Share

13. Ingin Dilayani (2)

last update Last Updated: 2025-03-10 21:06:03
“Tugasmu belum selesai, Kira!”

“Apa lagi sekarang?”

“Lepas pakaianku!”

Lagi-lagi Kira terperangah mendengar permintaan aneh dari pria kejam—yang sayangnya tampan itu. Hari ini Kai kembali berubah aneh, seperti bukan Kai yang selama ini Kira kenal.

Hati Kira ingin menolak permintaan Kai, tapi ia teringat dengan ancaman lelaki itu. Alhasil, Kira melangkah mendekati Kai dan membantu melepaskan kancing kemeja hitamnya satu persatu dari deretan teratas. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Kira bisa merasakan napas hangat Kai menerpa wajahnya.

Kalau Kira tidak salah ingat, ini adalah pertemuan terlama mereka semenjak menikah. Sebab biasanya Kai jarang mengajak ngobrol Kira, Kai selalu mengabaikan Kira dan menganggap Kira tidak ada di rumah ini.

“Minggu ini ada acara makan malam di rumah orang tuaku,” ucap Kai tiba-tiba.

Kira tidak tahu harus memberi respons seperti apa, sebab ia pikir Kai hanya memberitahunya saja. Dan selama ini pula Kira tidak pernah diajak ke pertemuan k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
kenapa bang kai cantik ya istrinya....baru sadar kalau si ular Keket itu ga ada apa apanya sama kira
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Br nyadar kl istri yg g dy anggap cantik g kalah sm gundikny..Btw, posisi Kira ketiduran sdh slsai pompa ASIny atw blm y? kl blm kn brarti pabrik ASIy msh buka..heheheee
goodnovel comment avatar
Gita
Terpana? Tak sumpahin setelah ini bucin sampe napas aja sulit kamu kai.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   163. Memanjakan Kira

    “Pujaan hati? Yang benar saja, Mas,” gerutu Kira, “lagian siapa yang senyum-senyum terus sih, Mas? Aku cuma senyum biasa aja, kok. Masa aku harus cemberut ketemu orang lain?” Bibir Kira kembali merengut.Kai menatap bibir Kira sejenak, lalu melihat ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada orang yang melihat ke arah mereka, Kai menundukkan wajahnya, menaruh kedua tangan di lengan kursi roda Kira, lantas dikecupnya bibir istrinya itu sesaat.Kira sontak berjengit kaget. “Mas!” protesnya dengan pipi merona. “Kamu nggak sadar kita lagi ada di mana?”Kai menjauhkan sedikit wajahnya supaya bisa menatap Kira. “Makanya jangan tersenyum semanis itu pada orang lain, aku bisa cemburu,” gumam Kai sambil berdehem pelan.Cemburu?Kira tertegun mendengarnya. Ia menatap wajah Kaisar lamat-lamat dengan tatapan penasaran. Sebenarnya seperti apa perasaan laki-laki itu terhadapnya? Kenapa pria itu harus cemburu kalau memang tidak ada cinta untuknya?Lamunan Kira buyar saat Kai kembali mencium bibirnya

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   162. Seolah Bertemu Pujaan Hati

    Hari kedua dirawat di rumah sakit, Kai masih belum pergi ke kantor. Pagi itu Kai sedang duduk di sofa, membuka email pekerjaannya yang dikirimkan Lia. Demi menunggui Kira, Kai membatalkan beberapa janji pertemuan dengan klien sejak kemarin.Kai mengalihkan tatapannya dari layar MacBook, ke arah Kira yang terlelap setelah mengonsumsi obatnya. Melihat Kira, Kai pun tersenyum.Ia memilih meninggalkan pekerjaannya, dan menghampiri sang istri.Lantas dikecupnya perut Kira yang tertutupi selimut dengan kecupan lembut. Setiap kali Kai menyadari ada kehidupan di dalam perut Kira, hati Kai rasanya tak karuan. Di satu sisi ia merasa bahagia, tapi di sisi lain dadanya berdenyut nyeri karena teringat Aksa yang tak pernah mendapat perhatian darinya.Dan setiap kali mengingat Aksa, hati Kai selalu dirundung perasaan gelisah. Seperti saat ini.“Mas?” gumam Kira dengan suara serak khas orang bangun tidur. “Kenapa kamu melamun?”Entah berapa lama Kai melamun di samping Kira sambil menggenggam tanganny

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   161. Aku Bahagia Melihatmu Bahagia

    “Kenapa dia lama sekali?” gumam Kira sambil melirik jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan hampir pukul dua siang. “Apa jangan-jangan dia kesasar, ya?”Kira lalu menggelengkan kepalanya, berusaha menghalau pikirannya itu. Kai orang dewasa, tidak mungkin pria itu kesasar, pikirnya.Namun, tetap saja Kira merasa khawatir. Kira mencoba menghubungi nomor telepon Kaisar. Akan tetapi panggilannya tidak terangkat. Kira menggigit bibir bawahnya ragu, sebelum akhirnya ia mengirim pesan pada lelaki itu.[Mas, kenapa lama? Ketemu nggak sekolahannya?][Balas ya, jangan bikin aku khawatir.]Namun, pesan Kira masih ceklis abu-abu, pertanda pria itu belum membacanya.Ia baru akan menelepon Kai lagi saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Kira mendongak ke arah pintu. Ia pikir, perawat yang datang. Namun saat itu juga Kira terkejut kala melihat Violet melongokan wajahnya di pintu yang terbuka itu.“Boleh aku masuk?” tanya Violet dengan senyuman manis, tapi Kira tahu, itu senyuman palsu.Dari ma

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   160. Demi Kira

    Kai memarkirkan mobilnya di pinggir jalan tepat di seberang sebuah Sekolah Dasar di pinggiran kota. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, di depan sekolahan tersebut banyak penjual jajanan–yang entah makanan apa namanya, Kai tidak tahu. Sebab dulu, sewaktu ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, tidak ada yang berjualan seperti itu di sekolahannya. Lagi pula, Kai hampir tidak pernah jajan di luar, orang tuanya selalu membawakannya bekal makanan dari rumah. Kai lalu menghampiri salah satu penjual yang sedang mengipasi lehernya dengan topi. “Selamat pagi, Pak,” sapanya dengan ekspresi datar. Si penjual itu sempat melongo melihat kedatangan Kai. Walaupun Kai hanya memakai celana jeans dan kaos putih berlengan pendek, tapi aura orang kayanya sama sekali tidak luntur. “Iya, selamat pagi, Pak. Ada apa, Pak?” tanya si penjual itu sambil mendongak menatap Kai. “Bapak kenal sama penjual siomay dan es lilin yang namanya Pak Tono?” Kai menyebutkan nama penjual yang tadi sempat disebutkan

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   159. Mengidam

    “Kamu… ngidam?” tanya Kai dengan suara tercekat.Kira menatap Kai ragu-ragu. Ia pikir, Kai pasti tidak akan senang jika Kira meminta sesuatu. Jadi Kira lebih memilih menyembunyikan keinginannya itu.Kepala Kira menggeleng pelan. “Nggak kok, Mas. Udah sana tungguin di luar, aku mau pompa ASI dulu.” Kira menyengir kecil sambil mendorong lengan Kai dengan lembut.Kai kembali menatap Kira, tatapannya seolah menyiratkan rasa ingin tahu. Namun, saat melihat Kira sudah mengeluarkan alat pemompa ASI-nya, Kai tidak punya pilihan lain selain menunggu di luar.Sebenarnya bisa saja Kai menunggu di sofa, toh bisa ditutupi dengan pakaian atau selimut. Namun Kira masih merasa terlalu malu jika harus melakukannya di hadapan Kaisar.“Aku mau sekalian beli kopi dulu,” ucap Kai yang tampak enggan untuk pergi.Kira mengangguk. “Iya, Mas.”Kai tersenyum, tangannya terulur mengacak puncak kepala Kira, lalu akhirnya pria itu masuk ke kamar mandi terlebih dulu sebelum keluar dari ruangan tersebut.Selepas ke

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   158. Tetaplah Di Sampingku

    “Mas, kalau kamu mau ke kantor, nggak apa-apa, aku bisa sendirian kok di sini,” ucap Kira pagi itu. Ia terbangun dalam pelukan Kaisar yang tidur satu ranjang dengannya.Kai yang sudah terbangun sejak tadi, menatap Kira dengan helaan napas pelan. Tangannya terulur, menyentuh pipi Kira dengan gerakan seringan kapas.“Kamu pikir… aku akan membiarkanmu sendirian di rumah sakit?” Kai balik bertanya dengan suara seraknya. “Nggak, Kira. Aku nggak akan membiarkannya.”Seulas senyum terukir di bibir Kira. Lihatlah, ranjang pasien yang tidak terlalu luas itu kini terasa semakin sempit dengan kehadiran Kai yang tidur di sampingnya. Namun, hal itu justru membuat tidur Kira nyenyak tadi malam.“Maaf ya, Mas. Seharusnya aku kerja sekarang, melayani kamu sebagai asisten pribadi kamu, tapi aku justru malah harus dirawat.”“Justru aku yang harus meminta maaf padamu.”“Hm?” Kening Kira mengernyit. “Kenapa kamu harus minta maaf?”Kai mengembuskan napas pelan, ia meraih tangan Kira yang terbebas dari jar

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   157. Penerimaan Kai

    Kira tertegun. Ia merasakan dadanya bergemuruh hebat, merasa bahagia, bingung dan takut bercampur menjadi satu.Pandangan Kira lalu beralih pada Kai yang tampak mematung, rasa nyeri itu seketika menyergap hati Kira. Ia penasaran bagaimana reaksi Kai mendengar kabar kehamilan ini.Apakah… pria itu akan menolaknya dan tidak peduli pada kehamilannya seperti dulu?“H-Hamil?” tanya Kira sekali, seolah ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.Dokter Amira kembali tersenyum. “Saya tahu, kabar ini cukup mengejutkan. Tapi kondisi janinnya dalam keadaan baik untuk sekarang. Asalkan Bu Kira cukup istirahat dan menjaga pola makan, semuanya akan baik-baik saja dan berjalan lancar. Selama satu sampai tiga hari ke depan, Bu Kira akan dirawat untuk observasi.”Kira hanya mengangguk dengan tatapan penuh kebingungan. Selepas kepergian Dokter Amira yang hilang di balik tirai, suasana di antara Kai dan Kira terasa hening.Kira menggigit bibir bawahnya, ia mengelus perutnya pelan dengan mata ya

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   156. Kabar Bahagia

    Langit-langit ruangan berwarna putih adalah hal pertama yang Kira dapati saat ia membuka mata. Ia mengerjapkan mata berkali-kali untuk menyesuaikan retina matanya dengan cahaya lampu. Bau obat-obatan terasa cukup menyengat. ‘Di mana aku?’ batin Kira sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Yang jelas, ini bukan di kamarnya. Langit-langit dan aroma ruangan itu terasa asing baginya. Ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Namun yang ia dapati justru tirai yang menjuntai menutupi sekelilingnya. Kira berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Namun, hal terakhir yang ia ingat adalah kepalanya yang terasa pusing setelah mendapat pesan dari Violet bahwa Kai sedang berada di rumahnya saat itu. Sebuah kabar yang membuat dada Kira sesak. Setelah berjuang menahan rasa nyeri di kepala, Kira tidak ingat apa-apa lagi. Lamunan Kira buyar tatkala ia melihat Kai datang dengan raut muka panik. Pria itu terkejut menatap Kira yang sudah siuman. “Kira, kamu sudah bangun?” g

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   155. Kecewa

    “Kai? Kamu di sini?”Kai mengalihkan tatapannya dari Luna yang tengah terlelap, ke arah Violet yang baru saja memasuki kamar Luna.Wanita itu tampak tersenyum, akan tetapi Kai tahu, senyuman itu mengandung luka. Kai berusaha meraba-raba perasaannya. Masihkah ada rasa cinta di hatinya untuk wanita itu?Namun, Kai tidak bisa memastikannya. Yang jelas, kini sudah tidak ada lagi debar di hatinya saat melihat Violet.Ia menganggukkan kepala. Lalu menghampiri Violet dan berkata, “Kita bicara.”Violet sempat terdiam. Sebelum akhirnya mengikuti langkah kaki Kai yang berjalan ke luar lebih dulu.“Mau aku buatin kopi?” tawar Violet sambil tersenyum lembut.Kai terdiam sesaat. Kepalanya kini terasa penuh, mungkin kafein bisa meringankan beban di kepala, pikirnya. Kai akhirnya mengangguk. “Boleh.”“Baiklah, tunggu sebentar.”Kai menunggu di sofa ruang keluarga. Tatapannya tertuju pada Violet yang kini tengah sibuk dengan mesin pembuat kopi. Kai kembali meraba-raba perasaannya. Namun, hasilnya tet

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status