Seketika itu juga Kira bergegas keluar dari kamar mandi, matanya tampak berbinar cerah saat ia menatap suaminya yang tengah mengenakan kemeja putihnya. “Mas!” seru Kira sambil berjalan mendekat. Kai menoleh, tersenyum. “Kamu sudah menemukannya? Kejutan dariku?” Dengan cepat Kira menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar. Ia menunjukkan amplop di tangannya. Lalu tanpa banyak kata, ia menghampiri Kai dan menghambur memeluk leher pria itu sambil berjinjit. “Aku suka sekali kejutannya!” Tubuh Kai seketika berubah menegang tatkala ia mendapat pelukan dari Kira untuk pertama kalinya. Namun Kai berhasil menguasai ekspresinya dengan cepat. Kedua tangan pria itu terulur memeluk punggung ramping Kira erat-erat. “Benarkah? Kamu suka?” Kai bertanya untuk memastikan. “Hm! Sudah kubilang aku suka sekali kejutannya!” seru Kira sekali lagi. Pergi ke negara romantis seperti Perancis adalah impiannya sejak dulu. Namun dulu, impiannya itu terasa mustahil. Tak disangka-sangka, sekarang Kai-lah
Kai menarik sudut-sudut bibirnya ke atas, tersenyum menampilkan sederet giginya yang rapi. Sesekali ia menggigit bibir bawah sambil tersenyum. Dan sesekali ia menggelengkan kepalanya.“Tuan, Anda baik-baik saja?” tanya Lia dengan bisikan.Lia dan dua orang klien yang sedang bertemu dengan Kai tampak terheran-heran melihat Kai sering tersenyum sendiri, persis seperti orang yang sedang jatuh cinta.Kai berdehem, senyumannya seketika memudar tatkala ia sadar sedang berada di mana saat ini.“Maaf. Sampai mana tadi?” tanya Kai dengan suara penuh wibawa sambil membuka-buka dokumen di hadapannya.Lia menghela napas pelan, tersenyum. Lia pikir, ini pasti ada hubungannya dengan Kira. Karena sejak tadi pagi Kira tampak murung, tapi semenjak makan siang berakhir Kira justru malah terlihat sebaliknya. Begitu pula dengan Tuan Kaisar.Apalagi Lia mendengar desas-desus dari beberapa karyawan bahwa di kantin tadi Tuan Kaisar datang dengan gagahnya sambil memba
Saat jam makan siang tiba, Kai pergi sendirian ke luar kantor, yang membuat Kira merasa heran karena tidak biasanya Kai ingin pergi sendiri. Entah kemana pria itu akan pergi, Kai tidak memberitahu Kira ataupun Lia.Namun, Kira tidak mau ambil pusing. Karena toh, ia juga sedang tidak ingin berduaan dengan Kaisar.Akhirnya siang itu Kira makan siang di kantin. Ia bertemu dengan beberapa karyawan senior yang dulu pernah hadir di acara ulang tahun perusahaan. Mereka tahu bahwa Kira adalah istri Kaisar. Jadi, saat bertemu dengan Kira, sikap mereka terlihat lebih sopan dan ramah.Bahkan, mereka tak segan-segan menegur beberapa karyawan laki-laki yang menggoda Kira–yang belum tahu siapa Kira sebenarnya.Suasana di kantin sangat ramai siang itu. Kira memilih kursi di pojok dan makan sendirian. Ia sempat mengajak Lia untuk makan bersama, akan tetapi Lia sedang ada pertemuan dengan klien penting mewakili sang CEO.Kira menghela napas pelan sambil melahap makanannya tanpa selera. Rasa cemburu pa
“Em… apa kamu sering melakukan hal seperti ini pada Violet?”Kai terdiam sejenak, ia tengah berjongkok di hadapan Kira sambil mengancingkan piyama satinnya. “Melakukan hal seperti ini gimana maksudmu, Baby?”“Maksudku, kamu memberi perhatian lebih pada Violet setelah kalian bercinta,” gumam Kira dengan ragu. “Yah… seperti yang kamu lakukan ke aku sekarang.”Senyuman kecil terukir di bibir tipis Kai. Lalu dengan tenang ia menjawab, “Nggak pernah. Karena aku selalu mabuk kalau aku melakukan hal itu dengannya.”Kira tercenung sesaat. “Selalu mabuk?”“Ya.” Kai mengangguk, masih dengan sikap tenangnya. Tanpa menyadari perubahan raut muka Kira yang tiba-tiba berubah muram.“Selalu ya, Mas?”Merasa nada suara Kira berubah, Kai pun mendongak dan ia terkejut kala mendapati wajah wanita itu tidak seceria sebelumnya. Sial. Apakah ada yang salah dengan jawabannya? Karena pada kenyataannya, ia memang selalu mabuk setiap kali melakuka
“Apa? Menggoda? Aku nggak–”Kata-kata Kira terhenti begitu saja saat Kai tiba-tiba mempertemukan bibir mereka berdua. Mencumbu bibir wanita itu dengan penuh gairah.Mata Kira terbelalak, tapi kemudian matanya terpejam saat pagutan Kai terasa semakin dalam. Kira bahkan membalas ciuman Kaisar, membuat Kai sempat menggeram pelan.Setelah cukup lama keduanya berciuman hingga napas mereka nyaris habis, Kai terpaksa menyudahi pagutan itu dan menempelkan kening mereka dengan napas terengah.“Maaf. Sepertinya malam ini akan jadi malam yang sangat panjang untuk kita,” bisik Kai, yang membuat Kira seketika mendorong dada pria itu perlahan.“Apa maksud kamu, Mas?” tanya Kira dengan tatapan bingung.Tanpa diduga-duga, Kai melucuti kaosnya sendiri, membuat mata Kira kembali terbelalak saat ia melihat tubuh Kai yang dihiasi otot-otot liat. Pipi Kira memerah saat tatapannya tertuju pada dada Kai yang ditumbuhi rambut halus.“Kita akan berci
“Benar-benar kamu ya, seharusnya kamu gunakan otakmu untuk berpikir kenapa aku sampai melakukannya!”Seketika itu juga mata Violet basah oleh air mata. Namun, Kai sedikit pun tidak tersentuh atau merasa kasihan. Kai justru muak melihatnya.“Lalu gimana aku dan Luna, Kai?” tanya Violet dengan tersedu-sedu. “Kamu nggak kasihan sama aku? Gimana biaya rumah sakit Luna? Luna harus mendapat donor sumsum tulang belakang secepatnya, Kai.”Rahang Kai mengeras, ia mendekati Violet dengan tatapan membunuh yang membuat nyali Violet seketika menciut.“Dengar, Violet,” desis Kai dengan tajam. “Kamu dan Luna bukan lagi urusanku. Bagaimana kalian menjalani hidup ke depannya, tidak ada hubungannya lagi denganku! Hari ini aku ke sini karena mengikuti kemauan Kira. Kalau bukan karena istriku, aku tidak sudi melihatmu dan anak haram itu!”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Kai berbalik pergi meninggalkan Violet yang menangis tersedu sedan. Tangisan pilu wanita itu sama sekali tidak membuat Kai terenyuh