Dengan jaket kebesaran milik Bisma yang masih melekat erat di tubuhnya, Bulan berjalan menuju kantin sendirian. Salsa sedang ngapel Laskar, dan Rinjani tengah dihukum lantaran tidur dijam pelajaran Bu Cecil.
Bulan mengambil ponsel, mengarahkan di depan wajahnya untuk mengaca membenarkan rambutnya.
Dari kejauhan terlihat Farel yang berjalan berlawanan dengan dirinya tengah menuju ke arahnya.
Dengan menghentakkan kaki, Bulan berbalik arah tak meneruskan langkah menuju kantin. Kontan Farel yang melihat itu, menyunggingkan bibir kirinya.
Bulan terus berjalan tanpa memperdulikan Farel yang mengikuti dirinya. Matanya tak sengaja menemukan ruangan bertuliskan toilet wanita, dengan seringaiannya Bulan memasuki toilet itu.
Bulan langsung mencuci tangan di depan kaca wastafel, dirinya yakin Farel tidak akan berani masuk ke sini.
"Hmm."
Bulan yang awalnya menunduk, l
Bulan baru saja mendudukkan diri di kursi teras rumahnya menunggu Bisma. Hari ini Bulan memakai crop putih lengan pendek dipadukan rok jeans hitam setengah paha serta hills 7 cm. Rambut lurusnya ia kucir sedikit di bagian belakang.Tin... Tin...Bulan menoleh, mendapati Bisma dengan motor ninja merah memasuki halamannya.Cowok itu terlihat menawan memakai denim hitam, kaos putih, juga celana jeans hitam yang bagian lututnya sobek.Bulan terus mengamati Bisma yang membuka helm. Cowok itu menyugar rambut undercutnya ke belakang, membuat Bulan menahan nafas melihatnya."Terpana ya?" tanya Bisma yang sudah sampai di depannya."Biasa aja," bohong Bulan.Bisma terkekeh, mengukung Bulan yang masih duduk di kursi kayu. Mensejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Bulan, membuat Bulan dapat mencium bau mint yang menguar dari cowok itu."Jadi cewek gue
"Beneran gak ada?" tanya Salsa memastikan.Bulan menggeleng, seluruh isi tasnya sudah ia bongkar namun sragam olahraganya tidak ada sama sekali."Gimana dong?" lirih Bulan."Ya udah lo gak usah olahraga, ke uks aja alesan sakit," usul Rinjani.Bulan berdecak. "Gue gak mau ikut praktik susulan!""Apalagi kalau join kelas lain, big no!" imbuhnya."Terus lo gimana sekarang? Gak mungkin kan pakai sragam."Bulan duduk kembali ke kursinya dengan lesu."Coba cari di loker lo! Siapa tau ada cadangannya," usul Salsa, mengingat sekolah mereka selalu memiliki dua sragam, baik sragam umum, khas, dan olahraga.Bulan mengangguk, segera berlari meninggalkan kelasnya yang hampir sepi.Sesampainya di loker, Bulan langsung menggledah lokernya. Bulan mendengus, nihil, tak ada sragamnya sama sekali.Bulan men
Rembulan Aurora Ayodha, cewek dengan lesung pipit di sebelah kiri itu tersenyum manis tatkala melihat seorang cowok yang tengah duduk di taman seorang diri. Cowok itu belum menyadari kehadirannya, dengan langkah pelan Bulan mendekatinya.Tiba-tiba Bulan berhenti mendadak tak meneruskan langkahnya. Berjarak delapan langkah menuju cowok itu, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang cewek dengan rambut sebahu yang datang membawa sebucket bunga menuju cowok itu.Melihat cewek itu datang, cowok yang akan ia temui langsung berdiri dan memeluk erat cewek itu.Bulan mendekat ke mereka dan langsung menarik cowok itu dari sang cewek, cowok itu pun kaget dengan kehadiran Bulan yang tiba-tiba."B-bulan?" Gugup cowok itu."Bisa jelasin maksudnya apa?" Bulan menuntut penjelasan."Dia siapa?" Tunjuk cewek itu ke arah Bulan.Bulan melipat kedua tangan di depan dada. "Gue Bulan, cewekny
Bel istirahat akan berbunyi lima belas menit lagi, tetapi Bulan dan kedua sahabat nya sudah nongkir di kantin. Bukan membolos, guru mereka sedang absen dan tak memberikan tugas apapun. Jadi, daripada tidur di kelas lebih baik ke kantin, siapa tau ketemu cowok ganteng."Bu Sri! Bakso satu, mie ayam dua, sama es teh tiga." Teriak Salsa yang baru saja mendudukkan diri di kursi kantin."Okee." saut Bu Sri sembari mengacungkan jempolnya."Lo serius udah putus dari Dirga?" tanya Rinjani yang tengah mengoles lipbam di bibirnya.Bulan yang tengah membalasi pesan whatsapp para cowok-cowok itu menoleh dan hanya mengangguk malas."Gak usah galau Lan, antrian lo masih panjang."Lagi, Bulan hanya mengangguk saja."Eh Rin lo tau gak? Temennya Reyhan, itu siapa sih yang main piano?" tanya Salsa tiba-tiba.Rinjani mengarahkan kedua matanya ke atas, sedang
"Lo pulang gimana? Mau bareng sama gue?" Ajak Rinjani pada Bulan.Bulan menggeleng. "Bareng Farel."Tadi cowok itu telah mengiriminya pesan untuk pulang bareng, dan Bulan menerimanya."Makin lengket ya bun?" saut Salsa, menyenggol lengan Bulan."Biasa aja tuh!" balas Bulan."Gue balik dulu deh kalau gitu" Pamit Rinjani.Bulan dan Salsa mengangguk lalu melambaikan tangan pada Rinjani."Farel nunggu dimana?""Lapangan.""Searah dong kalau gitu... Lo ke lapangan, dan gue ke ruang musik." Riang Salsa.Bulan bengong. "Secepat itu?"Salsa menyenggol bahu Bulan. "Perjuangan butuh proses! Doain aja.""Semoga lo insaf setelah ini!" balas Bulan yang memiting leher Salsa dan menyeretnya."Jangan sekarang, Gue belum punya mantan banyak Bulan." Rengek Salsa.
Drttt... Drttt... DrtttBulan mengucek kedua matanya, mengambil ponsel lalu mengangkatnya.Apa?Mau gue jemput gak?Ya!Buruan siap-siap! Sepuluh menit lagi gue otw.Lalu Farel memutuskan sambungannya.Pukul enam lewat sebelas. Bulan menguap, beranjak menuju kamar mandi.Pukul enam lewat tiga puluh satu, Bulan baru saja selesai memakai sragamnya. Berjalan ke cermin, memakai lotion, menyisir rambut, memakai bedak, mengoles lipbam, menyemprotkan minyak wangi, beralih ke meja belajar, mengambil buku dan menggendong tasnya menuju rak sepatunya, memakainya, dan keluar menemui Farel."Ayo!" ajak Bulan kala melihat cowok itu tengah duduk di ruang tamu rumahnya.Keduanya masuk mobil, Farel sempat melihat jam diponselnya, pukul tujuh kurang tiga belas menit."Mau cari sarapan dulu?"
Minggu pagi ini Bulan telah bersiap untuk berangkat menonton pertandingan basket antara SMA Merpati sekolahnya dengan SMA Mahkota.Sebenarnya Bulan tak ingin pergi, namun Farel terus memaksanya datang karna cowok itu akan bermain. Alhasil Bulan menurutinya, itung-itung cuci mata.Bulan datang ke sini sendiri, kedua temannya tak bisa ikut menonton, dan ia naik taksi lantaran tak ingin dijemput Farel, padahal cowok itu sudah berkali-kali menawarinya namun Bulan tolak.Sesampainya ia di Gor Lawung itu, Bulan langsung bergegas masuk mencari keberadaan Farel. Hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya pasang mata yang menatapnya, baik dari sekolahnya ataupun sekolah lain yang ikut menonton pertandingan ini. Ada yang terpesona, kaget, dan ada juga yang berbisik-bisik. Ayolah nama Rembulan Aurora Ayodha sangat tidak asing di luar sekolahnya.Memilih mengabaikannya, Bulan terus melangkah mencari keberadaan Farel.
Bulan baru saja memarkirkan mobil Lexus RX Luxury putih miliknya tepat di samping mobil milik Farel.Kala Bulan turun dari mobilnya, terlihat sang pemilik mobil di sebelahnya tengah duduk di kap depan dengan kedua tangan berada di saku celana serta pandangan yang terus menatap ke arah Bulan."Lo ngapain masih di sini?" tanya Bulan, merapikan rambut cowok itu.Farel menoleh sebentar. "Lo ngapain bawa mobil?""Emang kenapa?"Farel mendengus kasar. "Kalau lo naik mobil sendiri, gue gak bisa anter jemput lo lah!""Ya lo kan bukan sopir gue.""Apaan sih? Gue kan pengen berduaan sama lo!" sungut Farel."Lo gak liat sekarang kita juga lagi berduaan!""Itu beda cerita!"Bulan diam tak membalas ucapan Farel.Farel bangkit kala Bulan ikut mendudukkan diri di kap mobil cowok itu. Bulan menatap Farel