Share

8. Hangout bareng suami

Hari ini aku akan pergi keluar dengan Aiden, tapi ga tau kenapa mata aku tidak bisa dibuka. Aku bermimpi, aku tau bahwa ini hanya mimpi atau biasanya disebut lucid dream. Kalau lucid dream kita bisa mengatur mimpi semau kita, tapi dibanding mengatur aku seakan berada di dalam permainan mimpi, aku memang sering seperti ini, tapi hal ini sangat tidak mengenakkan, dimana aku harus menyelamatkan diri aku dari berbagai kejahatan yang ada di permainan ini. Ketika aku tidak berhasil selamat atau aku harus mati di dalam mimpi ini, maka artinya aku harus mengulanginya dari awal. Sebenernya ada jalan pintasnya yaitu bangun tidur, aku sudah mencobanya berkali-kali tapi aku tidak bisa, meskipun aku sudah bangun sebentar aku akan tertidur lagi. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan permainan ini atau aku harus bernego dengan pengatur mimpi ini, aku tidak tau siapa yang mengatur tapi aku bisa bernego, biasanya aku harus mengulang dari awal beberapa kali, jika aku tidak bisa menyelesaikan permainan mimpi ini aku bisa keluar dari permainan ini dengan menyelesaikan tugas yang telah diberikan. ini bakal ada rasa sakit pada tubuh aku ketika aku harus mati dalam permainan mimpi ini, contohnya ketika aku sedang tersabet pedang di lengan maka rasa sakit itu masih ada. Biasanya aku lebih memilih bunuh diri dengan menenggelamkan diriku ke dalam sungai, atau membunuh diri aku sendiri dengan senjata yang kumiliki. Atau aku kabur dari permainan itu dan mencari tempat yang aman untukku berusaha bangun dari mimpi ini. hal ini cukup melelahkan, apalagi ketika aku harus kejar-kejaran dengan musuhku. Ini seperti mobile legend dimana jika nyawa kita tinggal sedikit maka kita harus recall di tempat yang aman, jika ada musuh yang menyerang maka kita akan gagal recall. Dan itu yang terjadi pada diriku di mimpi.

Kali ini aku bernego hanya akan menyelesaikan satu misi, yaitu menghindari satu penjahat yang ada di mimpi, jika aku berhasil kabur/ menghindari penjahat itu maka aku akan recall seperti di mobile legend, jadi permainan ini seakan ada levelnya. Tiap level mempunyai daerah masing-masing untuk melakukan permainan, antar daerah level satu dengan yang lain tersedia daerah aman, dimana sebagai pembatas, dan tempat ini bisa dijadikan tempat untuk beristirahat atau recall, dan aku bisa menjangkau tempat itu, dari situ aku bisa mendengar suara seseorang yang memanggilku. Meskipun samar tapi aku bisa mendengarkannya.

“Dea… dee.. dea..” suara itu menggema dalam mimpi aku. “Dee… bangun, udah siang” aku berusaha untuk bangun dari mimpiku, tapi ini sangat sulit. Aku melihat ada monster yang mau menghampiri aku. Aku berusaha konsentrasi.

“De… bangun.. katanya mau keluar beli kulkas.”

Dan akhirnya aku bisa bangun, sangat lega rasanya. Lalu dengan cepat aku duduk agar aku tidak masuk ke dalam mimpi itu lagi. Aku melihat Aiden sekilas, sebelum diajak bicara aku langsung ke kamar mandi gosok gigi dan wudhu, aku tidak bisa bangun tidur dari kemaren malam dan aku melewatkan sholat subuh, jadi aku menggantikannya sekarang.

Aku melihat Aiden sedang bermain benda pipihnya di atas ranjangku. Setelah sholat aku langsung bergegas mandi. Aku tidak tau kalo Aiden masih di kamar ku, sedangkan aku hanya memakai handuk saat keluar kamar mandi.

“Ngapain kamu disini?” tanyaku.

“Nungguin kamu.” jawab aiden sambil bermain hp ny

“Aku mau ganti baju, keluar gih,” perintahku kepada aiden.

“Kan di situ ada bilik ganti baju”

“Keluar lahhh.. risih tau gak,” protesku.

“Yaelahhh, ganti aja di bilik tuh. Gak aku intip deh,” jawabnya santai dan tetap bermain ponsel.

”Cepet.. udah jam 9 nih, nanti mampir ke kantorku dulu,” perintahnya.

Aku langsung masuk ke bilik tapi masih dengan rasa was-was. Aku ambil baju seadanya yang penting nyaman. Aku lupa kalo disini gaada kerudung, dan kerudungku kemaren masih dicuci.

“Punya hoodie gak?” tanyaku ke Aiden

“Punya,” jawabnya

“Pinjam 1.”

“Di kamarku, ayo kesana kamu pilih sendiri” lalu dia keluar dan maku mengikutinya, dia membukakan lemari, dan disitu ada beberapa hoodie, aku memilih hoodie warna putih dan ada kupluknya, hoodie ini kebesaran buat aku, tapi gamasalah lah. Aku menarik tali kupluknya sehingga hanya mukaku yang keliatan

“Kenapa dipake kayak gitu”

“Buat hijab lah” ucapku.

“Emang gaada kerudung?”

“Gaada, adanya baju sexy semua di kamar. Ada kerudung aku, tapi lagi dicuci.” Kenyataannya emang gitu, rata-rata baju sexy semua.

“Hmm.. yaudahlah ayo berangkat.”

“Aku belum sarapan,” ucapku pada Aiden

“Mau sarapan dulu?”

“Gak ah beli di luar aja, bentar mau ambil dompet,” tolakku karena aku juga pengen makan di luar. Aku langsung balik ke kamarku untuk mengambil dompet dan ponsel.

“Ayo de.. cepet!” teriak Aiden

“Sabar dong.” aku terburu-buru menghampirinya, yang mau turun.

Aku dan Aiden menuju garasi. Aku lihat dia akan masuk ke mobilnya.

“pake motor aja dong,” pintaku

“Panas Dea.”

“Aku mual kalo naik mobil, apalagi belom sarapan.” emang iya sih, mobil di rumahku aja jarang banget aku pakai.

“Enggak..”

“Gamau,” tolakku

“Dee… jangan bikin emosi deh”

“Aku naik sepeda sendiri deh, kamu naik mobilmu aja,” ucapku dan hendak mengambil helm. Tapi tiba-tiba tangan aiden sudah menarikku. Dan memasukkanku ke dalam mobil dengan paksa.

“Kacanya dibuka aja kalo gitu,” ucapku kesal karena dia paksa.

“Yaa..kita ke kantor dulu, aku mau ambil beberapa berkas,” jawabnya.

Lalu dia malajukan mobilnya, dalam perjalanan perutku sedikit gaenak. Aku hanya diam saja. Ketika sudah sampai di kantor.

“Ikut turun gak?” tanya Aiden kepadaku, aku pun menyetujuinya dengan menganggukkan kepalaku, kalo berada di dalam mobil ini terus-terus an pasti bakal mabuk aku. Ketika Aiden membuka pintunya, aku juga buru-buru membuka pintu mobil udah gabetah banget. Tiba-tiba saja aiden sudah berada di belakangku saat aku menutup pintu mobilnya. Dia tiba-tiba menggandeng tanganku, aku nurut aja, perutku udah mulai gaenak.

Ketika masuk kantornya hampir semua orang yang berada disitu menyapa Aiden dan beberapa orang melirik aku, aku tau mereka sedang mempertanyakan diri aku yang kucel ini apalagi tangan aiden yang memegang tanganku ini, udah kayak anak kecil yang digandeng bapaknya. Aku cuma pasrah, pokoknya pasrah saking gaenaknya perut aku.

“Istriku..” tiba-tiba mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya kepada segerombol orang yang sedang berkumpul. Mereka langsung tersenyum kepadaku, dan aku membalasnya. Aku hanya mampu melakukan itu.

Lalu aiden dan aku masuk ke lift, aku sedikit cemas ketika menaiki lift, rasanya tubuhku lemas, aku memang takut dengan ketinggian, jadi seperti ini kaki ku lemas banget. Aku tidak tau ada berapa lantai yang kita lewatin tapi ini lumayan lama. Lalu pintu terbuka dan aku mengikuti Aiden dengan tangan yang masih dipegangnya, kami menuju sebuah ruangan dan di depan ruangan itu ada perempuan yang tersenyum, tapi aku tau bahwa itu adalah senyuman kekesalan dia. Aku tidak tau kenapa, tapi ini pasti karena Aiden.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status