Hari ini Metta menemui Yura di fakultasnya. Dia sudah janji pada Ken untuk tidak berurusan lagi dengan Yura. Metta tidak ingin kakaknya itu semakin marah padanya. Karena itu Metta berniat untuk berhenti mendekatkan Ken dengan Yura. Dia akan mencari cara lain agar Ayana menjauh dari kakaknya."Gue mau ngomong sama lo," kata Metta saat melihat Yura yang baru saja keluar bersama beberapa temannya.Teman-temannya Yura seolah bertanya siapa gadis ini. Namun Yura hanya tersenyum kecil dan meminta mereka untuk lebih dulu pergi. Tidak ada yang tau kalau Yura berniat mendekati kakaknya Metta."Kalian duluan aja, gue ada perlu sama dia.""Oke. Nanti nyusul aja, ya."Gadis itu kini menatap Metta. "Ada Apa?""Gue mau berubah pikiran," kata Metta tiba-tiba."Maksud lo?""Kak Ken udah tau rencana kita. Jadi gue gak mau lagi berurusan sama Lo.""Itu karena lo ceroboh! Harusnya lo jangan matiin HP. Jadi Ken gak akan curiga hari itu."Metta mendelik. Kenapa dia yang harus disalahkan? Jelas ini bukan ha
"Maksudnya apa, Ren?" tanya Ayana. Saat ini mereka berada di luar kampus. Atau lebih tepatnya di salah satu kafe terdekat. Aya belum paham maksud dari ucapan Yura saat di kantin. Mungkin karena tidak ingin ada salah paham akhirnya lelaki itu membawa Ayana untuk berbicara berdua."Gue mau jujur aja sama lo," jawab Rendi sambil menatap Ayana lekat."Tentang?""Perasaan gue. Gue udah suka sama lo sejak-""Sebentar!" Ayana menatap Rendi seolah tak percaya. "Kamu suka sama aku? Ren, Kamu bercanda, kan?"Rendi menggeleng beberapa kali. Dia tau jika Ayana mungkin tidak akan percaya. Tapi siapa yang sangka jika dirinya memiliki perasaan untuk gadis itu? Terserahlah dengan hubungan pertemanan mereka. Yang namanya cinta itu datang tanpa diminta."Dengerin gue dulu ya, Ay. Gue emang beneran suka sama lo. Dari lama, saat kita awal ketemu."Ayana membuang wajah ke arah lain. "Kamu tau aku udah tunangan.""Terpaksa, kan?""Terpaksa atau bukan, aku juga gak bisa balas perasaan kamu."Gadis itu menata
"Mama sama Papa jadi pergi hari ini?" Ayana menekuk wajahnya melihat koper di hadapannya."Iya. Sebentar lagi kita pergi ke bandara.""Gak akan lama, kan?"Wanita itu tersenyum menatap putrinya. Dia tau kalau Ayana ini sedikit manja. Dia bahkan takut jika harus ditinggal di rumah sendiri. Tapi sesekali Ayana harus mandiri. Apalagi dia sudah bertunangan dan akan segera menikah."Cuma sebentar. Harusnya satu minggu, cuma karena Mama gak mau kamu kenapa-napa, kita cuma beberapa hari, kok.""Udah kamu gak usah khawatir. Mama sama Papa juga gak mungkin biarin kamu tinggal sendiri. Yang ada kamu keluyuran malem."Ayana menggeleng. Mana ada yang seperti itu? Tapi terkadang Alina memang keluar, sih. Bahkan beberapa kali mencoba diam-diam pergi keluar rumah hanya untuk nongkrong di luar. Tau saja Papanya ini."Jadi maksudnya?""Nanti sebentar lagi ada yang datang. Kamu tunggu aja.""Siapa, sih?" Ayana menebak-nebak orang yang dimaksud Papanya."Nanti juga tau. Papa sama Mama pergi dulu, ya. S
"kak Ken!!"Metta bergegas keluar dari lift setelah sampai di lantai atas, kantor Kakaknya. Setelah melihat Ayana yang jalan dengan pria lain Metta berusaha memberitahu Ken agar dia marah. Ini pasti seru. "Ey, ini kantor jangan teriak-teriak," tegur Tio sekertaris Kenneth. Pria itu sudah kenal Metta, adik sahabatnya yang memang suka berteriak."Kak Ken mana?""Di ruangannya. Jangan ber-"Tio tak melanjutkan ucapannya saat gadis itu langsung pergi menuju ruangan Kenneth. Metta sendiri buru-buru membuka pintu dan kembali menutupnya. Ia melihat Kakaknya tengah berdiri di dekat jendela sambil memegang sebuah kertas di tangannya. Menyadari seseorang masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu membuatnya segera menoleh.Sedikit terkejut karena melihat sang adik yang ada di sana. Karena Ken tau betul adiknya jarang datang ke kantor. "Kamu ngapain di sini?""Kak, aku mau ngasih tau sesuatu ini penting banget.""Ada apa?""Ayana jalan sama cowok lain," ucap Metta cepat.Kenneth mengangkat satu a
Kemarin Ken sama sekali tidak bertemu Ayana. Entah kemana gadis itu pergi. Teleponnya tidak diangkat dan pesannya diabaikan. Ken itu tidak suka diabaikan, apalagi gadis itu seperti sedang bermain-main dengannya. Ia masih bertanya-tanya siapa yang pergi dengan Ayana yang dimaksud Metta. Hari ini dia sampai mengosongkan jadwal hanya untuk menemuinya.Sampai di depan rumahnya, Ken justru melihat sebuah mobil berwarna merah yang terparkir. Sedangkan mobil orang tuanya Ayana tidak ada. Ternyata benar mereka sedang pergi ke luar kota.Saat melihat Mobil Kenneth berhenti di depan pagar dan memberi klakson, satpam rumah segera membukanya. "Eh, mas Ken datang lagi.""Ada tamu, Pak?" tanya Ken padanya."Cowok yang kemarin itu. Nginep di sini, mas."Menginap? Ken memanas sekarang. Seorang laki-laki datang ke rumah tunangannya dan menginap? Dia bergegas membawa mobilnya masuk ke dalam pekarangan rumah. Setelah memarkirkannya di sana pria itu langsung menuju pintu utama. Satpam tadi memukul mulut
Setelah minum-minum di kafe tiga orang itu berniat pergi ke tempat lain. Sebenarnya hari ini Ken membutuhkan quality time bersama, Ayana yang ingin me time, dan Sean yang akan pergi kemana Ayana pergi.Sejak di kafe Ayana lebih banyak bicara dengan Sean dibandingkan bersama Kenneth. Itu menyebalkan, sungguh. Tapi selama ia masih melihat gadis itu tersenyum dan tertawa rasanya lebih baik.Mereka berjalan keluar kembali menuju parkiran. "pulang aja, deh," kata Ayana menekuk bibirnya ke bawah."Kenapa? Kamu sakit?" tanya Ken sedikit panik."Enggak. Cuma males keluar aja. Ini hari libur jadi aku mau di rumah.""Ay, orang itu kalau libur ya dipake waktunya buat jalan-jalan. Refreshing," celetuk Sean."Yaudah kalian berdua aja yang pergi."Kenneth dan Sean saling tatap kemudian menggeleng bersamaan. Ken itu hanya ingin berdua dengan Ayana untuk mendekatkan hubungan mereka. Kalau ada orang ini rencananya tidak berjalan karena Ayana lebih dekat dengan Sean. Berakhir Ken yang diabaikan.Ayana
"Kamu harus kuat, Mas. Aku gak mau kehilangan kamu," ucap Mirna dengan memegangi tangan suaminya.Sudah satu hari setelah perawatan akhirnya sang suami bisa sadar. Walaupun kondisinya lemah karena benturan cukup kuat dibagian kepalanya yang harus dioperasi. Dia masih harus menjalani perawatan yang cukup intens. Dengan beberapa alat rumah sakit yang menempel ditubuhnya."Ken sama Metta mana?" lirih Abimanyu dengan susah payah. Bahkan untuk berbicara saja rasanya sulit."Mereka lagi di perjalanan ke sini.""Aku..."Mirna menunggu suaminya mengatakan sesuatu. "Kenapa, Mas?"Aku punya permintaan untuk Ken.""Permintaan apa?"Belum sempat berbicara, pintu ruangan terbuka. Datang Ken serta Metta secara bersamaan. Padahal hari ini Metta ada kuliah pagi, tapi dia hanya ingin menemani Papanya. Semalaman gadis itu menangis."Papa."Metta tersenyum getir melihat kondisi Papanya. Dia terbaring lemah dengan wajah pucat dan selang oksigen yang masih dikenakan. Metta memeluknya sekilas walaupun tid
Ayana benar-benar terkejut karena kedatangan orang tuanya dipercepat. Siang tadi Ken bilang mereka akan pulang besok tapi ternyata orang tuanya langsung berangkat dan sampai di sore hari. Gadis itu tak mau keluar rumah karena takut dipaksa pergi oleh Kenneth. Bahkan dia mengurung diri di kamar. Bayangkan saja siapa yang mau melakukan pernikahan mendadak? Ayana sudah mengikuti kemauan orang tuanya untuk bertunangan dengan Ken tapi kalau harus menikah sekarang dia tidak mau."Ay, ayo keluar sayang. Kita harus ke rumah sakit sekarang sebelum Papanya Ken dioperasi."Ayana menutup telinganya saat mendengar suara Mamanya dari balik pintu. "Gak mau! Mama sama Papa jauh-jauh datang ke sini cuma buat liat aku nikah? Aku gak siap!""Kamu gak kasian sama Om Abi? Ini Tante Mirna udah telepon terus.""Kenapa gak ada yang kasian sama aku?" balas Ayana berteriak.Di luar pintu sana ada juga Kenneth. Ia terdiam mendengar teriakan Ayana. Jika gadis itu terpaksa lebih baik tidak. Ken tidak mau melanjut