Istri Cacat CEO
Bab 7
Iring-iringan dua unit kendaraan nampak memasuki sebuah halaman rumah yang cukup mewah. Seorang pengawal membukakan pintu Range Rovers hitam, ia membungkuk hormat saat James turun dari kendaraan miliknya.
Pria berumur setengah abad lebih tersebut nampak mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu memasuki rumah itu setelah pelayan mempersilahkannya masuk.
James memasuki ruangan dimana terdapat seorang yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Dialah Suryo Joyo, sahabat karibnya semenjak lama. Sebenarnya isteri James, Melina, yang lebih akrab dengan Julia, istri dari Suryo. Saking akrabnya hubungan mereka di masa lalu, keduanya sepakat menjodohkan Christian dengan Olivia sewaktu mereka baru memasuki usia belasan tahun.
Saat ini, hatinya terenyuh dan sedih kala melihat sahabatnya berbaring tak berdaya. James lalu berbicara beberapa hal kepada pelayan yang setia mengurusi Suryo.
James bicara pada pelayan itu, bahwa seluruh pengobatan terhadap Suryo akan ditanggung oleh dirinya hingga sahabatnya itu pulih dan sembuh.
"Bagaimana kabarmu sahabatku?" tanya James sambil menggenggam erat tangan Suryo yang terlihat lemah. Suryo tidak menanggapi ucapan sahabatnya dikarenakan mulutnya yang kaku dan rapat. Namun tampak dari matanya yang berkaca-kaca seperti ingin mengatakan sesuatu.
James kemudian berkata lagi.
"Aku menemukan kabar bagus, beberapa hari lalu, anak buah Christian telah menemukan alamat Julia dan anaknya. Kau tunggulah beberapa saat lagi, semoga aku bisa membawa mereka kepadamu," ujar James sungguh-sungguh.
Suryo Joyo semakin berkaca-kaca dan menitikkan air matanya. Ingin sekali ia berbicara, bahwa Julia dan Olivia Putrinya sekarang sudah ada bersamanya. Namun karena keterbatasan ia hanya bisa mengucapkannya dalam hati.
Tak berapa lama James berkata lagi.
"Mungkin beberapa waktu ini aku tidak akan menjengukmu, karena aku harus pergi keluar negeri untuk melakukan pekerjaanku, namun kau tak perlu khawatir, orang-orangku tak akan berhenti mencari sampai Julia dan putrimu ditemukan. Semoga setelah kami berhasil menemukan putri dan istrimu, kuharap kau juga segera sembuh!" James berkata dengan serius. Suryo sedikit bisa menggerakkan tangannya yang masih dalam genggaman James. James menarik nafas panjang. Tak menyangka akan takdir yang memberikan penyakit kepada Suryo.
Di masa lalu, Suryo pernah membantu perusahaan James yang hampir collapse hingga kembali berkembang seperti sekarang. Makanya, ia berhutang budi kepada Suryo dan keluarganya.
*****
Julia baru turun dari mobilnya saat melihat 2 kendaraan pergi meninggalkan halaman rumah suaminya.
Julia tak tahu siapa yang datang, namun segera ia berjalan ke arah pintu utama dan mendapati pelayan tengah berdiri disana.
"Siapa mereka? Apakah mereka baru saja bertamu dari rumah ini?" tanya Julia penasaran.
"Benar, Nyonya, beliau adalah Tuan James, sahabat dari Tuan Suryo. Ia datang untuk menjenguk Tuan."
Mendengar nama james disebut, Julia hampir menganga tak percaya.
"Apakah itu James yang berwajah bule?" tanya Julia makin penasaran.
"Benar, Nyonya, beliau sering kemari untuk menjenguk Tuan Suryo."
"Benarkah?" Julia kaget dan tak menyangka James masih sering mengunjungi suaminya.
Setelah beberapa saat Julia kembali bertanya, hatinya diliputi rasa penasaran.
"Apakah James bertanya sesuatu tentang kami?" pelayan itu terlihat bingung dengan pertanyaan Julia.
Apa maksud dari pertanyaanya.
"Maaf, Nyonya, Saya tidak bisa memberikan informasi apapun. Saya tidak berani, Nyonya," ujar pelayan itu sambil membungkuk.
Merasa hal yang ditanyakannya percuma, akhirnya Julia mengangguk.
'Baiklah, aku minta maaf karena bertanya banyak hal padamu."
Julia berlalu menuju ke kamar suaminya dan mendapati Suryo tengah memandang jendela tanpa berkedip.
"Sayang, apakah barusan sahabatmu datang berkunjung kesini?" tanya Julia hati-hati.
Dengan perlahan, mata James menoleh kearah Julia mulutnya sedikit terbuka namun tak kunjung bisa bersuara.
"Baiklah, kau tidak usah bicara apa pun. Namun sepertinya kau senang sahabatmu itu mengunjungimu." Selama beberapa saat Julia terdiam. "Kira-kira bagaimana kabar Melina dan Christian sekarang, ya? Mereka pasti sudah melupakanku dan juga ...." gumaman Julia terhenti ketika mendengar suara langkah kaki mendekat.
Di depan pintu kamar, pelayan berdiri bersama seorang dokter dengan suster di belakangnya menghampiri pintu kamar Suryo Joyo.
Pelayan memperkenalkannya sebagai dokter baru yang akan merawat Suryo.
Kening Julia berkerut. Ia berpikir jika dokter diganti, lalu siapa yang akan membayarnya. Tentu itu akan menambah biaya lagi, sedangkan saat ini dirinya tidak mempunyai uang sedikitpun, sedangkan jika menunggu uang kiriman dari Via jelas tak akan secepat itu. Entahlah jika Chiara yang akan bertanggung jawab.
"Nyonya tidak usah khawatir, saya ditugaskan oleh Tuan James," ujar sang dokter yang melihat raut khawatir di wajah Julia.
****
Seorang lelaki berusia tanggung, berkemeja warna army menghampiri seorang gadis kecil yang tengah menangis. Ia berusaha menenangkan gadis itu, saat ia meringis sambil memegangi kakinya yang terluka. Tak lama kemudian beberapa orang dewasa datang dan menghampiri mereka.
"Apa kamu sangat menyukainya. Kamu terlihat khawatir sekali?" tanya sang ayah pada anak lelaki itu.
"Iya, Ayah, aku suka pada Olivia. Dia cantik," ujar si anak lelaki malu-malu.
"Kalau begitu kalian harus menikah."
"Menikah itu urusan orang tua, bukan anak kecil seperti kami, tugas kami hanya belajar. Itu yang dikatakan oleh Mami." Anak lelaki bernama Christian berbicara lantang di depan beberapa orang. Ucapan polosnya membuat semua orang tersenyum. James dan Melina saling pandang, begitu pula, Suryo dan Julia. James sebenarnya hanya bercanda. Namun melihat raut wajah Melina yang berbinar sekaligus anggukan dari orang tua Olivia, sepertinya mereka semua setuju.
"Bukan pernikahan yang sebenarnya, hanya untuk mengikat Oliv agar tidak direbut oleh orang lain di masa depan nanti." Kali ini Melina yang memberi penjelasan.
"Kalau begitu, aku ingin menikah dengan Olivia." Sambut Christian seketika.
Istri Cacat CEOBab 8Via membuka matanya di pagi hari yang cerah. Setelah menyelesaikan ritual di kamar mandi, ia segera menuju ke ruang tengah untuk membersihkan tempat itu.Kening Via berkerut saat melihat beberapa alat makan di meja nampak sedikit berserakan."Apakah Tuan Christian yang makan semalam," Via membatin.Via segera membereskannya lalu membawanya ke belakang. Detik selanjutnya Via segera membersihkan ruangan, menyapu dengan vacuum cleaner dan mengepel dengan hati-hati sampai semuanya terlihat rapi dan bersih."Selamat pagi, Via," sapa Bram ramah saat Via tengah mengelap meja dapur."Selamat pagi, Tuan Bram. Anda nampak tampan pagi ini," puji Via.
Istri Cacat CEO Bab 9 Mentari tampak hampir tenggelam di arah barat saat Bram kembali ke unit meninggalkan Via dengan tergesa-gesa. "Apa yang terjadi?" Via bertanya heran namun Bram sama sekali tidak menjawabnya. Wajah Bram terlihat gusar setelah menjawab panggilan dari seseorang. Bram melangkah terlebih dahulu dan memasuki lift. Saat Via menyusulnya, pintu lift itu sudah tertutup. Via mematung disana. Ia bingung sekarang. Berada ditempat yang sama sekali tidak diketahuinya. Bodohnya Via, tidak memperhatikan Bram tadi saat memencet tombol. Saat ini dirinya sendirian, bingung dan sama sekali tak tahu apa yang harus dirinya lakukan.
Istri Cacat CEO Bab 10 Pagi yang cerah saat mentari bersinar seperti biasanya dari ufuk timur, membangkitkan kembali jiwa-jiwa yang terlelap di alam mimpi untuk segera berjibaku dengan rutinitas kehidupan mereka. Chiara tengah berada di kantor Sang Ayah. Pak Hadi memberikan laporan tentang keadaan perusahaan yang tengah berada diambang kebangkrutan. "Kita harus secepatnya mendapatkan investor, kalau tidak perusahaan mengalami hal yang buruk." Chiara memijat keningnya. Mengurus perusahaan bukan keahliannya. Selain membutuhkan dana yang besar, perusahaan juga membutuhkan orang yang kuat untuk mengembangkan perusahaan. Selama ini, Pak Hadi yang mengambil alih perusahaa
Istri Cacat CEO Bab 11 Christian baru saja menutup panggilan. Beberapa saat yang lalu, ayahnya mengabarkan bahwa dirinya baru saja datang bersama istri barunya ke Dubai untuk urusan bisnis sekalian berbulan madu dan merayakan pesta disana. 'Haruskan kau merusak pagiku, Dad?' Christian kesal hingga tak sengaja melemparkan ponselnya ke sudut kasur. Pagi-pagi mood-nya sudah turun hanya karena mendengar suara ayahnya. Christian keluar dari kamarnya. Indera penciumannya langsung menghirup aroma harum dari kopi yang sudah terhidang di meja. "Selam
Bab 12Hari yang cerah, saat seorang pemuda tampan menggenggam tangan seorang gadis kecil di sebuah taman yang indah, keduanya tampak bahagia sekali.Mereka saling melirik dan tersenyum penuh dengan kebahagiaan.Pemuda itu mengucapkan sebuah nama dan berikrar suci serta berjanji akan mendampinginya selamanya.Namun tiba-tiba, tempat itu dipenuhi dengan api yang berkobar. Tak lama kemudian, terdengar sebuah dentuman yang keras, sehingga membuat semua orang berhamburan menyelamatkan diri. Gadis itu begitu ketakutan hingga berteriak kesana-kemari memanggil orang-orang yang dia sayangi. Hingga beberapa saat tubuhnya terguncang hebat.Rosaline yang heran langsung mendekat ke arah ranjang. Ia melihat
Bab 13Hari sudah beranjak pagi, saat Via membuka matanya pelan. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia berada di ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan.Setelah melihat tangannya terpasang infus dan kepalanya yang dibalut perban. Barulah Via mengingat kejadian yang menimpa dirinya.Tak lama kemudian, seorang Suster memasuki ruangan."Anda sudah sadar, Nona?" tanyanya seraya mengecek infusnya. Via mengangguk.Melihat wajah Via yang cacat, Suster itu tidak tahan untuk bertanya."Apa yang menyebabkan wajahmu seperti itu? Kenapa kamu tidak segera mengobatinya?"Seakan tersadar, Via langsung meraba wajah bagian kirinya. Saat ini dia sangat malu kar
Bab 14Jalanan sore ini tidak terlalu ramai, mungkin karena hujan baru saja reda. Kabut tipis menjadi pemandangan yang indah dan menenangkan. Sebuah mobil mewah membawa Via kembali ke Unit Apartemen tempatnya bekerja setelah beberapa hari dirinya dirawat di Rumah Sakit.Suasana Unit sangat sepi, seolah tidak ada penghuninya.Via berpikir Bosnya sedang bekerja, karena ini masih jam kantor.Via memasuki kamarnya lalu teringat pada ponsel yang beberapa hari tidak disentuhnya.Ponsel itu mati. Ketika Via mengaktifkannya, dia tidak menemukan satu panggilan pun dari Chiara, padahal waktu itu dia berkali-kali mendengar panggilan dari wanita bermulut pedas itu.Via menarik napas panjang, lalu berba
Bab 15'Sialan, kemana gadis cacat itu pergi?' Chiara menahan kekesalan di hatinya. Dia tidak bisa menemukan Via dimanapun. Akhirnya ia pergi dengan tergesa sebelum ada orang lain yang mengetahui keberadaannya.Di hotel, Aleandro marah karena tidak menemukan Chiara di sampingnya. Lelaki itu mendengkus kesal dan akan memberi Chiara pelajaran.'Berani-beraninya dia pergi tanpa seijinku!'*****Di kantor saat istirahat tiba. Christian memesan makanan serupa yang Via masakkan di Unit. Christian mencicipi rasanya dengan perlahan. Baru satu suapan, lidahnya langsung menolak makanan itu.Christi