Share

HARUS MENIKAHINYA

Bu Mega menarik kuping Aska dan menyeretnya ke arah Naura dan bayinya.

"Aaaarrghh!! Sakit Mi," ringis Aska yang juga merasa malu ketika ia diperlakukan seperti ini di depan karyawannya sendiri.

Bu Mega kemudian melepaskan jewerannya pada Aska dan menunjuk ke arah Naura, "Siapa dia!? Kenapa dia memakai pakaianmu? Lalu bayi ini?"

Aska menunduk pasrah, "Dia bayi Aska Mi."

Sedangkan Naura tampak cemas karena berada di situasi yang menegangkan.

"APA!!? JADI KALIAN BERDUA SUDAH MEMILIKI ANAK TAPI TIDAK MEMBERITAHU SAYA?"

Naura menggelengkan kepalanya, "Bayi ini bukan-"

"STOP!! MAMI GAK MAU TAHU, SECEPATNYA KALIAN HARUS MENIKAH."

Bukan hanya Naura saja yang shock, tetapi Aska pun turut terkejut dengan apa yang dilontarkan oleh ibunya itu.

Saat Naura hendak mengatakan yang sebenarnya, tiba-tiba saja Aska menahan tangannya.

"Baik Mi, kita akan menikah secepatnya."

Perkataan Aska bahkan lebih membuatnya terkejut, ia tidak mungkin menikah dengan seseorang yang tidak ia sukai, terlebih Aska adalah bosnya yang terkenal sangat buaya.

"Pak-"

"Udah kamu nurut aja sekarang," gumam Aska yang sedikit berbisik.

"Baguslah! Mami akan menyiapkan acara yang paling mewah untuk kalian berdua dan mengundang banyak tamu serta rekan kerja kita."

"Jangan Mi, kita adakan secara sederhana saja."

Bu Mega tampak tak setuju, "Mana bisa seperti itu! Kamu itu seorang CEO dan anak Mami satu-satunya, jelas saja Mami menginginkan pernikahan yang megah untuk kalian berdua."

"Tapi Mi, apa kata orang-orang nanti kalo Aska sudah punya anak duluan?"

Bu Mega merenungkan perkataan Aska, "Kamu benar juga."

"Kita adakan acara sederhana saja Mi, cukup keluarga dan kerabat terdekat saja yang di undang."

"Baiklah kalau begitu!" Angguk Bu Mega yang akhirnya setuju.

"Emmmm emm," bayi itu tampak berceloteh sehingga membuat Bu Mega menjatuhkan fokusnya pada sang bayi.

"Cucuku…" Senyumnya yang kemudian mengambil alih bayi tersebut dari pelukan Naura, "Siapa namanya?"

Naura melirik ke arah Aska ketika Bu Mega bertanya padanya.

"E namanya Viola Mi," timpal Aska.

"Namanya sangat lucu! Mami bawa jalan-jalan ya?"

"Tapi Viola belum mandi Bu," sela Naura yang membuat Bu Mega melotot.

"Ibu? Kami masih berani panggil saya ibu? Kamu kan sebentar lagi jadi menantu saya, seharusnya kamu panggil saya Mami donk."

Naura menggaruk tengkuknya, "Iya Mi."

"Ya udah kalau gitu Mami ke luar dulu ya?" seru Bu Mega yang begitu senang mendapatkan cucu dadakan.

Setelah Bu Mega keluar dari kamar tersebut, Aska langsung menarik Naura untuk duduk di sofa dengan dirinya yang kemudian mengunci pintu.

"Naura, mungkin ini terkesan dadakan tapi kamu mau kan menikah dengan saya?" pinta Aska dengan sungguh-sungguh.

Naura tertawa terbahak-bahak, "Lawak nih bapak."

"Saya serius Ra."

Tawa itu tergantikan dengan keheningan sampai akhirnya Aska kembali bertanya, "Kamu mau kan!?"

"No! Saya gak mungkin nikah di usia muda Pak, apalagi saya harus menikah dengan orang yang tidak saya cintai. Saya gak mau!" tolak Naura mentah-mentah.

Ia bahkan tak peduli jika Aska adalah seorang sultan andara atau pria sejuta karisma, karena yang ia pentingkan adalah masa mudanya.

"Memangnya umur kamu berapa?" Tanya Aska sembari mengangkat dagu.

"23 tahun."

"Kita hanya berbeda 4 tahun saja, dan saya rasa menikah di usia 23 tahun termasuk ideal."

"Tapi saya gak cinta sama Bapak! Saya tidak mau menyia-nyiakan masa muda saya."

"Memangnya kamu pikir saya cinta sama kamu? Ya walaupun kamu cantik."

Naura memutar bola matanya, "Lalu untuk apa kita menikah?"

"Demi bayi dan ibu saya."

Naura menggelengkan kepalanya, "Lalu bagaimana dengan saya?"

"Emm kita nikah kontrak saja, bagaimana?"

"Nikah kontrak?" ulang Naura.

"Saya akan memberikan rumah, mobil dan sejumlah uang jika kamu menikah dengan saya. Kita bisa bercerai setelah satu tahun kita menikah," tawar Aska yang begitu menggiurkan.

"Tapi bagaimana dengan ibu saya? Beliau pasti tidak akan menyetujui hal gila seperti ini."

"Jangan beritahu dia, lagian ini hanya pernikahan pura-pura. Aku akan meminta salah seorang wali yang nantinya akan menggandengmu di altar nanti," jelas Aska.

"Tapi saya merasa salah jika harus membohongi ibu saya, Pak."

"Menurutmu apa dia akan setuju jika kamu menikah karena dasar kesepakatan? Ini peluang untukmu Naura, kamu bisa mendapatkan rumah dan apa yang kamu inginkan untuk membahagiakan ibumu. Setelah semuanya berakhir saya juga tidak akan memintamu untuk tetap bersama dengan saya, karena saya pasti akan mencari sosok ibu yang bisa menerima Vio dengan baik. Kamu bisa keluar dari perusahaan saya dan membangun usahamu sendiri, hanya satu tahun saja Naura."

"Beri saya waktu Pak, karena ini berat bagi saya."

"Tidak ada waktu lagi Ra, Vio menyukaimu belum lagi kamu berada di tempat tidurku dengan mengenakan pakaian milikku. Akan susah menjelaskannya pada Mami kalau kamu hanya seorang karyawan," bujuk Aska.

"Tapi-"

"Saya tidak memiliki banyak waktu untuk mencari perempuan yang bisa menjaga Vio seperti kamu, kamu lihat? Bagaimana Vio merasa tenang saat bersamamu? Apa kamu tidak kasihan padanya?"

Sebenarnya Naura juga merasa kasihan padanya, belum lagi tawaran yang diberikan Aska begitu menggiurkan.

"Baiklah, saya setuju."

Saking senangnya Aska memeluk Naura, "Terimakasih Ra! Kamu adalah penyelamat hidup saya."

"Tapi saya gak bisa nafas Pak!" tepuk Naura pada bahu Aska.

Aska segera melepaskan pelukannya, "Maafkan saya! Saya terlalu senang dan bersemangat, secepatnya saya akan membuat surat kontrak untuk pernikahan kita."

"Perlu di garis bawahi bahwa setelah kita menikah hanya status kita saja yang berubah, bapak tidak boleh menyentuh saya dan kita tidak boleh tidur di satu ranjang yang sama, serta apapun yang melibatkan fisik dan bersentuhan."

"Lalu bagaimana jika Mami saya curiga kalo kita terlalu jauh seperti itu?"

"Emm kita akan terlihat seperti pasangan pada umumnya jika di hadapan Bu Mega, tapi jangan berlebihan!" pesan Naura.

"Siap! Saya akan mencantumkan syarat kamu dikontrak pernikahan kita nanti."

"Sepertinya saya harus izin pulang Pak, karena saya harus mengganti pakaian."

"Tidak! Akan sangat membahayakan jika kamu pulang dalam keadaan seperti ini. Saya akan meminta Hana untuk menyiapkan pakaianmu," tahan Aska yang kemudian memencet sebuah bel yang ada di dekat ranjangnya.

Tak berselang lama seorang wanita paruh baya datang, yang Naura ketahui bahwa beliau adalah kepala maid di rumah Aska.

"Ada apa Tuan muda?" Tanya Hana dengan ramah.

"Hana, saya meminta kamu untuk memesankan pakaian untuk calon istri saya. Apa bisa pagi ini harus tersedia?"

Hana tersenyum dan mengangguk, "Tentu saja! Kalau begitu saya akan menghubungi beberapa butik untuk datang kemari."

"Baiklah! Kamu atur saja bagaimana baiknya karena saya harus membersihkan tubuh saya sekarang," ucap Aska yang kemudian mengambil satu set pakaian dari dalam lemari lalu melenggangkan kakinya untuk kembali ke kamar sebelumnya.

Perlahan Naura menghampiri Hanna, "Maaf Bu… apa saya boleh memesan satu set dalaman?"

"Panggil saja saya Hana."

"Baik Hana."

"Untuk permintaan anda pasti akan saya pesankan."

Naura menganggukkan kepalanya, "Terima kasih."

"Lebih baik anda sekarang membersihkan diri, karena sekitar setengah jam lagi mereka akan datang membawakan beberapa pakaian untuk anda."

"Tapi saya tidak memiliki alat mandi," jawab Naura.

"Saya akan meminta seorang maid untuk menyiapkannya untuk anda, saya pamit undur diri."

"Iya."

Kemudian sang kepala maid pun berlalu dari kamar Aska yang luasnya bukan main.

"Ternyata tinggal disini sangat mudah, apapun yang tuannya inginkan mereka dengan sigap menyiapkannya."

Sedangkan di taman, Bu Mega tampak bermain dengan Viola yang berada di gendongannya.

"Cantiknya cucu Oma…"

Aska tersenyum ketika melihat ibunya yang tengah bersantai di gazebo taman, perlahan ia mendekatinya.

"Aska, Viola sangat mirip denganmu. Sepertinya dia adalah dirimu di versi perempuan," kekeh Bu Mega.

"Benarkah?"

"Iya! Saat kamu bayi, kamu terlihat sama seperti Vio. Mulai dari hidung, bibir dan bentuk wajahnya."

"Tentu saja! Vio kan anaknya Aska."

"Oh iya! Kenapa kamu tidak memberitahu Mami kalo kamu sudah punya anak?"

"Em maaf Mi, ini semua terjadi begitu saja dan Aska takut untuk memberitahu Mami soal ini."

"Kenapa harus takut? Mami pasti akan menerima pilihanmu, justru Mami tidak suka jika kamu menyimpan rahasia di belakang Mami."

"Aska janji ini yang terakhir kalinya Aska mengecewakan Mami."

Bu Mega mengangguk, "Iya Mami maklumi selagi kamu bertanggung jawab dan menikahi kekasihmu."

"Tentu saja Mi, makanya Aska membawa mereka untuk tinggal disini."

"Siapa nama kekasihmu itu?"

"Dia Naura Mi, Naura Pratiwi."

Bersambung,

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nenah
ya ampunnn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status