Share

22. Desir

Bima terkekeh melihat wajah kaget Siti. Dia beralih menghempaskan tubuh ke kasur. Melipat tangan di belakang kepala.

“Kenapa kamu tidur di sini?!” Siti menengok pada Bima.

“Kita kan sudah nikah, jadi ya ini kamar bersama.”

“Kamu pikir saya mau!” perempuan itu membelalak lagi, terus menggerutu kemudian, “belum mandi sudah naik tempat tidur!”

Bima terbangun menyamping dan menyanggah kepalanya dengan satu tangan. “Kamu mau saya mandi? Berati malam ini kamu berharap kita berhubungan sumi istri? Wah harusnya saya mandi dulu.” Bima beringsut duduk sembari memasang tampang berpikir.

Sebetulnya apa yang dipikirkan Bima, bukankah harusnya dia sedih tidak jadi menikahi Ajeng, atau memang dia menjadikan Siti sebagai bahan hiburan sementara untuk meringankan kesedihannya. Siti terus mengikuti pikiran negatifnya. Perempuan itu segera memukuli Bima dengan bantal.

“Aduh, sakit!” Bima memegangi tangan Siti sembari tertawa.

“Kenapa kamu malah tertawa?” rengut Siti kemudian.

“Enggak kenapa-kenapa. Say
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status