Share

7. Live streaming

Author: Dentik
last update Last Updated: 2021-12-08 01:28:55

"Aahhh.. sudah ada 50 yang liat. Assalamualaikum semuanya, selamat malam. Udah lama aku gak on i* ya. Kali ini aku mau make up, karena aku punya baju yang sedikit glamour seperti ini aku ingin make up nya juga sedikit glamour juga. Aku akan menunjukkan meja rias aku, karena aku sudah pindah rumah, jadi ini bakal berbeda.” Aku menunjukkan meja riasku. Dan aku sempat baca beberapa komentar. Rasa antusiasku eningkat dengan pesat ketika pengunjung room liveku semakin banyak.

‘Ahh.. kangen kakak, udah lama banget gak liat kakak’ komentar baby_joo2

‘Gimana kak udah sehat?’ komentar 2nu.mber

‘Aduhhh kakak tambah cantik aja komentar koo.voice

My princess..’ komentar loli.ant

‘Wahh.. Dea udah lama gak ketemu, gimana kabarnya?’ini  komentar dari temanku.

Queen Deaaaa backkkkk,’ komentar m.rsyu56

‘Lama gak muncul kemana aja kak.. sedih banget aku nungguin kakak,’ komentar ko.kmo

Good night cantik,’ akunnya arion21. Apa ini Arion?

Dan banyak lagi.

 Aku balikkan lagi kameranya ke arah wajahku.

“Yaa.. jadi itu meja rias aku, alat make upnya berubah ya guys.. aku jawab beberapa pertanyaan dulu ya sebelum aku memulai make up, jadi gini.. kayaknya udah 2 tahunan ya aku jarang on i*, meskipun on mungkin hanya update story doang, gak live streaming kayak gini. Jadi aku Cuma butuh istirahat aja guys. Kabarku udah baik. Udah.. selebihnya aku bakal bikin live i* dengan tema Q&A buat kalian. Langsung aja ya..” aku mulai make up. Tapi tiba-tiba Aiden masuk kamarku.

“Dee..”

“Ha?” aku kaget.dia menghampiriku. Aku lihat komen mulai banyak menanyakan tentang Aiden.

“Lagi apa?” tanyanya.

“Lagi make up, kenapa?”

“Ganggu?”

“Eee.. enggak kok”

“Ikutan ya,” pintanya.

“Ehh..” Aiden mengambil kursi didepan kaca besar. Lalu duduk di sampingku. Otomatis dia masuk ke live streaming aku dong. Aku ngblank. Gak sengaja eyeshadow aku jatuh, dan pecah.. aku makin kaget. Buru-buru aku ambil

“Yah.. pecah.” Aku menoleh ke Aiden. “Ngapain ikut?”

“Pengen.. katanya kamu gaada temen, sekarang aku temenin.” Kata dia sok dilembut-lembutin. “Dea jangan mangap terus-terusan. Nanti ada lalat masuk,” kata dia sambil tutup mulutku.

Kolom komentar semakin banjir, dan sekarang aku lihat ada 1k orang lebih yang room streaming. Semuanya menanyakan siapa itu Aiden.

“Emm.. jadi gini guys, dia ini-”

“Halo semuanya.. aku suaminya Dea. Baru satu minggu ini kami menikah.”

Aha-ha-ha.. ini anak ngapain sihhh.

“Jadi habis ini ngapain Dea?”

“Emm.. kita lanjut make eyeshadow ya.. karena ini sudah pecah, jadi kita ganti warna lain aja. Pake warna yang natural aja ya, tinggal warna cream ini. ..”

“Oi kalian ngapain ikut liat live streaming.

Aku ikutan liat koment ada beberapa akun yang komen.

‘Wowwwwww… ini toh Istrinya Aiden!! . komen zac.hery

‘Anjirr.. mantap gan, lanjutt. Komen knz64

‘Lanjut… pengantin baru nih.komen devn12a

“Temenmu?”

“Iya, cepet lanjut.. besok mau belanja make up aja? Sekalian beli kulkas.”

“Gausah, ini aja masih bisa dipake kok. Sayang mahal”

“Gapapa lah, besok aku antar sekalian ya”

“Emm oke.” aku lanjut sampai selesai make up. Lalu aku lanjut menata rambutku.

“Karena make up ku sudah selesai sekarang aku mau menata rambutku seperti ini” aku menunjukkan gaya rambut sanggul di hp ku.” kenapa aku mau model kayak gini, karena make up ku gak jadi glamour, maka aku pengen leherku keliatan lebih jenjang sehingga keliatan sexy.”

“Diurai aja lah.. ngapain sih diiket gitu,” protes aiden.

“Emangnya kenapa? Lebih bagus disanggul lah,” sanggahku.

“Jelek, bagus diurai,” dengan nada tinggi.

“Kok ngamokkk.”

“Kamu se gak dengerin pendapatku.”

“Okey, kita ganti model kayak gini aja. Jadi aku bakal nyatok rambutku dulu rambutku, dan bawahnya aku model kriting gantung kayak gini aja.” Aku menyisir rambutku, lalu memberinya dengan vitamin dan serum rambut.

“Pake yang ini?” tanya Aiden sambil memegang catokan rambut yang ada didalam laci.

“Ya..” ucapku sambil mengambil vitamin rambut. Lalu aiden memasangkan kabelnya ke stopkontak di deket meja.

“Jadi sebelum aku catok, aku pasti pakai vitamin rambut dulu sekalian nunggu catokannya panas.”

Aku liat Aiden liatin aku terus. Rada gimana gitu rasanya.

“Oke, selesai aku vitamin, aku jepit pakai jedai dulu beberapa rambutku.” Dengan kikuk aku menjedai rambutku agar lebih mudah waktu mencatoknya.

“Aku bantu, sini.” Aiden berdiri, dan menyisir rambutku, lalu menjepit rambutku.

“Nahh.. setelah kayak gini. Kita mulai catok dari bawah dulu ya.” Aku mulai menata rambutku satu persati dan akhirnya selesai.

“Selesai deh.. jadi kayak gini hasilnya. Cocok gak sih?” tanyaku pada orang-orang yang masih stay di room streamingku sekitar 1200 orang.

“Cocok, cantik,” jawab Aiden.

Thanks..” ucapku sambil tersenyum kikuk.

“Okey sudah selesai, waktunya aku matika live streamingnya, makasih udah stay di live streaming aku, nanti kapan waktu kita lanjut dengan live streaming Q&A ya.. see you bye bye.” Aku mematikan live streaming ku,

Aku berkaca dan aku lirik Aiden, dia tetep aja melihatku terus-terus an.

Why?” tanyaku yang semakin risih melihat tatapan Aiden.

“Gapapa. Dea sekarang kita temenan ya.. biar kamu gak bosen”

“Hm.. aku Cuma butuh kucing” jawabku sambil membersihkan alat make up ku.

“Aku pengen temenan sama kamu.”

“Okey”

“mau ya.”

“Hmm..”

“Aku mau foto bareng dong. Di depan kaca,” ucap dia sambil mengeluarkan benda pipih dari sakunya. Lalu mengambil pose. Aku pun ikutan. Kita selfie beberapa kali dan dia juga memotoku beberapa kali. Hasilnya bagus sih.

“Foto pake kamera dong, biar bisa aku masukin feed i* ku,” pintaku.

“Oke bentar aku ambil di kamarku dulu.” dia keluar kamar. Lalu kembali lagi. Aku mengambil beberapa pose di kamar, di atas tempat tidur dan di depan lemari. Dan kaca rias. Aku lihat hasilnya bagus-bagus.

“Bagus-bagus hasilnya. Nanti kirim ke aku ya hasilnya," pintaku pada Aiden.

“Okey,” ucap dia.

“Kamu gak balik kekamarmu?” tanyaku pada Aiden.

“Kamu usir aku?” protesnya.

“Ya.”

“Kok gitu.” Dahi Aiden mengernyit.

“Ya gimana, aku mau tidur.”

“hm.. yaudah. Aku balik dulu”

“Okey.”

Aiden keluar dari kamarku, dengan segera aku menutup pintu dan menguncinya. Aku membersihkan make up di wajahku, lalu cuci muka, gosok gigi, dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Mengingat-ingat kebersamaanku dengan Aiden, Kegiatan yang aku lakukan dengannya hari ini adalah salah satu impianku dengan tunanganku dulu. Ketika aku keluar rumah diantar, ketika aku make-up ditemani bahkan dibantu, dan berfoto bersama. Namun sekarang bisa terwujud walaupun dengan orang yang berbeda. 

Semilir angin menerpa wajahku. Aku bisa merasakan jika ini bukan angin biasa.

“Mbok?” panggilku dengan mata terpejam. Kupindai sosok yang lama kunantikan.

“Sugeng dalu Raden Ayu,” ujarnya tersenyum tipis. Wanita berkebaya kuning menatapku sangat tulus.

Akhirnya setelah dua tahun berlalu dia mau berbicara. 

“Apa hari ini aku bisa mendapatkan jawaban yang kutanyakan setiap kali kita ketemu, Mbok?”

Si Mbok mengangguk kemudian bersuara. “Di kota ini, Raden Ayu akan mendapatkan jawaban atas kematian orang yang Raden cintai. Semoga, seiring berjalannya waktu, Raden Ayu, bisa melupakan Aeros dan melangkah dengan jodoh Raden Ayu yang sebenarnya.” 

Sekujur tubuhku merinding mendengar ucapan Mbok Kencana. Butuh dua tahun untukku mendengar ini. Namun, tak ada kepuasan setelah aku mendapatkan jawabannya. Yang pasti aku akan tau kenapa mantan tunanganku meninggal secara mendadak. Sepertinya ini babak awal untukku bertahan di sini, di pernikahan yang tidak aku inginkan. Demi kekasihku, aku harus menguak apa yang sebenarnya terjadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   END

    Dokter itu tertawa lembut, seolah ingin menenangkan kami. "Dea, hasil tes menunjukkan bahwa kamu hamil. Kamu berada dalam kondisi yang sangat baik, meskipun sempat mengalami mual dan kelelahan. Namun, jangan khawatir. Kondisi ini sangat normal, terutama jika ada perubahan fisik atau emosional."Aku terdiam, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Hamil? Aku hamil? Pikiranku terasa berputar. Tidak ada yang pernah menyebutkan ini sebelumnya, dan tentu saja, aku tidak pernah memikirkan hal ini."Aiden." aku berbisik, suaraku gemetar. "Aku hamil?"Aiden menggenggam tanganku lebih erat. "Iya, Sayang. Kamu hamil. Ini berita yang luar biasa, kamu jangan cemas. Kita akan menghadapinya bersama-sama."Aku terdiam, merasakan campuran perasaan yang sangat dalam. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun di sisi lain, aku merasa cemas. Bagaimana kami akan menjalani semua ini? Apa arti semua ini untuk kami? Dan yang terpenting, apakah kami siap dengan segala perubah

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   139

    Dengan langkah yang berat, Aiden menarikku pergi dari pinggir sungai yang seakan berusaha menahan kami. Aku bisa merasakan kekuatan Alam Pusaka yang menahan kami, seolah tempat ini tidak ingin kami pergi begitu saja. Suasana yang tadinya penuh keindahan kini terasa penuh dengan ancaman yang tak terduga. Namun aku percaya pada suamiku, dan aku tahu, ia tidak akan membiarkan aku terluka.Akhirnya, setelah perjuangan panjang, kami tiba di batas Alam Pusaka, tempat yang menjadi pemisah antara dua dunia. Keindahan yang dulu kurasakan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa lega yang datang saat kami kembali ke dunia manusia.Tiba-tiba, aku merasakan tubuhku sedikit lebih baik. Rasa mual yang semula mengguncang perlahan mulai hilang, dan aku bisa merasakan kembali kekuatan dalam tubuhku. Aiden melepaskan pelukannya, meskipun aku bisa merasakan ketegangan yang masih ada di tubuhnya."Kita sudah kembali," katanya dengan suara yang lebih tenang, namun masih terdengar kelelahan. "Tapi aku r

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   138

    Selama di Alam Pusaka. Aku bisa melihat keindahan yang tidak bisa kulihat selama di dunia manusia. Meskipun aku tidak bisa melihat Aiden secara jelas, setidaknya aku bisa melihatnya dalam bentuk bayangan. "Aku senang sekali melihatmu berlari dan menari seperti ini, Sayang. Ada perasaan sedih juga karena biasanya aku yang membantumu melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini, kamu bisa melakukannya sendiri," ucap suamiku lembut, suaranya mengalir seperti aliran sungai yang jernih di depan kami, menenangkan sekaligus menghangatkan.Kami duduk di pinggir sungai yang indah, airnya yang jernih mengalir begitu tenang. Suasana ini begitu damai, dan aku merasa seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Di sini, aku tidak merasa terbebani oleh keterbatasan penglihatanku. Alam Pusaka, dengan segala keajaibannya, memberiku kebebasan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku bisa merasakan udara yang lebih segar, aroma bunga yang jarang ditemukan di dunia manusia, dan setiap detik terasa begitu b

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   137

    Pagi itu, di ruang tamu yang hangat, suasana terasa berbeda. Aiden, suamiku duduk di depan keluarga besarnya, seakan hendak mengungkapkan sesuatu yang penting. Aku berada di sampingnya dengan tenang, meski tampak sedikit cemas. Keluarga sudah berkumpul, mendengar dengan penuh perhatian."Aiden, kamu tampaknya tidak seperti biasanya," kata Oma menyelidik situasi. "Ada apa? Kamu biasanya lebih ceria kalau bicara soal perusahaan."Aiden menarik napas dalam-dalam. "Aku dan Dea akan pergi berbulan madu," ucapnya dengan nada yang mantap, tetapi ada keraguan yang samar terbersit. Semalam kami sudah mengobrol, dan ia sempat mengungkapkan keresahan. Takut kalau tempat itu akan menstimulus traumaku. Namun, aku meyakinkannya. karena di sana aku bisa melihat pemandangan banyak hal karena diselimuti alam gaib. "Ke mana?" tanya Mama Rita, tertarik. "Ada tujuan spesial, Nak?""Alam Pusaka," jawab suamiku, membuat suasana hening seketika. Dea menundukkan kepala, berusaha menahan perasaan yang datang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   136

    Malam itu, suasana ruang makan sudah penuh kehangatan. Aroma makanan khas keluarga memenuhi udara, membuat perutku yang tadinya gelisah kini mulai terasa lapar. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, berbincang dengan riang. Aku dan Aiden datang terakhir, menambahkan kursi di sisi meja untuk kami berdua. Mama Rita langsung tersenyum hangat melihat kami. “Akhirnya kalian datang. Kami sudah hampir mulai, loh.” Aiden membantu menarik kursiku dengan lembut, memastikan aku duduk dengan nyaman sebelum ia duduk di sebelahku. “Maaf, kami agak terlambat,” katanya dengan nada santai. “Dea tadi masih butuh waktu untuk bersiap.” Andre yang duduk di ujung meja, bercanda sambil tertawa kecil. “Ah, Aiden. Kamu makin romantis saja.” Semua orang di meja tertawa, kecuali aku yang hanya bisa tersenyum gugup. Rasanya sulit menyesuaikan diri dengan perhatian sebanyak ini. Namun, Aiden, yang sejak tadi menggenggam tanganku di bawah meja, memberiku rasa percaya diri. Setelah semua mak

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   135

    Aku terdiam sejenak, merasakan pipiku mulai memanas mendengar ajakan Aiden. Suaranya begitu lembut dan menggoda, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat jantungku berdebar lebih cepat.“Aiden,” panggilku pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupku. “Kamu tahu aku tidak terlalu suka dengan ide itu. Lagipula, aku belum terbiasa dengan semua ini.”Aiden tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. “Sayang, aku tidak memaksamu. Aku hanya ingin membuatmu nyaman. Setelah semua yang kita lalui, aku merasa kita pantas menikmati momen yang tenang bersama.”Aku merasakan tangannya menggenggam jemariku dengan lembut, seakan memberikan kehangatan yang menenangkan. “Kita tidak harus buru-buru, Dea. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini, sepenuhnya untukmu.”Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk merespons. “Kamu terlalu manis, Aiden. Kamu bisa gendong aku?”Aiden terdiam sejenak, lalu aku mendengar tawanya yang lembut dan penuh kehangatan. “Tentu saja, Sayang

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   134

    "Titik!" pekikku tak sadar. Makhluk halus yang hendak pergi itu langsung berbalik ke arahku."Raden Ayu!" kagetnya. Dia kemudian berteriak. "Woy! Dalbo! Raden Ayu bisa melihatku!"Dalam hitungan sekejap sosok yang panggil pun datang. "Benar Raden bisa melihat kami?""Benar, Dalbo. Bagaimana kabar kalian.""Kami semua baik, Raden Ayu," jawab Dalbo. "Yang dikatakan Kanjeng Ratu benar-benar terjadi," ujar Titik. Aku bisa melihat bagaimana ekspresinya. Namun tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi."Aiden?""Iya, Sayang?" ia mendekat ke arahku. "Kenapa masih memanggilku dengan nama? Panggil Sayang dong." Kemudian hendak menciumku, tetapi segera kutahan."Apa kamu tidak malu dilihat mereka?" cegahku karena Dalbo dan Titik terperangah melihat kami."Mereka?""Titik dan Dalbo. Mereka sedang di sini kan? Bahkan mereka terkejut melihat kamu mau menciumku."Aiden bergeming. "Kamu bisa melihat mereka? Bukannya Ayah bilang kalau kamu bahkan tidak bisa melihat apapun termasuk dunia gaib?""Se

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   133

    Aku menenggak salivaku dengan paksa. Saling mencintai? Waktu seakan berhenti saat tebakan tersebut terlontar padaku. Sedangkan Aiden tampak enteng menjawab pertanyaan tersebut."Aku memang cinta sama De, Oma. Tapi belum tentu dengan Dea." Pria itu melepaskan keluhan hatinya yang kukira tak akan dibahas lagi.Ruangan mendadak hening setelah pengakuan Aiden. Nahasnya aku pun gugup, "A-aku..." Kalimat itu menggantung, rasa bingung menderai kepalaku."Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih cerdas lagi Aiden," sahut Oma. "Begitu ya, Oma?""Iya dong, Aiden. Zaman sekarang kerja keras doang kan nggak cukup," kekeh Oma."Siap, Oma!" ucap Aiden yang langsung berdiri. Entah apa yang dia lakukan, tetapi semua orang tergelak karea dia. Saat gemuruh tawa mulai mereda, Oma bertanya padaku dengan lembut."Dea," panggilnya lembut penuh kasih."Iya, Oma?""Apa kamu nyaman bersama Aiden?" Aku terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut terasa tak membebankan dibandingkan sebelumnya. "Nyaman, Oma.""Syukurla

  • Istri Badas VS Pelakor Keji   132

    "Gausah pegang-pegang istriku. Pegang istrimu sendiri sana!" nyolot Aiden. "Yaelah. Jabat tangan doang," balas Andre. Sayangnya aku cukup terkejut saat orang lain memanggil namaku. "Hai, Dea. Sudah lama tidak bertemu." Kali ini suaranya terdengar lembut. Itu adalah Ghiselle. Perempuan yang sebelumnya memusuhi dengan terang-terangan. Namun, hari ini aku merasakan frekuensi yang cukup nyaman daripada pertemuan terakhir kami."Iya. Ghiselle." Baru saja menjawab, "Iya Dea. Ak-" ucapan wanita itu terputus karena Mama Rita memanggil kami untuk segera bergabung ke ruang makan."Ayo, De," ajak Aiden kembali membawaku berjalan tanpa tongkat. Langkah kakinya yang lebar sudah ia kontrol mengikuti langkah kakiku. Aku bisa merasakan perubahannya yang sebelumnya kikuk menjadi sangat santai hari ini. Sepertinya ia sudah sangat cocok menjadi relawan untuk orang tuna netra sepertiku. Dia bahkan bisa mengingat detail kecil keperluan sehari-hari. Banyak hal yang ia rubah agar menjadi tempat inklusi ba

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status