Share

Iklaskah aku di madu?
Iklaskah aku di madu?
Author: Nur hapidoh

Bab 1. Fakta menyakitkan

Diana saat ini sedang ada di sebuah butik bersama putrinya yang besok akan ulang tahun. Kebetulan ulang tahun Raisa hampir sama waktunya dengan Andien, putri dari Marisa hasil pernikahannya bersama almarhum Mahesa yang sudah meninggal empat bulan yang lalu karena kecelakaan fatal saat dia pulang dari luar kota.

"Mah, kenapa Papa tidak ikut bersama kita untuk membeli gaun untuk pestaku besok?" tanya Raisa dengan raut wajah sedih.

"Raisa ingin sekali, Mah. Kita bertiga sibuk mengurus pesta ulang tahunku. Tapi, Papa jauh lebih sibuk untuk mengurus keluarga Tante Marisa dari pada kita berdua." Raisa menunjukkan kesedihan di wajahnya yang membuat Diana semakin kalut hatinya.

Diana terhiris hatinya mendengar putrinya yang sedang merindukan ayahnya. Dani saat ini sedang mengadakan pesta ulang tahun Andien di mall dengan mertuanya dan juga Marisa.

'Kamu jahat sekali, Mas. Kamu jauh lebih mementingkan Andien dari pada Raisa, anak kamu sendiri.' batin Diana merasakan perih.

Hati siapa yang tak akan terluka bila melihat anak yang dia sayangi harus menanggung beratnya rindu kepada ayahnya sendiri? Padahal sang ayah saat ini sedang mereguk bahagia bersama anak dari iparnya.

Diana tadi tanpa sengaja melihat story w******p milik Marisa dan ibu mertuanya yang terlihat begitu bahagia sedang berpesta bersama suaminya. Hati Diana rasanya sakit sekali melihat semua itu. Tetapi Diana berusaha untuk tegar dan tidak menangis di depan putri kesayangannya.

Sudah hampir empat bulan, sejak Mahesa meninggal, sampai saat ini Dani selalu direpotkan dengan Andien dan Marisa yang selalu meminta di temani oleh Dani dalam segala hal. Diana sendiri merasa bingung untuk menyikapi semua itu.

"Sabar sayang, Papa saat ini masih sibuk di kantor dengan pekerjaannya. Bukankah Papa sudah berjanji akan menemanimu ketika ulang tahunmu besok?" tanya Diana sambil tersenyum kepada Raisa yang masih terlihat sedih sekali. Berusaha membujuk dan menghibur Raisa yang terluka karena ayahnya.

Entah terbuat dari apa hati Dani dan Marisa serta ibu mertuanya, sehingga tidak pernah memikirkan perasaan Raisa yang harus selalu menahan diri untuk bisa bersama dengan ayah kandungnya sendiri.

Marisa dan Dani memang bekerja di satu kantor. Dani sekarang menjadi seorang Direktur keuangan dari perusahaan multi nasional. Sementara Marisa sebagai sekretaris Dani.

Hal itu yang dijadikan oleh Halimah sebuah alasan untuk mendekatkan Dani dan Marisa. Setiap hari mereka berangkat dan pulang kerja bersama. Setelah pulang kerja Dani biasanya tidak langsung pulang ke rumah tetapi mampir di rumah ibunya hanya untuk sekedar menidurkan Andien yang selalu rewel dan lengket kepada Dani.

Sementara Raisa harus berpuas diri dengan tidur bersama ibunya yang setiap hari selalu membacakan dongeng untuknya tanpa kehadiran Dani sebagai ayahnya.

Setelah selesai membeli gaun dan keperluan pesta, dengan hati bahagia Mereka pun kembali ke rumah. Tapi saat Diana hendak masuk ke dalam mobilnya, dia melihat Dani dan Marisa keluar dari mobil dengan bergandengan tangan, mesra sekali.

Kalau orang yang tidak tahu status dan hubungan mereka berdua pasti mengira kalau mereka adalah pasangan suami istri. Hati Diana amat sakit melihat semua itu. Cemburu? Entahlah! Diana merasa hatinya seakan mati melihat mereka yang seakan tak perduli dengan statusnya sebagai istri sah Dani.

"Mas? Apa yang kalian lakukan dengan saling bergandeng tangan seperti itu?" tanya Diana dengan suara gemetar dan menuntut jawaban dari Dani yang terlihat biasa dan dingin saja.

"Papa jahat sekali karena sudah tidak peduli dengan kami. Papa, apakah kami sudah bukan keluargamu lagi?" hati Diana rasanya seperti terkena palu bogem kala mendengar ucapan putri kecilnya yang pasti merasa kecewa dengan suaminya.

Dani mendekati Raisa lalu jongkok di depan gadis kecil itu yang mulai menangis. "Papa mau mengantarkan tante Marisa untuk berbelanja, besok mau ada ulang tahun Andien." ucap Dani menjelaskan perihal keberadaannya di tempat itu bersama Marisa.

Diana tentu saja merasa heran dengan perkataan suaminya. "Apakah masih perlu pesta lagi? Bukankah tadi kalian baru saja berpesta dengan begitu mewah di mall yang tidak jauh dari sini?" tanya Diana dengan suara sumbang. 

Sakit? Tentu saja! 

"Awalnya aku berpikir kalau Andien sudah merasa cukup dengan pesta di mall saja. Tetapi dia ingin mengundang teman-temannya datang ke rumah. Aku tidak mau kalau Andien nanti ngamuk dan sakit. Kamu tahu sendiri bukan? Andien kalau keinginannya tidak dituruti pasti sakit." kali ini Marisa yang menjawab.

Wanita yang berstatus sebagai adik iparnya terlihat tidak canggung sama sekali ketika dia tetap menggenggam telapak tangan Dani di hadapan Diana. Dani terlihat mengikuti pandangan mata Diana.

Saat sadar apa yang di lihat oleh istrinya, Dani lalu menarik tangannya dari genggam tangan Marisa. Marisa terlihat kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Dani.

"Pulanglah ke rumah dulu, nanti mas akan menemuimu di sana. Mas mau menemani Marisa untuk berbelanja sebentar," Dani sudah bersiap untuk meninggalkan mereka berdua.

Hati Diana tentu saja merasa sakit mendengar perkataan suaminya yang terlihat tidak perduli dengan air mata putrinya dan masih memaksakan diri untuk bersama dengan Marisa yang berstatus sebagai mantan iparnya karena Mahesa, adik dari suaminya sudah lama meninggal.

Diana benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir Ibu mertuanya yang tidak membiarkan Marisa untuk kembali kepada kedua orang tuanya. Padahal Mahesa sudah meninggal cukup lama.

Lebih aneh lagi, suaminya yang selalu diminta oleh ibu mertuanya untuk mengurus semua kebutuhan mereka berdua dengan dalih mengurus janda dan anak yatim. Diana sebenarnya merasa sangat kecewa dengan kelakuan Ibu mertuanya yang egois dan tidak memperduli dengan perasaannya dan Raisa.

"Tidak usah pulang saja, Mas! Kamu habiskan saja waktumu bersama dengan keluarga barumu yang sangat kasihan itu!" karena kesal, Diana kemudian langsung menggendong Raisa yang masih menangis terisak melihat ayahnya yang pergi dengan Marisa tanpa merasa iba sama sekali kepada dirinya.

Dani menghentikan langkahnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Diana.

"Mba, tidak perlu berlebihan seperti itu dalam memandang hubungan kami berdua. Kami juga memiliki hak untuk bersama Mas Dani, karena Mas Mahesa sebelum meninggal sudah menitipkan kami berdua kepada kakaknya yang kaya dan hebat." Diana merasa panas telinganya mendengar apa yang dikatakan oleh Marisa yang tak tahu malu.

Entah terbuat dari apa otak dan pikiran wanita itu yang dengan tanpa tahu malu dia bahkan mengelus dada Dani di hadapan Diana.

"Perempuan gila!" hanya itu yang mampu diucapkan oleh Diana saat dia masuk ke dalam mobilnya dan sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang dilakukan oleh suaminya dan iparnya yang tak tahu malu.

Dani sebenarnya merasakan tidak enak hatinya melihat putrinya yang selama ini dia sayangi menangis dengan begitu sedih. Tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan begitu saja tentang Andien yang selalu sakit kalau tidak dituruti keinginannya.

Dani bimbang antara menemani Marisa atau kah menyusul Diana. Apa yang akan Dani lakukan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status