"Tu... Tuan Jo." ucap Ara lagi.Yakin memang pria tersebut adalah ayah dari bayi yang sedang di kandungnya.Ara menjauhkan tangannya ketika ingin membalik tubuh Joan.Dan ingin meninggalkannya, karena Ara ingin benar-benar melupakan pria tersebut.Namun, ia urungkan. Hati kecilnya begitu iba dengan kondisi Joan yang begitu berantakan. Apa lagi ada beberapa luka di wajahnya.'Ra, abaikan saja dia. Ingat apa yang sudah dia lakukan padamu' ucap Ara pada dirinya sendiri. Berharap ia membuang jauh rasa ibanya pada Joan.Hingga akhirnya, Ara melangkahkan kakinya ingin segera meninggalkan pria yang masih berstatus sebagai suaminya.Dan sekarang kembali ia urungkan. Bukan karena hati kecilnya merasa iba dengan kondisi Joan.Tapi salah satu kaki Ara dipegang oleh Joan. "To... to... tolong aku." ucap Joan terbata.Sampai akhirnya Ara menolong Joan, dan membawanya pulang. Dengan di bantu oleh warga yang kebetulan melewati jalanan dimana ia berada.Bukan hanya itu saja, tapi Ara juga memanggil do
"Ra." panggil Joan, karena gadis yang berstatus sebagai istrinya tersebut hanya diam mematung dan tidak menimpali apa yang diucapkannya. "Aku tahu, kamu pasti ragu dengan apa yang aku katakan. Tapi sekali lagi, aku berjanji padamu akan menjadi suami dan juga ayah yang baik untuk kamu dan juga anak kita." Joan terus meyakinkan Ara, satu-satunya orang yang bisa menjadi jalan untuk mendapatkan kemewahan lagi dari sang kakek.Sekarang Ara menatap wajah Joan, masih tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut pria tersebut."Aku akan membuktikan padamu, Ra. Agar kamu tidak ragu lagi denganku,""Buktikan saja dan jangan banyak bicara." ujar Ara spontan. Ingin tahu apakah yang Joan katakan benar atau tidak."Baik aku akan membuktikan padamu, Ra." kata Joan, dan kembali meraih satu tangan Ara dan menggenggamnya. "Terima kasih, Ra. Kamu sudah memberi kesempatan untukku menjadi suami yang baik untukmu."Ara hanya menanggukkan kepalanya, dan segera keluar dari dalam kamar tersebut.Entah k
Ara bisa menjauhkan Rehan yang sekali lagi memukul Joan."Kak sudah." kata Ara dan terus memeluk tubuh Rehan untuk menjauhkannya dari Joan, dimana ia begitu terkejut mendapat serangan tiba-tiba dari Rehan.Rehan melepas kedua tangan Ara yang masih memeluk tubuhnya. Lalu memegang kedua bahunya agar ia bisa menatap lekat gadis yang masih mendiami hatinya."Sejak kapan dia berada disini?" tanyanya, nadanya datar untuk menahan marah.Tentu saja Rehan marah melihat pria yang ia tahu telah melukai Ara, kini berada di rumah tempatnya tinggal."Seminggu yang lalu Kak.""Apa! Seminggu? Dan kamu tidak memberi tahu aku?""Beberapa kali aku ingin memberi tahu Kak Rehan, tapi belum juga memberi tahu. Kak Rehan sudah lebih dulu menutup sambungan telepon.""Tapi kamu bisa mengirim pesan Ra.""Maaf Kak, aku tidak terpikir.""Apa dia melakukan sesuatu padamu?" Ara menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Rehan."Kenapa kamu membiarkan dia tinggal disini?" tanyanya dengan kedua bola matanya me
Kakek Janned tidak terkejut mendengar penjelasan Rehan mengenai cucunya.Karena dimana Joan sekarang berada, tidak terlepas dari campur tangan kakek Janned.Dimana ia sudah membayar uang dengan jumlah yang tidak sedikit untuk membebaskan Joan dari musuhnya.Hingga akhirnya Joan di turunkan paksa dari truk yang ia tumpangi, itu semua termasuk dalam rencana kakek Janned.Agar Joan dan juga Ara kembali bertemu, tanpa sepengetahuan keduanya.Karena jujur, kakek Janned ingin keduanya hidup bersama sampai maut memisahkan mereka."Bagaimana dengan hubungan keduanya?" kata Kakek Janned pada Rehan. "Kurang tahu Tuan, Tuan pasti tahu aku baru kembali dari kota."Kakek Janned hanya menganggukkan kepalanya menimpali ucapan dari Rehan. "Aku berharap, kamu bisa menyatukan mereka. Dan tenang, ada imbalan yang lebih besar untukmu jika kamu berhasil."Rehan tidak menanggapi ucapan dari kakek Janned, tidak ia pungkiri. Rehan membutuhkan uang untuk melunasi hutangnya di bank.Tapi ia tidak akan rela, j
Namun, Rehan tidak ingin menanggapi apa yang Joan katakan."Kamu bukan siapa-siapa bagi Ara, jadi jangan banyak mengatur. Aku suaminya, dan hanya aku yang berhak atas Ara, paham!" seru Jaon, mengingatkan Rehan yang tidak menanggapi ucapannya."Pelankan suaramu." pinta Ara pada Joan.Karena bagaimanapun, Rehan adalah salah satu orang yang sangat baik dan juga berjasa bagi Ara.Joan menoleh pada Ara. "Tapi dia sudah keterlaluan, Ra."Ara tersenyum dengan satu tangannya mengelus lengan Joan. Dan ini untuk pertama kalinya dengan sengaja Ara memegang lengan Joan. "Tapi Kak Rehan sudah sangat baik, mau menampung aku di tempatnya. Bukan hanya aku, tapi juga kamu.""Ah terserah padamu!" entah mengapa Joan merasa kesal dengan apa yang Ara katakan, karena ia merasa sang istri membela Rehan.Membuatnya segera beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamar, tanpa mengatakan apapun lagi.Meninggalkan Ara dan juga Rehan yang sekarang berjalan mendekatinya."Ra, aku tahu dia suamimu. Tapi pertimbang
Beberapa minggu berlalu, dan tidak terasa usia kandungan Ara sudah memasuki usia empat bulan.Beruntungnya Ara tidak mengalami ngidam seperti wanita hamil pada umumnya, dan di usia kandungannya sekarang nafsu makan Ara meningkat, membuat perutnya terlihat lebih besar dari ukuran normal wanita hamil empat bulan.Tentu saja Ara masih tinggal bersama dengan Rehan dan juga sang suami.Meskipun beberapa saat lalu, hampir saja Ara mengikuti Joan kembali ke kota.Namun, tiba-tiba kakek Janned melarangnya. Takut perubahan besar yang Joan buktinya hanyalah sebuah sandiwara.Hingga kakek Janned yang sering menghubungi Ara, memberitahu semuanya jika ia telah lama mengetahui keberadaannya dan juga Joan, bukan hanya itu. Kakek Janned juga sudah berterus terang jika finansial yang tidak pernah ada habisnya dari Rehan, tidak lain dan tidak bukan kakek Janned yang memberikannya.Dan kakek Janned meminta Ara untuk tetap tinggal di kota tersebut bersama Joan dan juga Rehan.Tentu saja karena seringnya
Hujan di pagi hati semakin lebat, membuat orang normal pada umumnya merasakan dingin hingga menusuk tulang.Tapi tidak dengan sepasang suami istri yang sedang menikmati aktivitas panas diatas tempat tidur.Dimana keduanya sedang beradu peluh, seiringan dengan intensitas aktivitas panas yang semakin lama semakin membuat keduanya terlarut dalam kenikmatan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Aku– emmm." Ara tidak jadi meneruskan ucapannya, bingung ingin mengatakan apa untuk mendeskripsikan rasa nikmat yang luar biasa.Dan baru kali ini Ara merasakan rasa nikmat yang luar biasa dari dalam tubuhnya, meskipun ini yang kedua kalinya ada benda tumpul masuk ke dalam daerah sensitifnya.Mungkin karena aktivitas yang sedang ia lakukan saat ini dengan Joan tanpa paksaan, dan dengan sadar Ara melakukannya, setelah beberapa saat lalu Joan meminta haknya sebagai suami.Dan Ara yang sudah menaruh hati pada Joan suaminya tersebut, tidak menolak ajakannya.Yang ada Ara penasaran dengan permi
"Aww!" Ara memekik ketika tubuhnya di dorong oleh Rehan keatas tempat tidur."Harusnya sudah sejak lama aku melakukan ini padamu, Ra. Agar kamu hanya menjadi milikku!"Ara tidak memperdulikan apa yang Rehan katakan, ia bingung melihat pria tersebut melepas dan melempar kaos yang dikenakannya.Setelahnya Ara beranjak dari tempat tidur, merasa tidak beres dengan Rehan yang mulai mendekat dengan tatapan tajam."Kak, apa yang Kak Rehan lakukan. Lepas!" teriak Ara, saat salah satu tangannya di cekal oleh Rehan."Aku bisa berbuat jahat padamu, Ra. Karena aku tidak suka, kamu bersama dengan pria itu paham!""Kak!" teriak Ara, karena kembali lagi Rehan mendorong tubuhnya dan jatuh kembali diatas kasur. "Kak, apa-apaan ini." Ara mendorong tubuh Rehan yang memaksanya untuk berbaring."Kamu hanya milikku, Ra.""Jo, tolong!" teriak Ara memanggil nama Joan sang suami. "Berisik!" seru Rehan, dengan satu tangannya mencengkram rahang Ara.Hingga gadis tersebut tidak bisa mengatakan apa pun.Namun, A