Ken menatap sebelah kirinya lalu diam. Pandangannya kembali ke arah Jani yang terbaring.
"Aku pasti bermimpi mendengar suaramu." Ken mengecup kening Jani dan menata selimutnya.
Roh Jani masih berada di ruangan itu. Dia mencoba berkonsentrasi untuk membuat roh nya masuk kembali ke tubuhnya.
"Kenapa aku tidak bisa masuk ke tubuhku. Ada sesuatu yang menahanku," ucapnya.
Tiba-tiba roh Jani tertarik masuk ke alam lain. Dia berada di tempat yang sangat indah. Berbagai kupu-kupu berwarna-warni mengelilinginya. Jani berlari dan berputar-putar dengan tertawa lepas.
"Hahaha, ini sangat indah. Aku merasa sangat bebas. " Jani terengah dan duduk di rerumputan.
"Jani, kau lelah?" tanya seseorang dengan lembut. Dia segera menoleh ke segala arah dan melihat seorang wanita yang tidak asing baginya.
"Queen Jenifer Donovan. Ini kau?" tanyanya.
"Panggil saja aku Jen. Itu akan membuat kita semakin akrab," jawab Jen.
"Ibu Jen, aku senang bisa
“Jani, menikahlah denganku.” Ucap Ken yang membuat Jani terdiam lama. Ken mengerutkan keningnya menunggu jawaban Jani yang tidak kunjung terucap.“Apa kau yakin?” tanya Jani.“Tentu saja aku yakin. Apa kau yang tidak yakin?”“Ken, bisakah kau memberiku waktu untuk menjawabnya?”“Jadi kau masih ragu denganku?” Ken menatap Jani dengan sendu.“Bukan itu. Aku sangat yakin kau adalah bagian dari hidupku. Hanya saja kita masih mempunyai banyak tugas untuk diselesaikan. Kita harus mencari tahu siapa pria yang membuatku koma. Pria yang ada dalam latihan kita,” ucap Jani mengingatkan Ken tentang pria yang menyerang mereka dengan petir hingga Jani koma.“Kau benar. Aku pikir dia hanya bagian dari latihan, ternyata latihan kita adalah nyata.”“Kita harus segera mengatakan kepada Tuan Donovan,” ucap Jani yang berdiri.“Tunggu! Kita bisa me
Ketua penyihir menyerahkan baju tempur jaman dulu yang menjadi kebanggaan Skuller. Baju itu terdapat ukiran tengkorak di tengahnya.Skuller adalah panglima tempur kerajaan Ratu Ania sekaligus kekasihnya. Dia dikenal sangat kejam dan memiliki hasrat yang tinggi hingga setiap hari selalu ada gadis-gadis yang harus melayani hasratnya.Itu adalah syarat baginya hingga mencapai kekuatan yang mematikan."Jaman apa ini?" tanyanya."Jaman ini sudah sangat modern, Tuan," jawab Ketua Penyihir."Di mana semua orang yang menyembahku dan di mana kerajaan megahku?""Maaf, Tuan. Untuk sementara keberadaan kita belum diketahui banyak manusia. Kami bersembunyi di sini selama ber abad-abad. Namun kita harus segera pindah karena keberadaan kita sudah diketahui musuh kita.""Aku ingin melihat jaman modern. Siapkan kuda dan juga pengawal untukku!" perintahnya."Di jaman ini ada yang lebih kencang dari kuda, Tuan. Mari, saya tunjukkan." Ketua penyih
Jani terbangun dengan matanya yang masih berat. Dia menatap sekeliling yang bukan kamarnya. Lalu dia melihat ke arah tubuhnya sendiri yang masih berpakaian persis seperti semalam.“Apa yang kulakukan semalam?” Jani mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu.“Hah, tidak ... aku melakukannya lagi. Ini benar-benar memalukan.” Dia menutupi wajahnya dengan selimut. Tidak lama Ken masuk ke kamarnya.“Selamat pagi, Putri Tidur. Apa kau tidur dengan nyenyak?” tanya Ken yang melihat Jani mengintip di balik selimut.“Ken, maafkan aku. Aku melakukannya lagi. Tapi itu bukan salahku.” Jani kembali masuk ke dalam selimut.“Sudah kukatakan jika terjadi lagi aku tidak akan bisa menahannya,” ucap Ken dengan berkacak pinggang yang langsung membuat Jani menatapnya.“Jadi kau tidak menahannya? Huaa, teganya kau melakukan itu padaku. Padahal kau sudah janji, huaa.” Jani menangis dan membuat
Di sebuah gedung yang menjulang, Nyonya Sonya menunggu dengan gelisah."Jika dia tidak datang lima menit lagi, cari dia dan penggal kepalanya!" ucapnya dengan tegas.Gil melajukan mobilnya dengan kencang dan memarkirkannya dengan sembarang saat tiba di depan gedung milik Sonya.Dia berlari dan menaiki lift khusus dengan kartu yang dipegang pengawal Sonya yang menunggunya."Jangan katakan jika dia sangat marah," ucapnya yang tidak mendapatkan jawaban dari pengawal.Setelah pintu lift terbuka, Gil kembali berlari dan mengetuk pintu.Seseorang membukanya. Sambil mengatur nafas, Gil berjalan mendekati Sonya yang menatapnya."Pegangin dia!" perintah wanita itu.Kedua pengawal memeganginya. Sonya mengambil pedang dan mengarahkan ke kepala Gil.“Maafkan aku, sayang. Kau boleh membunuhku jika itu membuatmu merasa lega. Tapi asal kau tahu, aku hampir gila berada jauh darimu,” ucap Gil pasrah."Sret!"
Jani masih terus mendapakan penglihatan yang membuatnya terkejut."Jadi kau ingin membangkitkan Ratu Ania dengan darahku? Tidak akan kubiarkan! Prak!" teriaknya sambil menghancurkan botol pemberian Skuller."Jadi kau menolak? Baiklah, kau akan melihat konsekuensinya." jawab Skuller dengan santai.Jani mengeluarkan kekuatannya. Angin bertiup kencang di sekitar tubuhnya. Matanya semakin memerah dengan cahaya yang menyilaukan."Hiya!" Dia mengarahkan kekuatannya ke arah Skuller yang hanya berdiri."Duar!"Terjadi ledakan besar di depan matanya. Jani terdiam dan menatap hingga ledakan itu berhenti dan memperlihatkan apa yang terjadi di depannya."Kenapa bisa begini?" ucapnya terkejut.Ledakan itu tidak bisa mengenai tubuh Skuller yang terhalang pelindung yang mengelilingi istana hitam itu."Kekuatanku bahkan tidak bisa menembusnya," batin Jani."Hahaha, kau tidak akan bisa menghancurkan pelindung ini. Tapi ka
Skuller mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan kilat yang menyambar semua pria yang menyerangnya."Hiya!"Tubuh mereka menghitam dan mengering sama seperti para petugas polisi yang dihabisinya di jalan."Argh!" Semua berlari menuju pintu keluar, namun pintu itu menutup sendiri dan mengunci.Skuller mengucapkan mantra dan keluar kabut hitam yang masuk ke tubuh semua yang ada di sana kecuali para wanita yang dipilihnya dan orang yang tidak melawannya. Dia, pun membiarkan pria yang memerintah untuk menyerangnya tetap hidup. Kabut itu menyerap orang-orang itu dan masuk ke dalam mulutnya. Tubuh mereka perlahan mengkerut dan mengering.“Hah,” ucapnya yang terlihat segar.Skuller mendekati pria yang menyerangnya dan mengarahkan jarinya."Tuan, siapapun namamu, jangan bunuh aku. Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku sangat berkuasa dan banyak uang," ucapnya dengan ketakutan."Dan itu semua akan menjadi milikku.
Ken dan Skuller bertarung dengan kekuatan yang seimbang. Walaupun Ken tidak memiliki ilmu sihir, namun kekuatan fisiknya tidak kalah dengan lawannya.“Tang, ting, tang!” Suara pedang saling mengadu. Keduanya tidak mau kalah hingga mengabaikan Jani yang tidak ada di dekat mereka.Para pembasmi penyihir berdatangan dengan senjata canggih mereka dan segera melawan para makhluk. Mereka menembaki makhluk-makhluk itu dan menyerang dengan pedang. Jani mencari keberadaan gadis kecil yang di temuinya di pasar ikan.Di menemukan gadis itu sedang bermain bonekanya di kamar. Gadis itu tidak tahu jika orang tuanya telah mati terserang makhluk yang terus menatapnya tanpa melukainya. Jani tiba-tiba berada di kamar gadis itu.“Hei, Ania. Kemarilah,” ucapnya yang mengejutkan gadis itu.“Kau tahu rumahku? Ibuku pasti senang melihatmu. Ayo, aku kenalkan padanya,” ajak gadis itu.“Jangan. Nanti saja. Ibumu past
"Ken," ucapnya pelan. Jani menoleh ke arah sumber suara. Dia hanya melihat ruangan kosong."Aku yakin mendengar suara Ken memanggilku," batinnya.Di kamarnya, Ken tersenyum dalam meditasinya melihat Jani yang mendengar suaranya. Namun tiba-tiba, dia seperti tertarik menjauh hingga kembali ke tubuhnya lagi."Hah, kenapa denganku? Seperti ada yang menghalangiku mendekatinya." Ken segera keluar dari kamarnya untuk menemui Tuan Donovan."Dom, kemana semua orang? Aku tidak bisa menemukan Tuan Donovan," ucapnya. Ken bertemu Dom yang sibuk membawa banyak senjata. Ken mengambil sebagian senjata yang dibawa Dom dan berjalan mengikutinya."Dia ada di permukaan," jawab Dom.Ken hanya diam mengikutinya hingga ke permukaan. Di lapangan yang luas, berjajar kesatria Tuan Donovan atau yang biasa disebut pembasmi penyihir dengan senjata lengkap mereka.Ken meletakkan senapan yang dibawanya dan berlari mendekati Tuan Donovan yang berjalan."Tuan