แชร์

Bagian 81, Under Watchful Eyes

ผู้เขียน: qworamora
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-21 21:12:55

Di tengah kota, pagi berdenyut lebih cepat. Klakson bersahutan, lampu lalu lintas berganti warna dengan ritme yang teratur, dan deretan gedung memantulkan cahaya matahari yang baru naik. Bus berhenti dan melaju, penjual kaki lima menata dagangan, dan pejalan kaki bergerak dalam alur masing-masing.

Meski riuh, ada keteraturan di dalamnya, sebuah kesibukan yang menandai awal hari, saat kota dan sekolah sama-sama terbangun, siap menjalani cerita mereka sendiri.

Di sekolah kembali ramai seperti biasanya.

Alaric datang lebih awal seperti biasa. Dia berdiri di dekat jendela koridor lantai dua, tangan dimasukkan ke saku jaket, tatapannya kosong menatap halaman sekolah. Beberapa siswa melirik—sebagian berbisik—tentang kejadian sore kemarin.

Langkah kaki ringan terdengar mendekat.

"Pagi." Suara Selvara lembut, nyaris seperti sapaan kebetulan. Dia berhenti di sisi Alaric, cukup dekat jika di lihat dari jarak jauh.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya, seolah tulus. "Aku ingin membantumu, tapi kau sud
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 81, Under Watchful Eyes

    Di tengah kota, pagi berdenyut lebih cepat. Klakson bersahutan, lampu lalu lintas berganti warna dengan ritme yang teratur, dan deretan gedung memantulkan cahaya matahari yang baru naik. Bus berhenti dan melaju, penjual kaki lima menata dagangan, dan pejalan kaki bergerak dalam alur masing-masing.Meski riuh, ada keteraturan di dalamnya, sebuah kesibukan yang menandai awal hari, saat kota dan sekolah sama-sama terbangun, siap menjalani cerita mereka sendiri.Di sekolah kembali ramai seperti biasanya.Alaric datang lebih awal seperti biasa. Dia berdiri di dekat jendela koridor lantai dua, tangan dimasukkan ke saku jaket, tatapannya kosong menatap halaman sekolah. Beberapa siswa melirik—sebagian berbisik—tentang kejadian sore kemarin.Langkah kaki ringan terdengar mendekat."Pagi." Suara Selvara lembut, nyaris seperti sapaan kebetulan. Dia berhenti di sisi Alaric, cukup dekat jika di lihat dari jarak jauh."Kau baik-baik saja?" tanyanya, seolah tulus. "Aku ingin membantumu, tapi kau sud

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 80, Echoes of Choices

    Lampu-lampu kota menyala penuh di bawah sana, tampak seperti bintang palsu yang tersebar rapi. Dari kamar atas apartemen, jalanan terlihat tenang, hanya garis cahaya kendaraan yang bergerak pelan, menandai waktu yang terus berjalan.Udara malam menempel di kaca jendela, dingin dan hening. Kota terasa jauh, seolah semua keramaian tertinggal di bawah, sementara di ketinggian ini hanya ada diam dan pikiran yang tak bersuara.Anora berdiri di depan jendela kamarnya, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Jelaskan!" Suara Ink memecah keheningan di antara mereka berdua, tajam, tapi disertai nada cemas yang tidak bisa disembunyikan.Ink berdiri di samping Anora, menatapnya serius. Sorot matanya keras, menuntut jawaban."Tidak ada yang perlu aku jelaskan," balas Anora santai, suaranya datar, tapi nada itu menyembunyikan banyak hal.Ink membuang napasnya kasar. "Aku sudah membantumu untuk mengulang hal ini tidak terjadi, jangan membuat semuanya terulang lagi!""Aku tidak memintamu un

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 79, Letting Him Go—For Now

    "Kak Al, kau percaya ini, kan?" tanya Selvara dengan tenang, dia menatap mata Alaric seolah menghipnotisnya.Selvara tersenyum manis saat Alaric menatapnya sambil mengangguk mantap."Tentu saja."Selvara membelai pipi Alaric, menatapnya dengan penuh cinta. Alaric menatap Selvara, dia memejamkan matanya menikmati usapan lembut itu."Kenapa kau tidak bilang lebih awal..." lirih Alaric yang sudah membuka matanya."Aku takut... aku takut tidak pantas untukmu, aku takut saat aku memberi tahumu semuanya berubah," balas Selvara tersenyum sendu."Aku tidak akan berubah." Alaric tersenyum, dia memegang tangan Selvara yang berada di pipinya, mengelus lembut tangan itu.Selvara tersenyum manis, dia semakin mendekatkan tubuhnya ke Alaric, menatap bibir Alaric sekilas lalu mengecupnya singkat."Kau tahu Kak Al, aku sangat mencintaimu lebih dari siapa pun."Alaric tersenyum.Selvara mengubah posisi duduknya, perlahan naik ke atas pangkuan Alaric. Jarak di antara mereka lenyap."Aku akan menunggu Ka

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 78, Two Cups, One Trap

    Malam turun tanpa suara. Langit menggantung kelam, seolah menekan bumi dengan warna hitam pekat yang hanya disela oleh lampu-lampu jalan berpendar pucat. Udara terasa dingin dan berat, membawa aroma debu serta besi tua dari bangunan kosong yang berdiri bisu di tepi jalan. Dindingnya kusam, jendelanya gelap, seperti menelan segala cahaya yang mendekat.Sebuah mobil terparkir di halaman bangunan itu. Mesin telah dimatikan, namun panasnya belum sepenuhnya pergi. Di dalam kabin yang sempit dan redup, tiga orang duduk dalam keheningan—dua laki-laki dan satu perempuan. Cahaya dari panel dashboard menjadi satu-satunya sumber terang, memantulkan bayangan samar di wajah mereka."Sepertinya ramuan itu belum bekerja sepenuhnya," ucap perempuan itu menatap kedua laki-laki itu dari belakang.Salah satu laki-laki itu menatap ke arah belakang dengan menaikan satu alisnya. "Tidak mungkin, sudah lebih dari 3 botol kan kau berikan padanya?"Perempuan itu mengangguk. "Iya, tapi tadi... aku rasa dia belu

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   bagian 77, Polite Applause

    Aula kota jauh lebih besar dari yang Anora bayangkan.Langit-langitnya tinggi, lampu-lampu gantung memantulkan cahaya keemasan ke lantai marmer yang berkilap. Spanduk lomba antar sekolah tergantung berjajar, masing-masing membawa nama institusi yang datang dari berbagai penjuru kota.Suasana riuh. Lebih tertib, tapi juga lebih dingin.Anora berdiri di sisi barisan peserta, sedikit terpisah dari kerumunan utama. Dia mengenakan seragam sekolah yang dibalut jaket tipis berwarna gelap, tangannya masuk ke saku. Untung saja para guru memercayainya untuk mendampingi Sebastian, sehingga dia tidak perlu beralasan tidak bisa masuk sekolah.Sebastian berdiri di depannya, memeriksa ulang berkas lomba."Ternyata sebanyak ini sekolahnya," gumam Sebastian, matanya menyapu aula.Anora mengangguk. "Wajar. Ini tingkat kota.""Bukankah seharusnya kau sudah memiliki bayangan tentang ini?" lanjut Anora bertanya."Tentu, tapi ini lebih banyak dari yang aku kira," jawab Sebastian."Iya, ada beberapa kota y

  • Ikatan Darah dan Giok Anora   Bagian 76, The Quiet After

    Sekolah tidak berubah. Namun cara orang-orang memandang Anora berubah.Lorong-lorong tetap dipenuhi suara langkah kaki dan tawa ringan. Papan pengumuman masih ditempeli kertas-kertas berwarna yang saling menumpuk, sebagian sudah mulai mengelupas di ujungnya. Bel masuk berbunyi seperti biasa—nyaring, tegas, dan tepat waktu. Semua berjalan sebagaimana mestinya.Namun ada sesuatu yang tertinggal di udara. Sesuatu yang tidak bisa dilihat, tapi terasa jelas saat Anora melangkah melewati kerumunan.Bisik-bisik berhenti terlalu cepat.Tatapan berpaling terlalu tergesa.Tidak ada yang menatapnya dengan terang-terangan. Tidak ada yang menunjuk atau berani berkomentar langsung. Justru itu yang membuatnya terasa ganjil. Seolah keberadaannya kini harus disikapi dengan hati-hati.Anora duduk di bangkunya, meletakkan tas di samping kursi, lalu membuka buku. Dia mulai mencatat seperti biasa. Tangannya stabil, tidak gemetar. Tulisan tangannya rapi, konsisten, tidak menunjukkan tanda-tanda tergesa. Ji

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status