Istri Cacat CEO
Bab 6
Christian baru sampai di unitnya saat mencium harum masakan dari arah dapur. Ia melihat kesana dan mendapati Via tengah duduk sambil menikmati makan malam sendirian. Walau mulutnya tengah mengunyah pelan, namun pikirannya sedang berkelana hingga tak menyadari seorang Christian yang tengah berdiri memperhatikannya. Sebenarnya Christ pulang hanya untuk mandi dan berganti baju. Christ akan pergi menuju pesta yang diadakan oleh relasi bisnisnya.
'Gadis aneh,' gumam Christian lalu beranjak menuju ke kamarnya.
Via berhenti mengunyah makanan, pikirannya tertuju pada ibu dan ayahnya di negerinya. Ia Ingin tahu kabar mereka, namun dia tak mengetahui nomor telepon disana, satu-satunya yang ia tahu hanya nomor ponsel Chiara. Inginnya ia bertanya pada Chiara, namun pasti gadis kasar itu akan membentaknya dan mengatainya 'wanita jelek dan bodoh' lagi. Dan itu sangat menyakitkan.
Saat Christ keluar dari kamarnya, Via masih asik dengan lamunannya. Christ berdehem, namun Via seperti tak mendengarnya.
"Hei, berhentilah melamun!" seru Christ yang langsung membuat Via terlonjak kaget.
"Tu-Tuan," ujar Via gugup saat melihat ke arah Christ, Via menunduk saat mendapati Christ yang berdiri dengan wajah dinginnya.
"Aku tak suka ada pekerjaku yang tak fokus dan asik dengan lamunannya. Jika kamu keberatan bekerja di sini, maka sebaiknya kamu mengundurkan diri!" ujar Christ tajam. Via makin menunduk, baru beberapa saat bekerja, mana mungkin ia berani mengundurkan diri.
"Ma-af, Tuan." Via menunduk takut. Christ langsung pergi tanpa menoleh lagi padanya.
Selepas lelaki itu pergi, Via mengusap dadanya yang masih berdebar karena ketakutan. Ia segera membereskan meja makan dan mencuci piring yang kotor. Ternyata semenakutkan itu dimarahi oleh orang asing, pikirnya.
Via masuk ke kamarnya, lalu mengetik pesan kepada Chiara.
'Tuan Oliver baru saja pergi dengan pakaian formal.' Send.
*****
Di tempat lain, Chiara merasa khawatir setelah menerima pesan dari Via. Ia menghubungi kekasihnya dan berpura-pura merindukan lelaki itu.
Saat ini Christ tengah dalam perjalanan, tak menduga bahwa Chiara tiba-tiba menghubunginya.
"Sayang, ada apa?" tanya Christ langsung.
"Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Chiara balik bertanya.
"Tentu saja aku merindukanmu, sayang."
Setelah berbasa-basi, Chiara memberondong pertanyaan yang membuat kepala Christ berdenyut. Bagaimana bisa gadis itu mengetahui bahwa dirinya tidak berada di unitnya saat ini.
"Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu tak boleh keluyuran di luar jam kantor. Karena aku tak mau kalau sampai kamu melihat gadis cantik dan menghabiskan malam dengan mereka." ocehan Chiara terdengar menyebalkan dipikiran Christ. Memangnya siapa gadis itu, berani sekali dia mengatur hidupnya. Sikap Chiara tak ubahnya seperti James, ayahnya yang otoriter itu.
"Aku hanya menghadiri pesta bersama relasi tak ada hubungannya dengan gadis-gadis."
"Pokoknya, tidak boleh."
Christ mencoba memberi penjelasan, namun suara Chiara yang terus melarangnya pergi membuat Christ akhirnya menuruti perintah Chiara.
Christ menarik nafas dalam lalu kembali bersuara.
"Baiklah, Nona, aku akan kembali ke unit dan pergi tidur. Kamu puas sekarang?"
"Itu lebih baik sayang." Chiara tersenyum puas lalu menutup sambungan. Ia merasa menang setelah berhasil membuat seorang 'Christian Oliver' menuruti perintahnya.
*****
"Bisa-bisanya aku menuruti perintah gadis itu. Menyebalkan!" Christ mendengkus kesal sambil melepaskan dasinya dan melemparkannya asal. Ia memijat keningnya yang nampak berat. Biasanya ia akan menghabiskan malam-malam panjangnya dengan pesta dan minuman di tangannya, lalu kembali ke unit diantar oleh para penjaganya, sama sekali tidak ada gadis yang berani mendekat padanya. Namun tidak malam ini, setelah Chiara melarangnya. Christ kemudian berpikir, apakah mungkin Chiara mempunyai mata-mata disini yang bertugas memberi informasi kepadanya.
Perut Christ berbunyi karena lapar. Sejak makan siang, ia belum mengisi perutnya lagi. Christ akhirnya pergi ke dapur lalu membuka kulkas dan mendapati beberapa makanan yang tertata rapi. Sudah pasti itu adalah masakan yang dibuat oleh Via tadi.
Setelah memasukkan sebentar kedalam 'microwave', Christ makan dalam diam di ruang depan tv. Masakan Via benar-benar sesuai seleranya. Meski dirinya bukan orang Indonesia asli, namun ia menyukai makanan asia karena sang ibu berasal dari sana. Christ adalah anak campuran. Ayahnya berasal dari Australia sedangkan sang ibu berasal dari Indonesia.
Istri Cacat CEOBab 7Iring-iringan dua unit kendaraan nampak memasuki sebuah halaman rumah yang cukup mewah. Seorang pengawal membukakan pintu Range Rovers hitam, ia membungkuk hormat saat James turun dari kendaraan miliknya.Pria berumur setengah abad lebih tersebut nampak mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu memasuki rumah itu setelah pelayan mempersilahkannya masuk.James memasuki ruangan dimana terdapat seorang yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Dialah Suryo Joyo, sahabat karibnya semenjak lama. Sebenarnya isteri James, Melina, yang lebih akrab dengan Julia, istri dari Suryo. Saking akrabnya hubungan mereka di masa lalu, keduanya sepakat menjodohkan Christian dengan Olivia sewaktu mereka baru memasuki usia bel
Istri Cacat CEOBab 8Via membuka matanya di pagi hari yang cerah. Setelah menyelesaikan ritual di kamar mandi, ia segera menuju ke ruang tengah untuk membersihkan tempat itu.Kening Via berkerut saat melihat beberapa alat makan di meja nampak sedikit berserakan."Apakah Tuan Christian yang makan semalam," Via membatin.Via segera membereskannya lalu membawanya ke belakang. Detik selanjutnya Via segera membersihkan ruangan, menyapu dengan vacuum cleaner dan mengepel dengan hati-hati sampai semuanya terlihat rapi dan bersih."Selamat pagi, Via," sapa Bram ramah saat Via tengah mengelap meja dapur."Selamat pagi, Tuan Bram. Anda nampak tampan pagi ini," puji Via.
Istri Cacat CEO Bab 9 Mentari tampak hampir tenggelam di arah barat saat Bram kembali ke unit meninggalkan Via dengan tergesa-gesa. "Apa yang terjadi?" Via bertanya heran namun Bram sama sekali tidak menjawabnya. Wajah Bram terlihat gusar setelah menjawab panggilan dari seseorang. Bram melangkah terlebih dahulu dan memasuki lift. Saat Via menyusulnya, pintu lift itu sudah tertutup. Via mematung disana. Ia bingung sekarang. Berada ditempat yang sama sekali tidak diketahuinya. Bodohnya Via, tidak memperhatikan Bram tadi saat memencet tombol. Saat ini dirinya sendirian, bingung dan sama sekali tak tahu apa yang harus dirinya lakukan.
Istri Cacat CEO Bab 10 Pagi yang cerah saat mentari bersinar seperti biasanya dari ufuk timur, membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang terlelap di alam mimpi untuk segera berjibaku dengan rutinitas kehidupan mereka. Chiara tengah berada di kantor Sang Ayah. Pak Hadi memberikan laporan tentang keadaan perusahaan yang tengah berada diambang kebangkrutan. "Kita harus secepatnya mendapatkan investor, kalau tidak perusahaan mengalami hal yang buruk." Chiara memijat keningnya. Mengurus perusahaan bukan keahliannya. Selain membutuhkan dana yang besar, perusahaan juga membutuhkan orang yang kuat untuk mengembangkan perusahaan. Selama ini, Pak Hadi yang mengambil alih perusahaa
Istri Cacat CEO Bab 11 Christian baru saja menutup panggilan. Beberapa saat yang lalu, ayahnya mengabarkan bahwa dirinya baru saja datang bersama istri barunya ke Dubai untuk urusan bisnis sekalian berbulan madu dan merayakan pesta disana. 'Haruskan kau merusak pagiku, Dad?' Christian kesal hingga tak sengaja melemparkan ponselnya ke sudut kasur. Pagi-pagi mood-nya sudah turun hanya karena mendengar suara ayahnya. Christian keluar dari kamarnya. Indera penciumannya langsung menghirup aroma harum dari kopi yang sudah terhidang di meja. "Selam
Bab 12Hari yang cerah, saat seorang pemuda tampan menggenggam tangan seorang gadis kecil di sebuah taman yang indah, keduanya tampak bahagia sekali.Mereka saling melirik dan tersenyum penuh dengan kebahagiaan.Pemuda itu mengucapkan sebuah nama dan berikrar suci serta berjanji akan mendampinginya selamanya.Namun tiba-tiba, tempat itu dipenuhi dengan api yang berkobar. Tak lama kemudian, terdengar sebuah dentuman yang keras, sehingga membuat semua orang berhamburan menyelamatkan diri. Gadis itu begitu ketakutan hingga berteriak kesana-kemari memanggil orang-orang yang dia sayangi. Hingga beberapa saat tubuhnya terguncang hebat.Rosaline yang heran langsung mendekat ke arah ranjang. Ia melihat
Bab 13Hari sudah beranjak pagi, saat Via membuka matanya pelan. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia berada di ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan.Setelah melihat tangannya terpasang infus dan kepalanya yang dibalut perban. Barulah Via mengingat kejadian yang menimpa dirinya.Tak lama kemudian, seorang Suster memasuki ruangan."Anda sudah sadar, Nona?" tanyanya seraya mengecek infusnya. Via mengangguk.Melihat wajah Via yang cacat, Suster itu tidak tahan untuk bertanya."Apa yang menyebabkan wajahmu seperti itu? Kenapa kamu tidak segera mengobatinya?"Seakan tersadar, Via langsung meraba wajah bagian kirinya. Saat ini dia sangat malu kar
Bab 14Jalanan sore ini tidak terlalu ramai, mungkin karena hujan baru saja reda. Kabut tipis menjadi pemandangan yang indah dan menenangkan. Sebuah mobil mewah membawa Via kembali ke Unit Apartemen tempatnya bekerja setelah beberapa hari dirinya dirawat di Rumah Sakit.Suasana Unit sangat sepi, seolah tidak ada penghuninya.Via berpikir Bosnya sedang bekerja, karena ini masih jam kantor.Via memasuki kamarnya lalu teringat pada ponsel yang beberapa hari tidak disentuhnya.Ponsel itu mati. Ketika Via mengaktifkannya, dia tidak menemukan satu panggilan pun dari Chiara, padahal waktu itu dia berkali-kali mendengar panggilan dari wanita bermulut pedas itu.Via menarik napas panjang, lalu berba