Surtini meremas jemari. Dia harus sekuat tenaga menahan diri agar tetap diam. Gadis itu ingin sekali mengungkapkan kebenaran, tetapi rasa patuh kepada Eka menahannya.
"Sepertinya, kamu perlu tambahan pelajaran etika! Aku akan mengirim guru etika yang baru," putus Gayatri akhirnya.
"Tidak perlu membuang uang Anda, Nyonya Besar. Guru etika hanya sia-sia."
"Kamu harus nurut apa kata Oma, Eka," bujuk Jihan dengan raut wajah sok keibuan, padahal senyuman puas terukir samar di sudut bibirnya.
"Memukul kaki pelayan hingga pincang sebelah," celetuk Eka tiba-tiba.
Gayatri mengerutkan kening. Dia mungkin tak mengerti arah pembicaraan Eka. Namun, si menantu yang berdiri di sebelahnya tampak menelan ludah.
"Menyiram pelayan yang c
Mobil Aris memasuk gerbang megah rumah Keluarga Hartono. Beberapa pelayan telah menyambut dan mengarahkan menuju tempat parkir. Oleh karena mereka datang sedikit terlambat, telah banyak tamu yang hadir, terlihat dari barisan mobil mewah di sana.Keluarga Pratama keluar dari mobil, lalu menuju ruangan utama tempat pesta berlangsung. Baru saja mereka memasuki ruangan, Clarissa segera mendekat. Gadis itu tanpa malu-malu menarik tangan Rehan dengan manja. Reina dan Amira kompak mendelik."Kak Rehan, ayo!" rengek Clarissa manja.Rehan melepas tangan Clarissa dengan paksa. Sorot matanya tajam mengancam. Dia mendengkus, lalu melenggang dari hadapan gadis itu untuk duduk di salah satu kursi dan mulai sibuk bermain ponsel. Para tamu undangan berbisik-bisik, bahkan ada yang cekikikan."Rissa gitu banget, ya, kayak cewek murahan.""Masih kecil kok sudah kecentilan.""Hush, jangan sem
"Mas Rehan?"Surtini melongo sejenak. Dia memicingkan mata, lalu mengerjap beberapa kali. Sosok pemuda tampan di hadapannya tidak menghilang. Gadis itu pun meletakkan penyiram tanaman dan memilih duduk di kursi. Rumah kaca milik Eka memang dilengkapi meja dan kursi untuk beristirahat, juga agar bisa menikmati indahnya taman bunga."Sepertinya, aku terlalu lelah sampai berkhayal senyata ini ...," gumam Surtini sambil mengelus dagu."Kenapa kamu bisa ada di sini, Surti?" tanya Rehan lagi.Dia mendekat dan menepuk bahu Surtini. Gadis itu terlonjak."Ah! Khayalanku benar-benar terasa nyata!" serunya.Rehan menggeleng pelan. Dia menarik kursi yang berhadapan dengan Surtini, lalu duduk di atasnya. Pemuda itu berdeham beberapa kali sebelum mulai bicara lagi."Kamu tidak berkhayal, Surti. Aku memang ada di sini.""Tapi, tapi, tapi ... penjagaan rumah ini, kan, sangat ketat, Mas. Bagaimana bisa Mas Rehan bisa masuk ke sini?"
"Lho, Bu Amira kenal dengan pelayan baru ini?" tanya Gayatri memecahkan keheningan.Amira tampak semakin syok."Pelayan? Kenapa bisa jadi pelayan?"Dia tentu kebingungan kenapa anak di bawah umur bisa bekerja menjadi pelayan di Keluarga Hartono. Bisa-bisa mereka terjerat hukum jika ketahuan."Surti, bukannya kamu masih um–""Bu Amira, saya senang bisa ketemu Ibu lagi! Terima kasih, Bu, sudah membantu keluarga kami!" seru Surtini antusias.Dia cepat mengenggam tangan Amira. Matanya tampak berbinar, membuat Amira menjadi lupa apa yang hendak ditanyakan, malah mengusap kepala Surtini. Sementara itu, Gayatri dan Jihan mendelik tajam. Raut wajah mereka jelas menunjukkan rasa tak suka, seperti menghadapi suatu ancaman.Amira malah memperburuk keadaan dengan memeluk Surtini secara mendadak. Dia memang sudah sangat merindukan gadis manis itu. Namun, tak lama kemudian, Amira teringat tentang Surtini yang menjadi pelayan."Su
"Aduh, sial sekali! Kenapa juga Bu Rukmini malah tidak ada di rumah!" gerutu Amira.Dia terus mondar-mandir di ruang tamu, bahkan berkali-kali hampir menabrak meja. Rencana untuk membicarakan usaha membebaskan Surtini hari itu gagal. Saat mereka ke rumah Rukmini, tidak ada siapa pun di sana. Begitu pula, ketika ditelepon, tidak ada yang menjawab.Setelah menunggu hampir 1 jam, mereka memutuskan pulang. Reina tertidur karena kelelahan. Sementara Aris pergi menemui pengacara untuk mencari celah membebaskan Surtini. Akhirnya, Amira hanya tinggal berdua dengan Rehan di ruang tamu."Apa yang harus kita lakukan?""Ya tenang dulu, Ma. Papa, kan, lagi ketemu pengacara buat nyari jalan keluar," sahut Rehan."Tapi, waktu kita tidak banyak! Kita harus menyelamatkan Surti!" seru Amira dengan mata berapi-api.Rehan mengerutkan kening. Meskipun pemuda itu juga cemas dengan nasib Surtini, sikap ibunya tetap terasa aneh.Surtini tidak kurang sa
Surtini terjebak dalam dilema. Melawan seseorang tanpa basis beladiri seperti Andre sebenarnya adalah hal mudah. Dia bisa melumpuhkan pemuda itu hanya dengan dua atau tiga kali tendangan. Namun, tentu saja konsekuensinya akan sangat berat, bisa-bisa Surtini dijebloskan ke penjara atau malah langsung dihilangkan dari muka bumi."Apa yang harus kulakukan?" gumam Surtini lirih.Andre menjilat bibir sambil mendekat. Dia mencengkeram tangan Surtini. Wajah bagai serigala kelaparan itu hampir tak berjarak.Surtini mencoba meronta. Andre malah semakin beringas. Seragam pelayan sampai-sampai robek di bagian lengan.Brak!Pintu dibuka dari luar dengan kasar. Surtini seperti menemukan oase di tengah padang pasir saat melihat Eka datang. Harapan untuk selamat dari setan berwujud manusia bukanlah mustahil. Dia yakin sang nona akan menolong.Benar saja, dengan wajah tanpa dosa, Eka menendang bokong Andre dengan kuat. Adik tirinya it
Dua tahun berlalu tanpa terasa. Surtini masih menjadi pelayan di Keluarga Hartono. Meskipun Amira dan Reina terus membujuk untuk berhenti, dia tetap berkeras ingin bekerja di sana karena sudah terlanjur menyayangi Eka. AKhirnya, Rehan dan Reina menjadi sering berkunjung ke Keluarga Hartono dengan alasan menemui Eka. Jihan dan Clarissa sampai panas dibuatnya. Hari itu, Surtini tidak mengenakan seragam pelayan seperti biasa, tetapi kemeja kasual dan celana jeans. Dia memang akan menemani Eka keluar. Sang nona hendak berbelanja di butik langganan. Dulu, Eka tidak diizinkan keluar rumah karena dikhawatirkan menjadi santapan wartawan. Akhirnya, dia pun dikurung dalam sangkar emas kediaman Keluarga Hartono. Eka bahkan tidak bisa bersekolah normal dan harus menjalani home schooling. Namun, seiring berjalannya waktu orang-orang mulai melupakan isu. Tepatnya, ada aib baru tersebar, sehingga mengalihkan perhatian khalayak. Video syur artis terkenal mengh
Eka mendekap Surtini dengan erat. Tangannya mencengkeram kuat payung yang sudah penyok. Hanya benda itu satu-satunya senjata yang tersisa, meskipun dia tahu tak akan berguna untuk melawan lima preman berbadan kekar."Menyerahlah, Manis. Lebih baik bersenang-senang dengan kami."Seringaian di bibir para preman meremangkan bulu kuduk. Mereka melangkah pelan, seperti dengan sengaja menciptakan ketegangan, seolah-olah singa hendak menerkam rusa. Eka menelan ludah berkali-kali. Suara napasnya sendiri bahkan terasa seperti genderang kematian.Brak!Salah seorang preman tersungkur. Dia menggeram marah, lalu dengan cepat berdiri. Keempat preman lainnya mengalihkan pandangan dengan gusar, mencoba mencari tahu siapa yang tengah menganggu mereka."Heh, Tuan Muda tampan ini rupanya hendak terlihat keren di depan gadis-gadis, benar-benar bodoh!" ejek ketua preman saat menemukan Rehan berdiri tak jauh dari mereka.Tawa meremehkan menggema. Mereka
Aroma karbol menusuk hidung, membuat Surtini mengernyitkan kening. Dia membuka mata perlahan, lalu mengerjap beberapa kali. Wajah cantik Eka menyambutnya. Sang nona menatap sendu."Nona ... kenapa Nona sedih? Ada yang menganggu, Nona?""Syukurlah, Surti ... kamu sadar."Jemari halus mengusap rambut Surtini. Senyuman lembut terukir di bibir Eka, terasa hangat bagi sang pelayan kesayangan. Surtini menyentuh sudut mata nonanya yang terlihat sedikit basah sambil menyengir lebar."Surti enggak papa, Non. Kalau sedih begitu, nanti kecantikan Nona berkurang."Eka terkekeh. Dia menyentil ujung hidung Surtini, lalu mencubit pipi gadis pelayan itu dengan gemas. Rehan yang menyaksikan dari sofa mendelik tajam, tetapi gengsi untuk menunjukkan rasa tak suka secara langsung."Meskipun kecantikanku berkurang 50 persen, laki-laki akan tetap bertekuk lutut, kecuali orang yang di sana," celetuk Eka.Dia menunjuk ke arah Sofa. Surtini mengalihkan pandan