"Tumben lo pagi-pagi udah dateng? Lo kesambet?" ucap Rinjani heran pagi-pagi Bulan sudah datang ke sekolah.
"Dateng pagi salah, dateng siang salah. Mau lo gimana? Apa gak usah dateng-dateng lagi?" sahut Salsa.
"Gue..." Bulan menjeda ucapannya "Gue mau coba bikin Farel balik lagi."
"Lo serius Lan?" tanya Salsa menatap Bulan.
"Lo udah ngebuka hati buat dia?" imbuh Rinjani.
"Gue mau coba!"
Salsa menghela nafas. "Jadi lo belum punya perasaan buat Farel?"
"Bulan lagi nyoba Sal, semua butuh proses!" jawab Rinjani.
"Lan, sikap gue gini sama lo gak ada maksud apa-apa. Gue cuma pengen lo bisa tegas sama perasaan lo. Ya mungkin sekarang ibaratnya lo sedang nyakitin orang lain, makanya gue gak mau lo sakit di masa depan. Terlepas dari itu semua gue selalu dukung keputusan lo," ucap Salsa merangkul Bulan.
"Iya gue tau Sal, gu
"Farel?" panggil Bulan pada Farel kala mendapati cowok itu di parkiran bersama teman-temannya."Tumben Lan, jam segini udah dateng?" tanya Ranu."Iya, ada hati yang harus dikejar."Farel bangkit dari motornya dan berlalu pergi."Loh Farel kok main pergi aja sih?" teriak Bulan mengejar Farel."Selamat pagi," sapa Bulan bergelanjut manja di lengan kanan Farel."Jawab dong jangan dianggurin. Anggur mahal loh," cerocos Bulan namun tak ada reaksi dari Farel.Bulan menghela nafas. "Ternyata sandaran gue emang beneran patung, gak bisa diajak ngomong."Farel melepaskan lengan Bulan melangkah pergi."Farel lo mau ke mana sih?" tanya Bulan ngintilin cowok itu yang memasuki kantin dan duduk tepat di sebelahnya."BU SRIII NASI RAMESNYA DUA," teriak Bulan memesankan sarapan untuk Farel."Oke," jawab Bu
Brak...Ranu menendang kursi di sebelahnya. "Goblok! Gue kesel punya temen kayak lo!" ucap Ranu kesal pada Farel yang tak bergeming. "Gue bilang juga apa? Pergi juga kan Bulan, elo sih!" imbuh Mahesa. "Ya bagus deh, Farel bisa cari yang lain," balas Catur enteng. "Apa lo bilang? Ngotak dikit! Perasaan bukan main-main, kalau gak dapet ini bisa langsung cari yang lain. Ngentengi perasaan banget lo!" ucap Ranu berapi-api pada Catur. "Kalau perasaan bukan main-main, harusnya tuh cewek juga pakai otak. Ngerasa cantik banget emang sampe main-main doang," balas Catur sengit. "Gak perlu ngerasa sok cantik, Bulan emang asli cantik asal lo tau," sahut Mahesa ikutan kesal. "Gak usah khawatir Rel, kalau lo nyari tampang aja. Besok gue cariin yang jauh lebih cantik dari Bulan," ucap Catur, membuat Farel, Mahesa, dan Ranu menatap cowok itu garang.
"Liat itik lagi merana. Oy Bulan yang cantik mau ke mana?" ucap Virgo menaik turunkan alisnya."Cari lilin di Kenya. Ngapain nanya-nanya?""Ambil lilin pakai daun pepaya. Biar bisa gue jagain dari para buaya."Bulan terkekeh. "Gue mau ke kantin, kenapa sih?""Kok sendiri, temen lo mana?" Virgo clingak-clinguk mencari dua teman Bulan."Mereka udah duluan ke sana, lo mau ikut?" ajak Bulan ramah."Emang boleh? Ntar temen lo itu marah.""Siapa? Salsa? Udah tenang aja, kan gue yang ngajak lo.""Bukan Salsa. Ngapain? Gue gak peduli sama dia," ucap Virgo, memasukkan kedua tangannya di saku celana."Terus siapa?" tanya Bulan tak mengerti."Farel."Bulan berdecak. "Elo mah bikin gue jadi gak mood aja.""Ya bukan gitu maksut gue. Gue gak mau aja dia makin marah sama lo," balas Virgo
"Farel mau ke mana?" tanya Bulan sedikit berteriak kala melihat Farel yang berjalan di koridor sendirian, membuat Bulan buru-buru mensejajarkan langkahnya."Farel mau ke mana?" tanya Bulan lagi kala sudah berada di samping Farel.Farel tak menyahut.Bulan mendengus dibuatnya. "Masih aja diem, susah banget diajak ngomong!""Lo ngapain ngikutin gue?""Es batu nya belom mencair ya Rel? Masih dingin aja," ucap Bulan membuat Farel mempercepat langkahnya."Tuhkan main pergi gitu aja. Mau nya dikejar terus!" kesal Bulan, berlari mengejar Farel."Susah banget ngajak lo damai!" ucapan Bulan membuat Farel berhenti."Emang kita musuh?" tanya Farel menatap Bulan.Bulan melipat kedua tangannya di depan dada ikut menatap Farel. "Kalau dilihat dari sikap lo gitu. Tapi kalau dari mata lo, lo itu pengen damai sama gue. Sayangnya ego lo ter
"Loh! Non Bulan dari mana kok hujan-hujanan begini sih non? Ayo-ayo cepet masuk non!" ucap Bi Mut-assisten rumahnya dengan khawatir. Mengantar Bulan ke kamarnya."Bibi sudah siapin air panas buat non Bulan, buruan mandi ya non! Bibi ke bawah dulu bikinin teh buat non," kata Bi Mut yang diangguki oleh Bulan.Beberapa menit setelahnya, Bulan menemukan secangkir teh dengan mie kuah di atas meja belajarnya. Tanpa pikir panjang Bulan segera menghabiskan santapan nya.Tok ... Tok ... Tok ..."Non Bulan?" panggil Bi Mut.Bulan bergegas membuka pintu. "Kenapa Bi?""Itu non, di bawah ada yang nyariin!""Siapa Bi?"Bi Mut menggeleng. "Bibi juga gak tau non, cowok tapi bukan mas Farel, ini juga ganteng banget non!""Bibi mah! Inget Pak Kul lagi pulang kampung loh Bi, ntar Bulan kasih tau Pak Kul biar Bibi tau rasa!" ancam Bu
"Kayak nya kita udah lama nih gak nongkrong bareng?" ucap Salsa yang tengah memakai bedak. Saat ini mereka bertiga tengah bersantai di kantin."Ya gimana pada sibuk sendiri. Lo caper ke Laskar, Bulan ke Farel. Gue sendiri," sahut Rinjani."Maka nya cari cowok!" jawab Bulan."Diem lo. Urus aja noh kisah cinta lo yang belom kelar!" sungut Rinjani."Iya nih, sang penulis belum mau ngendingin!" cibir Bulan."Lagi muter otak pasti biar lulus meja editor," canda Salsa."Mending, daripada lo muter perasaan mulu!" ucap Rinjani."Apaan sih gue terus? Bulan nih!" jawab Salsa tak terima."Iya gue, puas? Jadi nongkrong gak nih?""Jadi dong, harus! Tapi ke mana?""Cafe?" usul Rinjani"Males Rin, bosen!" tolak Salsa."Club yuk?" ajak Bulan."Gak bisa gue!" jawab Salsa s
"Kenapa lo? Suntuk banget tuh muka," tanya Wisnu kala Farel baru saja datang ke warjok.Farel diam tak menjawab."Ya gimana gak suntuk, orang Bulan nya aja gak keliatan," ucap Ranu terkekeh."Malam ini keliatan mendung banget," celoteh Wisnu dengan wajah pura-pura melas, jelas tengah menyindir Farel."Mendung belum tentu hujan, deket pun belum tentu jadian!" timpal Mahesa, membuat Wisnu dan Ranu ngakak. Sedangkan Farel dan Catur diam saja."Tapi kalau gak cepet turun tangan, ntar di ambil orang duluan!" imbuh Ranu, tersenyum senang melihat wajah Farel semakin masam. Biarin aja! kalau gak di gituin gak buru jalan, gedek banget liatnya, Batin Ranu."Lo kok diem aja sih Rel, kenapa? Kangen sama Bulan ya?" goda Wisnu."Ngapain kangen, orang tadi dia belain Bulan waktu berantem sama Cika, mana dapet pelukan gratis lagi," ucap Mahesa."
"Jadi tadi malem lo dianter Farel pulang?" tanya Salsa mencomot kentang goreng nya. Mereka bertiga kini tengah berada di rumah Salsa.Bulan menangguk saja."Iya lah, gue telfon Virgo yang ngater malah Farel," saut Rinjani yang tengah selfie."Tapi Farel tau dari mana lo di sana? Lo ngasih tau dia?" tanya Salsa pada Bulan.Bulan menggeleng mengedikkan bahunya. Bulan dan Salsa menatap Rinjani curiga.Rinjani yang ditatap seperti itu mendengus kasar. "Gue gak ngasih tau Farel. Gue cuma bilang sama Mahesa kalau kita lagi di sana.""Sejak kapan lo deket sama Mahesa?" selidik Bulan."Ada hubungan apa lo berdua?" imbuh Salsa."Lah kita kan udah lama deket sama gerombolan Farel, gue juga gak ada hubungan apa-apa kok," jawab Rinjani sedikit gugup.Bulan dan Salsa menatap Rinjani dengan penuh selidik."Apaan sih lo