Kira terkesiap dengan mata terbelalak.
Namun, kejutan itu hanya bertahan sepersekian detik, sebelum akhirnya Kira memejamkan matanya perlahan-lahan, mengikuti ritme ciuman lembut Kai yang perlahan berubah kasar dan dalam.Kai mendorong Kira hingga punggungnya menyentuh dinding, satu tangan Kai meraih pinggang Kira, memeluknya. Sementara tangan yang lain masih menangkup rahang wanita itu. Bibirnya memagut bibir Kira semakin intens, ia berusaha menerobos masuk menginvasi mulutnya. Hingga ruangan yang hening itu dipenuhi suara decap halus dari dua indra perasa yang saling beradu.Napas Kai terasa memburu. Jantungnya berdetak kencang saat Kira membalas ciumannya. Mata Kai menyipit, tersenyum tanpa melepaskan tautan bibir mereka.Kemampuan Kira yang seadanya entah mengapa justru membuat Kai semakin tertantang dan mendebarkan.Kira bagai wanita polos yang tidak lihai berciuman. Dan hal itu membuat gairah Kai semakin terpacu.Lift berdenting. Ter“Mas, kamu kenapa?” tanya Kira saat melihat suaminya tampak gusar dengan rahang mengeras.Kai mengalihkan tatapannya dari televisi di hadapan mereka, ke arah Kira. Lantas dirangkulnya bahu Kira dengan posesif. “Baby, sebenarnya… tadi Mami suka sekali sama sup buatan kamu. Dia menghabiskannya. Dari sekian banyak makanan yang disodorkan sejak sakit, Mami cuma mau makan sup buatan kamu.”Mendengarnya, Kira pun tertegun. Matanya seketika berbinar-binar. “Sungguh? Tante Grace menghabiskannya?”Kai mengangguk.“Syukurlah…,” ucap Kira dengan riang.Kening Kai berkerut dalam seraya masih menatap Kira. Ia menarik dagu wanita itu agar menatapnya. “Baby, kamu senang?”“Hm! Tentu saja.” Kira tersenyum lebar, menampilkan sederet giginya yang rapi.Kai tertegun. Ia pikir, Kira akan marah pada ibunya karena tadi sempat membentaknya. Namun, di luar dugaan. Kira terlihat sama sekali tidak marah.“Mami ingin memakannya lagi besok. Tapi sekarang aku marah sama Mami,” gumam Kai sembari menghela napas pan
“Nona Kira dipanggil oleh Nyonya Grace.”Ucapan kepala pelayan tersebut membuat Kira tertegun. Ia menggigit bibir bawah, merasa tak enak perasaan. Kenapa ibu mertuanya itu memanggilnya? Apakah ada yang salah dengan sup buatannya?Kira menarik napas dalam-dalam, lalu menganggukkan kepalanya pelan. “Baik, aku ke sana sekarang.”Kira melangkahkan kakinya menuju kamar Tante Grace. Lalu tangannya terangkat, mengetuk pintu di hadapannya dengan buku jari tangan yang dikepalkan.“Masuk!” seru Grace di dalam sana.Kira menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya ia mendorong pintu tersebut dan melangkah memasuki kamar.Setibanya di dalam kamar itu, Kira melihat Grace tengah duduk bersandar di headboard. Dengan kepala tegak seolah-olah tidak sedang terlihat sakit. Namun, wajahnya yang pucat tak bisa menyembunyikan fakta bahwa Grace sedang tidak enak badan.“Tante memanggil saya?” tanya Kira sambil berdiri di samping ranjang. “Ada apa, Tante?”Grace menoleh, tatapannya datar saat menatap Kira. “
Grace tidak mau makan. Setiap makanan yang masuk ke mulutnya selalu dimuntahkan lagi. Kira jadi tidak tega melihatnya. Wanita yang selalu tampil menarik dan anggun itu kini terlihat lemah dan pucat.Kira berpikir cukup lama seraya memandangi wajah Grace–yang tampak malas menatap Kira. Lantas, Kira pamit pada Kai yang berdiri di sampingnya, untuk keluar dari kamar tersebut.Kira menyeret langkahnya menuju dapur. Seorang kepala pelayan menyambutnya dengan ramah.“Apa sejak sakit, Tante Grace nggak mau makan?” tanya Kira pada wanita paruh baya di hadapannya.Wanita itu menganggukkan kepalanya. “Betul, Non. Setiap kali penyakitnya kambuh, Nyonya Grace selalu sulit makan. Setiap makanan yang kami buat selalu dimuntahkannya lagi.”Kira terdiam sejenak, lantas ia kembali berkata. “Em… boleh aku pinjam dapurnya sebentar?”Kening wanita paruh baya itu mengernyit, lalu ia mengangguk kembali. “Boleh, Nona. Silahkan.”“Terima kasih.” Kira lalu masuk lebih dalam ke dapur yang sedikit lebih luas di
“Maksudnya… kamu terlalu manis untuk didiamkan,” bisik Kai dengan suara berat dan serak, seraya menyapukan jemarinya di garis rahang Kira.Kira menggigit bibir bawahnya, menahan senyum malu-malu. “Mas, kita lagi di mobil, lho.”Satu sudut bibir Kai terangkat. “Kaca mobilnya gelap. Jalannya sepi. Nggak akan ada yang lihat kita,” katanya dengan senyuman penuh arti.Mata Kira mendelik seraya memukul pelan dada bidang suaminya. “Nanti kita bisa ditilang kalau ketahuan bermesraan di dalam mobil.”“Memangnya siapa yang berani menilangku?” timpal Kai dengan pongah, yang membuat Kira merotasi matanya dengan malas.Kira lalu terkekeh-kekeh. “Ya… ya… baiklah, aku akui memang tidak akan ada yang berani macam-macam pada tuan yang satu ini.”Kai kembali tersenyum, senyuman yang membuat Kira sempat menahan napasnya sesaat. Senyum itu terlalu menawan hingga mampu meruntuhkan pertahanan Kira.Kai mendaratkan ciuman di pipi Kira satu persatu.
“Ya, sudah kembali. Dan aku cemburu melihat kalian bersama,” bisik Kai di dekat telinga Kira.Kira merotasi matanya dengan malas. Sementara itu, Julian menaikkan satu sudut bibirnya ke atas, tersenyum geli melihat tingkah Kaisar.“Wah! Kamu terlalu posesif, Kai,” kekeh Julian sambil meraih cangkir espressonya. “Jangan khawatir, aku bukan tipe orang yang akan mengganggu rumah tangga orang lain. Kecuali kalau kamu… berulah seperti tempo hari.”Kai menoleh, menyipitkan mata pada Julian. Lalu mendengus pelan. “Aku nggak akan memberimu celah untuk merebut Kira dariku.”“Bagus.” Julian menyeruput minumannya sesaat, ia sempat melirik Kira sejenak, sebelum menatap Kai lagi. “Karena Kira terlalu berharga untuk disia-siakan.”Kira menunduk dengan pipi yang merona-rona. Ucapan Julian terdengar tulus dan ia merasa dihargai.Sedangkan Kai sempat tertegun. Sebelum akhirnya ia menggenggam tangan Kira dengan erat. Ia tidak menimpali ucapan Julia
Langkah kaki Kira seketika terhenti. Begitu juga dengan Violet. Mata keduanya kini bertemu.Kira terkejut melihat penampilan dan kondisi Violet yang tampak berantakan. Mata Violet sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Rambut yang biasa tertata rapi kini terlihat kusut. Tidak ada make up yang melekat di wajahnya, membuatnya terlihat pucat.“Kira?” desis Violet.“Violet….” Kira melihat ke sekeliling, dan ia tidak melihat keberadaan Rina serta Luna di sekitar wanita itu. “Luna masih dirawat?” tanyanya, penasaran.Violet tersenyum masam. Ia mendekati Kira dengan tatapan tajam. Alih-alih menjawab pertanyaan Kira, Violet justru malah berkata dengan sinis, “Puas kamu sekarang?”Kening Kira berkerut. “Apa maksudmu?”“Jangan pura-pura bodoh!” desis Violet lagi. Satu sudut bibirnya kembali terangkat. “Kamu pasti puas dan bahagia lihat aku hancur, ‘kan? Dari awal kamu menginginkan kehancuran hubungan aku dan Kai!”Mendengarnya, tangan Kira pun mengepal. Tatapan Kira kini berubah tajam