Dita mengayunkan langka kaki nya-pelan, menyusuri lorong panjang-yang akan membawa gadis itu menuju gerbang kampus. Hari-hari nya yang dilalui Dita terasa sunyi, sejak Jeni mendiamkan nya, apalagi hari ini Lisa tidak masuk kampus. Dan-jika-bertanya, kenapa Dita tidak bersama Aditya, padahal pria itu adalah suami nya? Jawaban nya, Dita sama sekali tidak perduli, dengan apa yang Aditya lakukan. Langka kaki yang tengah Dita ayunkan, harus dgadis itu hentikan, saat dari jauh-diri nya mendapati Dina, yang berada di depan nya. "Dina--," gumam Dita pelan, dengan pandangan yang terus dia bawah, pada gadis muda itu. Tak-ingin terjadi pertikaian lagi, seperti hari kemarin, Dita memutuskan untuk berbelok arah, guna menghindari Dina. Namun, alunan langka kaki itu Dita hentikan, saat tiba-tiba saja Dina bersuara pada nya, "Tinggalkan-Aditya!" Dita bersuara dengan tegas, namun kata-kata yang dia lontarkan penuh akan amarahdi dalam nya. Dita-masih mematung di tempat nya, dengan tubuh masih set
Ada apa dengan nya? Aditya sendiri pun tak mengerti, namun-suasana hati nya saat ini, benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Api-amarah yang saat ini bersarang di dalam nya, membuat Aditya memutuskan menghabiskan waktu nya di kolam renang, yang berada tepat di bawah balkon kamar nya. Menyelam-sedalam mungkin, hingga beberapa menit lama nya. Kembali muncul di permukaan, dengan napas nya yang memburu. Mengusap kasar wajah itu, tercetak jelas kebencian dari sorot mata nya, saat bayangan kebersaan Dita, dan Arman-kembali melintas dalam pikiran nya. Senyuman Dita, kebahagiaan wanita itu-saat bersama Arman, membuat api yang sudah ada di dalam diri Aditya, kian membara. Aditya memutuskan untuk menyudahi aktifitas mandi nya, saat mendapati senja yang sudah menyapa. Melilitkan handuk di pinggang nya, lelaki tampan itu- menjangkau ponsel nya yang tersimpan di atas meja. Sebuah pesan dalam berupa kiriman gambar, masuk ke dalam aplikasi hijau, dan Aditya segera membuka nya. Gambar-gambar k
Membiarkan beberapa detik milik nya-masih terbenam di dalam sana, setelah mencapai puncak dalam perjalanan bercinta nya bersama Dita, akhir nya Aditya mencabut pusaka itu. Menatap pada milik Dita, yang basah, bercampur darah, dan juga, cairan dari nya. Seringai tercetak di sudut bibir Aditya, bangga sebab telah mengambil kegadisan, dari istri nya. Menyandarkan tubuh nya pada dinding bathube, menatap pada Dita-yang masih bersandar, dengan kondisi nya yang berantakan. Senyuman kembali tercetak di wajah Aditya, saat mendapati tanda-tanda merah-yang dia ciptakan, pada sekujur tubuh Dita. Apa lagi payu darah wanita itu, yang nampak ada sedikit luka, akibat gigitan kecil dari nya. "Kau-masih hanyut, dalam permainan kita?!" Suara Aditya-berhasil membuat Dita, kembali pada dunia nya. Membuka kedua mata nya pelan, kembali menyadari-apa yang baru saja terjadi. Segera menyambar kain-yang menggantung pada bibir bathube, dan menutupi tubuh polos nya. Dan-apa yang Dita lakukan, membuat Aditya sek
Kembali di posisi intim bersama Aditya, membuat Dita malu. Jelas masih hangat terasa, tentang kejadian tadi malam. Selama ini-hubungan nya, dan Aditya, hanya sebuah status, tanpa ada nya kemesraan sama sekali, layak nya-pasangan suami-istri pada umum nya. Namun, semalam kedua nya telah melakukan penyatuan. Sangat merasa canggung, dengan suasana pagi ini, Dita setia melemparkan pandangan nya ke arah luar, menikmati indah kota J, di pagi hari."Apa dia masih kesal, sama, gue? Sebab sedari tadi, dia hanya diam saja," gumam Aditya dalam hati. Sesekali pria berwajah tampan itu, melirikkan mata nya menatap Dita. Merasa di-abaikan oleh wanita itu, Aditya berpura-pura batuk. UHUUKUHUUKUHUUKApa yang Aditya lakukan, berhasil mengalihkan pandangan Dita, walaupun wanita itu, hanya sekedar melirik saja, dan itu tertangkap oleh diri nya. "Lo, marah sama-gue?""Marah?" sahut Dita, yang kini membalikkan wajah nya penuh pada pria di sebelah nya."Iya. Dari tadi, lo hanya diam saja, dan terus me
Tengah tak menentu suasana hati itu-atas apa yang terjadi dalam hubungan nya, dan Aditya. Dita memilih menghabiskan waktu nya di taman, setelah mengikuti satu mata kuliah. Mengayunkan langka kaki nya menuju taman. Namun-saat memijakkan kedua kaki nya taman itu, Dita mendapati keberadaan Jeni, yang tengah membaca buku, dan hanya se-orang diri. Merasa ini moment yang tepat bagi nya, untuk membereskan masalah nya, dan wanita itu, Dita segera membawa langka nya, menuju Jeni, yang sama sekali tak menyadari kedatangan nya. Begitu fokus, membaca sebuah novel karya Khalil Gibran. Mendapati ada nya bayangan yang menuju pada nya, Jeni seketika mengangkat wajah nya. Raut wajah itu berubah, setelah mendapati kedatangan Dita. Segera bangun, dan melangkah pergi. Namun, alunan langka itu-harus dia hentikan, saat tiba-tiba saja Dita bersuara pada nya, "Aku ingin berbicara dengan mu!" Membalikkan tubuh nya menghadap pada Dita, menatap pada wanita itu, "Aku rasa, tidak ada yang perlu di bicarakan!" s
Hari berlalu begitu cepat. Tidak terasa, moment yang di tunggu-tungu oleh Aditya, dan juga Dita- selama ini, akhir nya datang. Hari bersejarah itu tiba, dengan menyabet gelar, yang mereka kejar selama mengenyam pendidikan di kampus Bima Bangsa, salah satu kampus bergengsi yang ada di kota J.Senyum bahagia yang dirasakan oleh Mahasiswa-mahasiswa saat ini, sangat berbanding terbalik dengan apa yang Dita rasakan. Tak ada sama sekali pancaran kebahagian di sana, hanya murung, dan terlihat jelas kesedihan di wajah, yang berbingkai kaca mata minus nya. Bukan tanpa alasan-Dita terlihat tak bersemangat, sebab wanita itu telah memantapkan hati nya untuk pergi kehidupan Aditya selama nya, setelah diri nya di wisuda. Dita, hanya tidak ingin Aditya terjebak dalam situasi yang salah seperti ini, selama nya, dan memberikan kebahagian buat pria itu, dengan cinta nya yang sesungguh nya. Senyuman terus terukir di wajah Dita, saat memandang Aditya-dan Dina, dan ke dua sahabat pria itu, Roki, dan Dio
2 tahun, kemudianWaktu berlalu begitu cepat, dan tidak terasa 2 tahun telah berlalu, sejak pergi nya Dita dari kehidupan seorang Aditya Wijaya. Bukan hanya meninggalkan kenangan, namun-wanita itu berhasil membuat kebencian yang begitu mendalam dalam diri pria itu. Walaupun hari-hari itu terasa berat-untuk dia lalui, namun-kenyataan nya-hidup harus tetap berlanjut. Hingga kini diri nya, berakhir menikah dengan Jeni. Aditya tidak pernah menyangkah, malam itu-dia akan berakhir dalam satu ranjang bersama Jeni, yang tak lain adalah sahabat, dari Dita. Tak ada cinta, membuat rumah tangga Aditya, dan Jeni jalani, terasa nelangsa. Berpura-pura bahagia di depan media, maupun ke dua orang tua, namun nyata nya semua itu palsu. Bandara.Cantik. Itulah penampakkan sosok wanita, yang saat ini-tengah berjalan dengan anggun nya. Mengayunkan langka kaki nya-menuju pintu ke luar, sembari satu tangan nya, menarik sebuah koper. Kaca mata hitam bertengger di atas hidung mancung nya, dalam balutan celan
Malam hari, kediaman Herman WijayaSuara deru mesin mobil yang memasuki halaman depan rumah nya, membuat wajah yang sudah nampak bergelambir itu, tersenyum bahagia. Mama Nita segera-meninggalkan kegiatan nya menyiapkan makan malam, agar bisa menyambut kedatangan anak, dan juga menantu nya."Bibi Siti, kau lanjutkan. Aku, akan menyambangi Jeni, dan juga Aditya. Mereka sudah datang," ujar Mama Nita, dan langsung di-iyakan oleh pelayan paruh baya itu.Saat diri nya, dan Aditya telah berada di luar mobil, Jeni segera membawa langka kaki nya menghampiri Aditya. Menggandeng-mesrah sang suami, namun-Aditya berusaha untuk melepaskan tangan wanita itu. Terus berusaha, namun-Jeni tetap mengeratkan gandengan tangan itu, dengan memasang senyum tanpa dosa nya, pada Aditya yang menatap nya dengan murka, hingga seketika pasangan suami-istri itu di kejutkan dengan kedatangan Mama Nita."Kalian, sudah datang?" tanya Mama Nita, dengan membawa langka kaki nya, menghampiri Aditya, dan juga Jeni. Wanita p