Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang.
Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang.
"Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti.
"Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup"
"Kamu yakin?"
"Em"
"Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?"
"Janji"
Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m
Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh
Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a
Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma
Alina tumbuh dalam keluarga lengkap yang tidak bahagia dimasa kecilnya.Bersama seorang ibu yang lembut dan seorang ayah yang kasar. Mereka adalah sepasang insan yang tidak cocok satu sama lain.Dalam pandangannya, itu seperti minyak bercampur air, menolak menyatu. Dan seperti seekor kelinci untuk harimau, hanyalah korban untuk yang terkuat.Seringkali di setiap siang bahkan malam, Alina kecil bersembunyi di pojok ruang tamu, menonton hal-hal yang tidak seharusnya ia tonton. Mendengar hal-hal yang tidak seharusnya ia dengar. Dan melihat hal-hal yang tidak seharusnya ia lihat.Menonton perkelahian antar dua orang dewasa. Mendengar kata-kata kasar dari seorang yang seharusnya ia hormati. Dan melihat seorang wanita lemah yang dipukul sampai tidak berdaya.Tahun-tahun berlalu dan keduanya berpisah. Alina berpikir dengan keduanya berpisah ia akan hidup lebih damai.Ketika Alina rem
Hari ini matahari terasa sangat membakar. Cahayanya yang menyilaukan, menembus kaca jendela kelas tepat di sebuah kelas yang berada di lantai dua. Dengan penyejuk ruangan dari kipas angin gantung sederhana di langit-langit. Walau sedikit tidak memuaskan, tapi cukup membantu di cuaca panas seperti ini.Seorang wanita, mengenakan tunik polos coklat susu selutut, terusan celana longgar panjang putih dan berbalut pashmina abu-abu. Berdiri di depan papan tulis, menerangkan materi pelajaran pada para siswi di kelas dengan sangat serius.Mereka semua adalah siswi, lebih tepatnya para pelajar perempuan. Itu karena tempatnya mengajar adalah sebuah pondok pesantren sederhana khusus santriwati.Kring..kring..Bel berdering nyaring."Baik, kita sudahi materi kita sampai disini. Kalian boleh istirahat"Para santriwati pun, satu persatu meninggalkan kelas.Wanita itu pun bergegas
Alina sudah sampai di rumah sakit.Dan dalam perjalanan menuju ruang tempat neneknya di rawat meninggalkan dua pria asing di belakangnya.Ia tidak peduli apakah mereka akan mengikuti nya atau tidak.Membuka pintu, ia melihat seorang wanita tua duduk separuh bersandar di ranjang rumah sakit. Ada selang infus yang menusuk nadinya yang menonjol di balik kulitnya yang keriput.Tubuhnya terlihat sedikit kurus.Ia tampak sedang tertawa dengan seorang lawan bicara yang duduk di kursi dekat tempat nya berbaring.Itu adalah seorang pria tua yang berpakaian santai. Separuh rambutnya sudah memutih. Sama seperti neneknya, pria tua itu juga tertawa.Menatap kosong kearah mereka. Alina menyembunyikan ketidaksukaan nya pada pria tua asing itu.'Kenapa begitu banyak pria yang ku temui sejak tadi?' Batin Alina."Nenek!"
Memutar kran air di wastafel, Alina membasahi wajahnya. Menatap ke cermin, ia merenungi wajahnya yang sudah basah. Dinginnya air sedikit meredakan amarahnya. Menampung sedikit air lagi ditangannya, Alina membasahi wajahnya lagi. Setelah ia merasa benar-benar tenang, Alina mematikan kran.Menyobek beberapa helai tisu, Alina mengeringkan wajah dan tangannya dengan itu. Alina pun kembali ke bangsal tempat neneknya di rawat. Dan menemukan neneknya tidak ada disana."Nona apakah anda cucu dari pasien ibu Erina?"Seorang perawat yang melihat keberadaan nya disana langsung bertanya. Alina mengangguk kan kepalanya."Iya, dimana nenek saya sekarang?""Nenek anda sudah di pindahkan ke ruang VIP. Mari saya antar"Alina pun mengikuti kemana perginya perawat tersebut. Dalam hati ia sedikit bertanya- tanya. Kenapa neneknya dipindahk