Dani akhirnya memutuskan untuk pergi bersama dengan Marisa. Karena Marisa terus saja merajut dan tidak mau di tinggalkan olehnya.
Sepanjang kegiatan berbelanja, hati Dani amat kalut. Dia terus memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Diana sebelum meninggalkan tempat parkiran.
Marisa tahu kalau Dani saat ini sedang memikirkan soal Diana, tetapi Marisa tidak peduli dengan itu semua baginya yang penting Dani saat ini bersamanya.
Marisa ingin Dani hanya menjadi miliknya saja. Tanpa sepengetahuan Diana, Dani dan Marisa ternyata sudah menikah siri dengan disaksikan oleh ibu mertuanya. Selepas masa iddahnya selesai beberapa waktu yang lalu.
"Mas, Kamu kenapa sih melamun terus dari tadi? Aku juga istri kamu, Mas! Andien itu juga anak kandungmu. Pantas kalau kamu mengutamakan dia. Andien itu anak pertama kamu, Mas! Jadi kamu tidak boleh berat sebelah begitu. Selama bertahun-tahun Raisa menerima semua cinta yang begitu besar darimu. Sementara Andien? Dia harus selalu menanggung kebencian dari Mahesa karena dia tahu kalau Andien bukan anak kandungnya. Mas, kamu harus tahu tahun-tahun yang kami lewati setelah kepergianmu dulu untuk melanjutkan kuliah S2 kamu. Saat itu aku sedang hamil anak kamu. Mahesa yang memang sejak dulu sudah mencintaiku. Dia merelakan diri untuk menikahiku. Tetapi, pada akhirnya dia menyerah setelah mengetahui bahwa anak itu milikmu. Mas, apa kau tahu, siapa yang sudah membunuh Mahesa?" tanya Marisa sambil menatap tajam ke arah Dani yang terkesiap mendengar pertanyaannya yang terdengar aneh sekali.
Dani memegang tangan Marisa yang ada di pangkuannya. "Apa maksud kamu kalau Mahesa kamu yang membunuh?" tanya Dani seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Marisa.
Marisa tersenyum sambil membingkai wajah Dani yang terlihat begitu khawatir dan bingung.
"Mas, kamu sudah kembali ke Indonesia. Aku sudah tidak sabar untuk menjadi istrimu. Jadi, Aku sengaja mengatur kecelakaan itu untuk membuat Mahesa segera menghadap Tuhan. Agar aku bisa menjadi istrimu tanpa hambatan!" Dani benar-benar tidak mengira kalau wanita yang telah membiusnya dalam cinta ternyata begitu keji dan kejam.
Dani meraup wajahnya dengan kasar karena sangat kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Marisa terhadap adiknya satu-satunya.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan kejahatan seperti itu? Bukankah selama ini kita juga masih bebas bertemu dan berhubungan tanpa ada yang mengganggu? Kenapa, Marisa?" tanya Dani yang sangat sedih sekali hatinya.
Marisa meletakkan wajahnya di dalam pelukan Dani. "Aku ingin menjadi istrimu, Mas! Aku tidak rela terus menjadi selingkuhanmu di belakang Mahesa maupun istrimu. Aku juga ingin agar Andien mengetahui bahwa kau adalah Ayah kandungnya." Dani benar-benar frustasi mendengar apa yang dikatakan oleh Marissa.
Bagaimanapun juga Dani mencintai Diana dan dia tidak ingin kehilangan wanita itu hanya untuk bisa merungkuh seorang Marisa yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
"Aku mohon jangan melakukan hal yang lebih gila lagi hanya untuk kebahagiaanmu sendiri. Jangan pernah mengungkapkan fakta bahwa Andien adalah anak kandungku sendiri. Aku takut Mama akan jantungan kalau mengetahui semua itu." Dani sebenarnya hanya berdusta mengatakan tentang kesehatan ibunya.
Dani hanya takut kalau sampai Diana meninggalkannya dan dia kehilangan Raisa yang juga dia sayangi seperti dia sayang pada Andien. Anak yang terlahir karena nafsu di masa mudanya dahulu.
"Tidak mau! Aku tetap akan memberi tahu Mba Diana soal Andien. Dia harus tahu semuanya. Supaya dia tidak terus-terusan cemburu ketika kamu lebih mengutamakan Andien daripada Raisa. Dia juga harus mengetahui tentang pernikahan kita." Dani menatap tajam kepada Marisa yang selalu saja melakukan segala sesuatu seenaknya tanpa izin darinya.
Dani sekarang menepikan mobil di pinggir jalan yang sepi. Selama beberapa menit Dani hanya diam dan tidak mengatakan apapun.
"Kalau kamu menghargaiku sebagai suamimu dan menghargai masa lalu maupun masa depan di antara kita, aku mohon dengan sangat. Kamu tetap rahasiakan tentang Andien dan juga status pernikahan kita dari Diana. Aku belum siap untuk kehilangan Diana maupun Raisa dalam hidupku!" Dani akhirnya mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada Marisa yang langsung mendengus kesal.
Marissa hanya melirik sekilas kepada Dani yang sejak tadi memohon kepadanya untuk mengikuti apa yang dia katakan.
"Mengertilah posisiku. Nanti ada masanya aku akan mengatakan kepada Diana tentang posisimu sebagai istri keduaku. Tapi bukan sekarang. Aku mohon, mengertilah!" Dani benar-benar sudah putus asa untuk meyakinkan Marisa yang selalu keras kepala.
"Kalau kamu tetap melakukan apa yang mau kau katakan, jangan salahkan aku kalau aku lebih memilih Diana dan Raisa, lalu aku juga akan menceraikanmu. Aku pasti akan meninggalkan Andien juga." Marisa tentu saja terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dani yang lebih seperti ancaman baginya.
Marisa terdiam. 'Tampaknya aku tidak bisa memaksakan apapun yang kuinginkan saat ini kepada Mas Dani. Baiklah, aku mundur bukan karena kalah. Mba Diana, Kamu mungkin berpikir bahwa kamu akan menang untuk melawanku. Tapi, aku akan memastikan bahwa Mas Dani akan menjadi milikku seutuhnya!' batin Marisa sambil tersenyum licik.
Dani masih menatap ke luar jendela. "Baiklah, sayangku. Aku janji padamu, aku tidak akan membocorkan hubungan kita berdua kepada mbak Diana. Tapi, Mas harus janji kalau besok akan merayakan ulang tahun Andien. Gimana?" tanya Marisa yang mulai menabur racun di hati Dani yang sontak terkejut mendengar permintaan Marisa yang lagi-lagi selalu egois.
Dani meraup wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar tidak pernah menyangka kalau Marissa memang sangat perhitungan dalam segala hal. Dia mati kutu di buatnya.
'Baiklah untuk yang terakhir aku akan melakukan ini, dari pada Marisa menghancurkan rumah tanggaku bersama Diana dengan mengakui hubungan kami berdua. Baiklah, Dani! Bertahanlah sedikit lagi. Semua ini akan berakhir setelah Marissa berhasil aku pindahkan tugas ke luar kota. Kami akan berpisah dan kehidupanku akan kembali normal seperti dulu. Aku bisa mengajukan pindah ke luar negeri bersama dengan Diana dan Raisa setelah itu.' batin Dani.
Dani tidak mengetahui kalau Marisa adalah seorang wanita yang sangat licik dan mempunyai banyak rencana jahat untuk menghancurkan rumah tangganya bersama Diana. Marisa tidak pernah rela berbagi Dani bersama wanita yang sejak dulu selalu membuat dia jengkel dan kesal.
Sejak SMA, Marisa selalu menganggap Diana sebagai saingannya. Padahal Diana saja tidak ingat tentang Marisa di masa lalu yang pernah menjadi teman satu kelasnya.
Marisa ternyata anak penjaga sekolah tempat Diana menimba ilmu. Dahulu, Marisa selalu menjadi bahan bully dan olok-olokkan teman-temannya karena merupakan anak beasiswa karena sang ayah yang bekerja di sekolah itu.
Biasanya Diana yang selalu menolong Marisa dari teman-teman kayanya yang hobi menghina Marisa yang di anggap miskin. Tetapi Marisa tidak pernah merasa berterima kasih dengan apa yang dilakukan oleh Diana kepada dirinya.
Diana saat ini masih di sibukkan dengan pesta ulang tahun Raisa. Diana sejak tadi terus melihat jam yang ada di dinding. Acara pesta ulang tahun Raisa sebentar lagi akan dimulai. Teman-teman Raisa dari TK bahkan sudah banyak yang berdatangan. Mereka akan memulai acara karena sedang menunggu Dani yang katanya akan datang. Tetapi sampai jam 15.00 Dani masih juga belum menampakkan batang hidungnya di rumah mereka. Diana mulai kehabisan kesabaran dengan kelakuan suaminya. Saat Diana mencari ponselnya dan hendak menghubungi suaminya terlihat ada beberapa pesan dari Marissa. "Mba, aku pinjam suamimu dulu ya, karena Andien terus menangis ketika Mas Dani meminta untuk pulang. Maaf ya, Mba!" pesan dari Marisa yang disertai dengan video dan foto saat pelaksanaan acara pesta ulang tahun untuk Andien di rumah ibu mertuanya. Diana merasa geram sekali dengan kelakuan suaminya yang tampaknya benar-benar sudah tidak memperdulikan lagi mereka berdua. "Ambil saja!" setelah mengetikkan pesan itu ke
Diana menatap putrinya yang telah terlelap. Hatinya sakit melihat Dani yang lebih mementingkan Andien daripada Raisa, putri mereka. Ketika Diana mendengar suara mobil, Diana memilih untuk memejamkan matanya dan memeluk putrinya. Diana malas untuk ribut dengan suaminya untuk hal yang sama setiap waktu. Diana memilih untuk diam dan tidak memperdulikan suaminya. Diana sudah sampai pada titik terlelah hidupnya bersama Dani. "Sayang? Kalian sudah tidur?" Dani membuka pintu kamar Raisa. Dia melihat Diana yang terlihat memejamkan matanya sambil memeluk putri kesayangan, ya. Dulu sebelum dia tahu kalau Andien juga anaknya, Dani begitu sayang pada Raisa dan selalu memanjakan Putri kecilnya dengan cinta yang melimpah. Dani mencium kening kedua wanita yang telah banyak dia sakiti untuk membahagiakan Marisa dan Andien. Wanita yang pernah hadir di masa lalunya, namun kini memaksa masuk kembali ke hidupnya dan mengacaukan segalanya."Maafkan Papa, sayang! Papa janji, setelah menyelesaikan masalah
"Apa maksud kamu, Yang?" tanya Dani tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Diana. Diana memilih meninggalkan Dani yang sedang sarapan dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Diana bisa melihat raut wajah frustasi yang diperlihatkan oleh Dani. Seketika terbit senyum penuh kemenangan di wajah cantiknya. Sepintas lalu Diana bisa mendengarkan suara Marisa sedang mengomel panjang lebar ditelepon saat Dani menelpon dia dan meminta maaf karena tidak menjemputnya. "Dasar perempuan aneh! Sungguh di luar nurul dan fikri, wanita kurang ajar! Aku istri sahnya saja tidak pernah memarahi suamiku seperti itu. Wanita lancang!" monolog Diana yang mulai merasa terganggu dengan kelakuan Marisa di pagi hari. Marisa sukses merusak mood Diana pagi itu yang susah payah dia bangun sejak tadi. "Maafkan aku! Tadi malam aku terlalu banyak minum sehingga aku bangun kesiangan. Tidak tahu ada apa dengan Diana, dia tidak mau membangunkanku." terdengar Dhani yang mengeluhkan Diana pada Marisa. Marisa terdengar
"Siapa wanita tadi, Paman?" tanya Erik ketika dia sudah berhadapan dengan Lukman.Erik adalah putra sahabat Luqman yang diperintahkan oleh ibunya untuk menemuinya. Mereka mempunyai rencana untuk kerjasama dalam membangun Resort di Bali. Proyek itu adalah impian Marissa yang ingin dipersembahkan kepada Raisa sebagai hadiah ulang tahun putrinya tahun depan."Dia adalah keponakanku. Kenapa?" tanya Lukman sambil menatap tajam ke arah Erik yang terlihat tersenyum dengan penuh makna.Sesuai dengan pesan Diana Lukman selalu menyembunyikan identitas keponakannya sebagai pemilik perusahaan itu. Diana tidak pernah ingin menonjolkan diri di hadapan siapapun. Dia lebih senang saat semua orang berpikir perusahaan itu milik pamannya. Karena memang selama ini hanya Lukman yang selalu tampil di depan publik sebagai wajah perusahaan mereka."Kenapa?" tanya Lukman menyelidik.Erik menggelengkan kepala. Dia pemuda yang baik dan selalu menjadi andalan ayahnya yang sekarang sudah bersiap untuk pensiun kar
Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia."Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang."Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya."Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya."Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya mera
Marisa marah sekali kepada Dani yang malah meninggalkan dia begitu saja di mall. Dia terpaksa mengeluarkan uangnya sendiri untuk membayar semua belanjaan yang sudah dia pilih. Uang yang diberikan Dani tentu saja, dengan berbagai alasan dramatis yang dia karang soal Andien.Marissa paling tahu bagaimana cara menaklukkan seorang Dani dan membuatnya tidak bisa berkutik. "Kamu apa-apaan, Mas? Seenaknya saja meninggalkan aku di mall begitu saja. Untung saja aku bawa dompet aku. Kalau gak, aku pasti akan malu di sana." Omel Marissa ketika dia sudah sampai di rumah dan melihat Dani yang sedang berbaring lesu.Ya, Dani merasa sangat lemah setelah mendatangi pihak bank yang mengatakan kalau dirinya yang menarik lewat ATM secara berkala. Mungkin karena dia ceroboh tidak sadar terus menghujani Marissa dengan kemewahan sampai tidak sadar sudah menghabiskan semua tabungannya. "Kamu kenapa? Pulang-pulang marah-marah begitu," kesal Dani yang memasang wajah kesal.Dani tiba-tiba saja merindukan ruma
Diana dan Raisa kini bersama di sebuah apartemen mewah dan besar. Diana sangat senang sekali dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dengan keputusan nekat yang telah diambilnya. Diana akan memulai kembali kehidupannya tanpa Dani."Mah, kita akan tinggal disini?" tanya Raisa dengan mata berbinar ketika dia melihat kamarnya yang baru. Raisa sesaat melupakan kantuknya yang sejak di mobil tadi menyerang."Ya, sayang. Raisa sekarang mandi sama bibi ya? Lalu tidur. Besok Raisa akan sekolah di tempat baru yang lebih dekat dengan tempat tinggal kita." Diana memeluk putri kecilnya dengan lembut. Hanya Raisa yang menjadi sumber kekuatannya sekarang dalam keadaan terpuruk. "Ye, akhirnya Raisa tidak perlu satu sekolah lagi dengan Andien. Mah, terima kasih ya?" Raisa bahkan sampai mendaratkan ciumannya di pipi Diana yang membuatnya amat bahagia.Marissa memang seketerlaluan itu. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanmu sama sekali. Ibu mertuanya juga amat kejam dengan membiarkan Dani dan Marissa
"Apa? Diana dan Raisa pergi dari rumahmu? Kok bisa?" tanya Halimah kaget saat Dani bilang menantu tak di anggapnya berani pergi dari rumah mewah putranya.Sungguh di luar dugaannya kalau Diana akan berani melakukan hal itu. Padahal dia begitu percaya diri mengatakan kepada Dani, bahwa Diana selamanya tidak akan pernah melepaskan putranya yang berharta. Makanya dia dengan enteng menyuruh Dani menikahi Marissa begitu masa idah wanita itu selesai."Tentu saja bisa, Mah. Diana Itu wanita yang keras kepala dan tinggi harga dirinya. Aku curiga kalau Diana sudah mengetahui pernikahanku dengan Marissa. Mama sih, main suruh-suruh aku nikahin janda adikku segala. Lihat nih!! Rumah tanggaku bersama Diana kacau jadinya!" kesal Dani sambil mengacak rambutnya.Hatinya kacau banget saat ini. Dia tidak ingin kehilangan Diana dan Raisa. Dani menyesali tindakan ceroboh yang sudah diambil oleh Diana tanpa bertanya dulu padanya.'Kenapa kamu main pergi begitu saja? Padahal Mas sudah mengatur untuk kepin