berbeda dari sebelumnya. Sekarang, Baskara sudah bisa meminta istrinya untuk memasangkan dasinya kembali. Setelah sebelumnya dia kehilangan momen yang Baskara sukai ketika pagi hari. "Asi boosternya jangan dulu di minum aja, nanti malah makin deras. Lihat, baju kamu udah basah aja pagi-pagi, " ucap Baskara seraya melirik ke arah baju bagian atas istrinya yang sudah terlihat basah. "Kata dokter sama mama minum aja. Malah makin bagus buat kualitas asinya nanti. Padahal aku sebelum bikin sarapan tadi udah ganti ba
Sesuai dengan apa yang dikatakan okeh Baskara, akhirnya Sarah dan Baskara memutuskan untuk berbelanja kebutuhan rumah mereka. Kebutuhan di sini seperti bahan makanan dan juga barang-barang rumah tangga yang belum ada di rumah mereka. Istilahnya, Baskara dan Sarah hanya melengkapi kekurangannya saja. " Buah-buahannya taruh di kursi kedua aja. Di samping car seat Azka," ucap Sarah ketika Baskara menyimpan buah yang mereka beli ke nagasi mobil mereka. Baskara mengangguk dan mulai menyimpan buah tersebut di samping car seat Azka yang tertidur pulas. "Kamu duduk di depan aja, Azkanya tidur ini. " "Iya."Sarah segera berjalan dan membuka pintu samping kemudi mobil Baskara. Lalu dia duduk dengan rapih dan memakai safety beltnya, selanjutnya Baskara masuk dan mengambil posisi duduk di balik kemudi dan di samping suaminya untuk selanjutnya melajukan mobilnya meninggalkan halaman supermarket tersebut. Di perjalanan menuju ke kediaman mereka, tidak ada percakapan diantara keduanya. Baik Sar
Setalah satu minggu di rawat di rumah sakit, akhirnya Azka diperbolehkan pulang oleh dokter karena keadaannya yang mulai stabil dan-- asi Sarah yang mulai keluar. Meski baru sedikit dan mungkin hanya mendapatkan setengah botol dalam satu hari, itu sudah perkembangan yang pesat bukan? Mungkin, total lima hari dari hari di mana Sarah melakukan induksi laktasi, semuanya mulai berjalan baik dan kondusif saat ini. Pulang dari rumah sakit, Sarah dan Azka sudah menempati rumah milik Baskara, kepala keluarga mereka. Rumah baru yang disiapkan okeh Baskara untuk memulai hidup baru dengan istri juga anaknya saat ini. "Kenapa harus ngambil rumah ini mas? Bukannya rumah yang kemarin masih bagus ya? Atau buat investasi aja? " tanya Sarah. Baskara yang sedang menyesap kopinya pun mulai membuka suaranya, " Nggak. Aku emang janji kalau Azka udah pulang sama kamu aku mau beli rumah baru buat kita tinggal. Ya, emang itung-itung investasi si. Tapi, lebih ke pengen membangun kisah baru aja di kehidupan
Saling menggenggam tangan dan memberikan kekuatan satu sama lain, itulah yang tengah dilakukan oleh Baskara dan Sarah saat ini. Baskara tengah menguatkan Sarah yang tebgah menjalani proses induksi laktasi. Di mana proses tersebut sebentar lagi akan mengubah diri Sarah entah dalam waktu dekat atau dalam waktu lama. "Semuanya sudah selesai. Ibu Sarah bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa untuk dipantau keadaannya, " ucap sang dokter yang baru saja menangani proses induksi laktasi kepada Sarah. "Kamu hebat, " puji Baskara tepat di samping telinga milik Sarah. Sarah tidak menjawabnya. Dia hanya tersenyum untuk merespon ucapan dari sang suami. Suami yang tidak meninggalkan dirinya sedetik pun sejak dirinya melakukan induksi satu jam yang lalu. Sarah saat ini sudah berada di ruang perawatan. Di mana ruangan tersebut menyatu dengan ruangan di mana Azka sedang di rawat juga. Baskara memang meminta untuk pihak rumah sakit menyatukan ruangan keduanya untuk memantau perkembangan istri dan ana
Sarah benar-benar tidak bisa berbuah banyak. Dia hanya diam dan berlindung di balik punggung tegap suaminya yang tiba-tiba datang di depannya untuk melindungi dirinya. Entah apa yang akan dilakukan oleh Andre sehingga kini seluruh keluarga besarnya memusatkan perhatian mereka pada kedatangan Andre dengan teriakan kerasnya. "Ada apa? " tanya Baskara dengan nada tegas khasnya. Baskara memang orang yang fleksibel. Bisa menempatkan dirinya sesuai dengan situasi yang sedang dia hadapi, seperti saat ini. Andre berdeculih pelan, " Belum berpisah dan putus denganku, kamu malah sudah menikah dengan lelaki bajingan ini. Di mana otakmu, Sarah?! " " Apa kamu ingin ikut terlihat bajingan dan pengecut karena mengkhianatiku begitu saja, sama seperti dengan lelaki di depanmu itu Sarah? Apa kau juga tidak ingat bahwa lelaki yang kau nikahi itu adalah suami dari kakakmu yang sudah mati, Sarah?! " Andre terlihat benar-benar sangat marah. Entah dari mana Andre tahu mengetahui terkait pernikahan Sara
Baskara ternyata benar-benar melakukan apa yang dia kafakan kepada Sarah kemarin. Tepat hari ini, dirinya sudah berada di hadapan ayah mertuanya untuk menikahi Sarah, adik iparnya. Di hadpaan dua keluarga inti yang sama-sama ingin menjadi saksi sah-nya hubungan Baskara, Baskara sama sekali tidak merasa gugup atau apapun itu. Dia membawa semuanya dengan santai sekarang. 'Bagaimana para saksi? ''SAH! 'Baskara lega bukan main, dia tersenyum ke arah Sarah yang berada di sampingnya dan terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya, " Terima kasih, Sarah." Sarah hanya diam. Dia tidak menjawab ucapan dari Baskara."Dengan ini, kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri baik di mata hukum dan agama. Papa meminta kepada kalian berdua untuk menjalani pernikahan ini dengan landasan agama. Kalian harus ingat itu, " nasihat papa Bambang terdengar tegas. " Baik pa. InsyaAllah Baskara akan mengingat itu. " Pernikahan ini berlangsung di kediaman Sarah dan sangat tertutup juga sangat sederhana.
“Sarah, apa maksudmu? Aku memang memintamu untuk menjadi istriku, tapi bukan berarti kamu harus—” Belum sempat Baskara menyelesaikan kalimatnya, ibunya tiba-tiba sudah memotongnya sembari memeluk Sarah.“Pilihan yang bagus, Sarah, terima kasih, Azka pasti akan senang jika kamu menjadi ibu susunya.” Timpal Bu Mala, ibu Baskara.Kali ini, Baskara yang kelabakan mendengar ucapan Sarah. Jelas-jelas, pria itu sendiri yang melihat Sarah yang menolak keras untuk menjadi istrinya. Mengapa kali ini dia berubah pikiran, dan bahkan menawarkan untuk jadi ibu susu untuk anaknya? Namun, yang masih terbesit dalam benaknya adalah, bagaimana bisa Sarah yang masih lajang, dan berumur 20 tahun itu menyusui anaknya? “Ma, tapi bagaimana bisa Sarah menjadi ibu susu untuk Azka? Dia masih muda, dan dia bukan ibu menyusui!” “Bisa. Mama sudah diskusi dengan dokter sebelumnya. Sarah bisa disuntik hormon menyusui, lalu diberikan perangsangan oleh Azka. Kamu ini berpendidikan, masa gitu aja gak tau? Teknologi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.