Cinta adalah kutukan bagi Anora Draven, vampir abadi yang tahu betapa cinta bisa menghancurkan segalanya. Setelah dikhianati dan kehilangan nyawa, dia terbangun di ruang putih asing dan diberi kesempatan kedua—kembali hidup untuk mengubah takdirnya sendiri. Tugasnya sederhana: mencegah tragedi yang menewaskannya. Namun, dunia yang dia datangi kini penuh kegelapan, dusta, dan darah. Sistem yang menjelma seekor kucing hitam hanya memberinya petunjuk samar, sementara masa lalunya perlahan menyeretnya pada kebenaran yang menyakitkan. Hingga pertemuannya dengan sosok misterius membuat keyakinannya goyah. "Aku tidak mau, jangan pergi, Anora..." Dan Anora sadar, saat ada seseorang yang terikat erat dengannya. Tapi apakah dia penyelamat, atau justru penghancur akhir hidupnya? Satu kesempatan kedua. Satu misteri besar. Bisakah Anora menemukan siapa yang layak dia percayai—sebelum segalanya terlambat?
Lihat lebih banyakLangkah Anora terhuyung, punggungnya membentur dinding baja yang dingin. Lampu neon di langit-langit berkelip, menebarkan cahaya putih pucat yang membuat bayangan panjang menari di ruangan. Bau logam, darah, dan bahan kimia bercampur menjadi aroma yang menusuk, membuat tenggorokannya kering.
“Kau bodoh sekali, Nora...” suara berat itu bergetar di telinganya. Srakk! Dingin baja menembus dadanya. “Arghhh!” Darah pekat mengucur dari luka di dada. Anora terjatuh berlutut, pandangannya kabur. Suara tawa dingin masih menggema—tawa orang yang baru saja dia percayai. ‘Dikhianati…? Oleh dia…? Bodoh sekali aku...’ batin Anora dengan lemah, dia sangat kecewa dengan teman dekatnya itu. ‘Aku tidak akan tertipu lagi, Arr...’ lanjut Anora sebelum kehilangan kesadarannya. Napasnya tersengal, dadanya naik turun cepat, seolah paru-parunya tak sanggup mengejar udara. Dunia di sekitarnya perlahan mengabur. Lalu—gelap. Kosong. Anora membuka mata. Cahaya menyilaukan membuatnya refleks menutup wajah. Dia duduk, menatap sekeliling yang hanya dipenuhi warna putih. “Ini… surga?” gumamnya. “Tetapi masa sih aku masuk surga?” lanjutnya, mengernyit. “Lagian tidak mungkin aku mati!” Anora mulai berdiri dan berjalan ke arah lain yang tak ada ujungnya. Semuanya putih. “Kalau surga, harusnya ada taman bung–“ *Ctass! “ARGHH!!” Anora berteriak saat ada sesuatu yang keluar dari cahaya di depannya. Tubuhnya refleks mundur satu langkah. “Aishh, sial. Bikin kaget saja!” “Bodoh, ini bukan surga!” ucap makhluk yang keluar dari cahaya itu dengan ketus Anora terkejut saat benda itu bisa bicara, dia menatapnya terus-menerus. “Benda? Aku itu makhluk, bodoh. Kau tidak bisa membedakan mana benda dan makhluk, hah?” sinis makhluk kecil dan hitam itu. Anora bertolak pinggang dia menatap makhluk menyebalkan ini dengan sinis, “kau menyebutku bodoh terus, dasar jelek!” Makhluk itu–seekor kucing hitam memutar bola matanya malas. Dia menatap perempuan di depannya dari atas sampai bawah. “Hah, jadi aku harus mengurus dia?” gumamnya, yang tidak terdengar oleh Anora. “Jadi nona Anora–“ “K-kau tahu namaku?” tanya Anora yang terkejut lagi. “Tentu saja...” “Bagaimana bisa?!” Anora menatap kucing hitam itu dengan menyelidik. “Karena aku makhluk spesial. Sudahlah kau tidak usah banyak tanya. Aku akan menjelaskannya, jadi diam!” Anora yang mendengar ocehan kucing hitam itu pun dengan sadar mematuhinya. “Jadi Anora, kau adalah makhluk Vampir, betul?” tanyanya yang dibalas anggukan oleh Anora. “Kutanya, apakah vampir bisa masuk surga?” Anora membalasnya hanya dengan gelengan. “Itu kau tahu, kalian tidak akan pernah masuk surga atau neraka. Makhluk seperti kalian akan abadi selamanya menyatu dengan dunia. Tidak akan merasakan akhirat karena itu adalah kutukan turun-temurun,” ucapnya, Anora kali ini hanya diam mendengarkan. ‘Jahat sekali, dia...’ batin Anora menanggapi ucapan makhluk hitam itu. “Aku bisa mendengarnya,” ujar makhluk itu yang dapat mendengar isi kepala Anora. “Jadi, kau di sini karena jiwamu hilang separuhnya karena pengkhianatan pada masa lalu. Jadi, kau diberi kesempatan untuk merubahnya,” lanjutnya menjelaskan. “Mengapa? Mengapa aku diberi kesempatan?” tanya Anora yang tidak paham, bukan kah makhluk vampir seperti mereka dikutuk, lalu mengapa? “Aku tidak bisa memberi tahu. Karena jiwamu separuhnya sudah memudar, kau akan kehilangan beberapa ingatan. Jadi, saat kau kembali ke duniamu aku akan memberi tahu sedikit poin pentingnya.” “Mengapa aku bisa di sini? Aku terbunuh atau apa?” tanya Anora penasaran, benar kucing itu bilang ingatannya menjadi samar. “Kau dikhianati, lalu kau dibunuh olehnya.” Anora yang mendengar itu, ingatan samarnya sedikit terbayang ketika dia ditikam. Rasanya masih membekas, dia memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa sesak. “Itu efek sampingnya, itu akan hilang nanti...” ujar kucing hitam saat melihat Anora kesakitan. “Jadi, kau siap? Kita akan kembali ke rumahmu,” lanjutnya bertanya. Anora mengangguk, “aku siap, tetapi kau akan di sampingku kan?” “Hmm, dengan berat hatiku jawab, iya...” Setelah berucap seperti itu, ada sebuah cahaya bersinar di depan mereka. “Kau masuk, berjalan saja...” Baru saja Anora ingin melompat ke cahaya itu saat disuruh masuk. Tetapi, kucing itu menyuruhnya berjalan. Anora dengan malas mematuhi perkataan kucing hitam itu. Anora menatap cahaya itu tanpa berkedip. Ada sesuatu di dadanya yang terasa berat, seperti firasat buruk yang belum sempat diucapkan. “Kalau aku kembali… semuanya akan sama?” bisiknya lirih. Kucing itu menoleh malas. “Tak ada yang benar-benar sama setelah kematian, Anora.” Napasnya tercekat. Untuk sesaat, Anora ingin mundur. Tapi langkahnya sudah terlanjur maju. Cahaya itu menyambutnya—dingin, menelan seluruh keraguannya. Saat Anora melangkah ke dalam cahaya itu, dia mendengar suara lembut berbisik di telinganya ‘Kali ini, jangan percayai siapa pun.’ Gelap. Tunggu, sepertinya ada yang salah? Mengapa aku menuruti makhluk kecil itu? *Ctass!Butuh puluhan menit dia berkendara di tengah keramaian kotanya yang padat itu, agar sampai ke tempat tujuannya.Saat sudah sampai di tempat tujuannya, Anora memarkirkan mobilnya. “Apakah dia mengikutiku?” gumam Anora melirik sekitar sebelum turun dari mobilnya. “Sepertinya–“Ucapan Anora terpotong saat mendapat telepati dari suara seseorang yang dia kenal. ‘Baiklah, tunggu sebentar!’Pintu mobil terbuka, dan Anora melangkah keluar dengan tenang. Jaket kulit hitam dia jinjing di lengan kiri, beriringan dengan tas selempangnya. Kaus putih yang melekat di tubuh rampingnya berpadu dengan celana kulit hitam, menonjolkan lekuk proporsional yang membuat setiap gerakannya tampak anggun sekaligus berwibawa.Anora melangkahkan kakinya dengan anggun memasuki bangunan yang bernuansa putih di luar maupun di dalam. Ada taman kecil yang sengaja dibuat di depan halaman bangunan ini, sehingga membuat nyaman untuk orang yang menginap atau sekada
Langit sore membara jingga, awan tipis bagai kabut dari pertempuran lama. Angin membawa aroma tanah basah dan kehidupan yang mulai bersembunyi malam. Dari atas balkon, Anora dapat mendengar detak jantung bahkan aroma dari semua makhluk yang terdeteksi oleh radarnya. Saking banyaknya aroma makhluk lain dan suara detak jantung mereka membuat Anora tidak bisa fokus, keahliannya melemah, menjadi tidak setajam jika hanya mencium beberapa aroma saja. Dia tidak bisa menebak aroma makhluk apa yang berada dekat ataupun jauh dengannya. Hanya aroma yang familier saja yang dapat dengan kuat radarnya deteksi. Seperti, Ink... “Kau ingin terus di sana?” tanya Ink yang tengah bersantai di atas sofa, setelah menghabiskan dua kaleng tuna. Anora melirik sekilas Ink yang berwujud kucing itu, dia mengabaikan pertanyaan Ink dan terus menatap langit yang menurutnya indah, seperti darah. “Hey, aku berbicara denganmu, anak kecil!” Anora mengabaikan itu, dia bahkan bergumam sendiri dengan tidak jelas,
Sudah dari beberapa menit yang lalu Anora meninggalkan perpustakaan. Kini, dia berada di taman sekolah, duduk termenung sendirian di bangku panjang yang berada tidak jauh dari rindangnya pohon flamboyan.Taman itu kontras dengan hiruk-pikuk sekolah. Dari kejauhan terdengar tawa siswa dan langkah tergesa di koridor, tapi di sudut taman, sunyi seolah hanya menyisakan dirinya. Angin sepoi menyapu kulitnya, mengibaskan anak rambut yang lolos dari ikatan. Daun-daun berguguran menari sebelum jatuh ke tanah, sementara udara sejuk membawa aroma rerumputan basah dan bunga mekar di tepi jalan.Anora memejamkan mata, menikmati kesejukan taman. Tak ada aroma makhluk lain, hanya harum pepohonan, bunga, dan kehidupan kecil di sekitarnya.“Jadi, mereka...” gumam Anora menggantungkan kalimatnya. Dia menatap hamparan di depannya dengan tatapan kosong. Anora masih mencerna dari apa yang dia ketahui baru-baru ini. “Sial! Aku kalah dengan serigala itu!” gumam Anora kesal setelah beberapa detik sudah me
Anora melangkah mantap ke perpustakaan, menelusuri rak demi rak. Matanya fokus, tapi hidungnya menangkap aroma makhluk-makhluk yang membingungkan sejak perjalanan tadi.Sepertinya dia akan mencari tahu tentang aroma makhluk-makhluk yang, sejak perjalanan tadi, beberapa di antaranya tidak bisa dia tebak.‘Benar kata Ink, aku harus belajar,’ batin Anora.‘Karena pengalaman hidupmu masih kurang, banyak makhluk yang tidak kau tahu,’ ucap Ink yang membaca pikiran Anora.‘Kau ikut campur sekali...’‘Rak kedua dari sini, buku yang kau cari,’ Ink menunjukkan buku yang Anora butuhkan.Anora yang mendengar Ink dengan malas menuruti perkataan Ink sekali lagi, saat sampai di rak yang dia inginkan. Tidak jauh dari sana ada 4 orang yang duduk di meja panjang untuk membaca buku di sana.Di sana ada Sebastian dan Alaric, di depan mereka ada dua perempuan yang aroma tubuhnya membuat Anora pusing. ‘Ugh, serigala bau. Makhluk itu lagi...’ ucap Anora memutar bola matanya malas, dia sangat anti dengan se
Bel istirahat baru saja berbunyi. Suara kursi bergeser dan tawa siswa segera memenuhi ruangan.Anora menatap layar ponselnya dengan earphone di telinga—menyendiri di tengah keramaian. Di sampingnya, Sebastian masih sibuk menulis catatan dengan fokus berlebihan.‘Bener-bener my type,’ gumam Anora dalam hati, meliriknya diam-diam.‘Mulai lagi!’ Suara Ink menggema di pikirannya.‘Kenapa kau selalu masuk di pikiranku, aku jadi seperti tidak memeiliki privasi!’ keluh Anora yang merasa sedikit kesal dengan Ink.‘Agar aku bisa mengawasimu!’ ujar Ink dengan santai.Anora mendecak pelan—sayangnya cukup keras untuk menarik perhatian Sebastian. Dia merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya terulang lagi!Anora menatap Sebastian yang ternyata sedang menatapnya juga dengan wajah bingung,“Aaa... maaf, aku berbicara ke ponsel...” ucap Anora dengan menunjuk ponselnya sendiri.Sebastian hanya mengangguk tipis lalu kembali menulis.‘Apakah dia jodohku Ink?’ celetuk Anora sambil mencuri pandang ke a
Di saat yang sama, batu biru di kalungnya bergetar halus — nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk membuat Anora menahan napas.Entah kenapa, setiap kali dia mendekati orang tertentu… kalung itu selalu bereaksi.“Sudah sampai, ayo masuk. Alaric kau bisa duduk di tempatmu. Untuk Anora ikut Ibu untuk memperkenalkan diri ya,” ucap Ibu itu dengan ramah, dia berjalan terlebih dahulu kemudian disusul Alaric yang langsung duduk di kursinya.Anora yang melihat Ibu guru itu menatapnya, dengan mantap berjalan masuk dan berdiri di samping guru itu.“Selamat pagi anak-anak...” ucap guru itu yang di balas sapaan juga dari murid di kelas.“Hari ini kelas kita kedatangan murid baru, ayo perkenalkan dirimu sayang,” ucap guru itu menatap Anora sambil mengangguk kecil.“Saya–“ ucap Anora terpotong.‘Ingat, jangan sebut marga keluargamu!’ peringat Ink yang mungkin sudah empat kali selama di perjalanan mengucapkan itu.Anora terdiam sebentar, dia jadi tidak fokus gara-gara Ink. ‘Ink sialan!’“Ayo, sayang.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen