Elleana menuntun bahu David untuk duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Dengan perlahan, Elleana menaikkan kaki David ke tempat tidur dan melepaskan sepatunya. Kemudian, Elleana duduk di tepi tempat tidur, persis di samping David.Pria mata hazel itu mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Matanya memandang lurus ke depan, tak ingin menoleh sejenak pada Elleana yang ada di sampingnya.Elleana mendesah panjang. Ia menangkup rahang kokoh milik David dan membawa rahang itu agar saling menatap. Mata abu-abu Elleana mengunci mata hazel David.David berdecak sebal sambil melepaskan kasar tangan Elleana dari rahangnya. Dia membuang wajahnya ke sisi lain sambil mendengus kasar.Elleana merangkak naik dan duduk di pangkuan David, bibirnya menyeringai nakal. Elleana mendekatkan wajahnya ke ceruk leher David, mengendusnya, mengecupnya dan sesekali menjilatnya nakal. David menggeram rendah, permainan Elleana mampu membuat bagian tubuhnya menegang.Tangan Elleana membuka satu per satu kancing keme
Bulan sudah bersembunyi, kini tugasnya telah digantikan dengan sang surya yang tersenyum cerah di langit biru. Kilau sinarnya menerobos masuk ke kamar David melalui celah jendela.Kening Elleana mengernyit, kelopak matanya tertutup rapat saat kilau sinarnya mulai menyeruak menerangi kamar. Perlahan, kelopaknya terbuka. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali guna untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Elleana mengulum senyum manisnya. Pergelutan panasnya serta suara desahan mereka yang saling bersahutan masih bergema di telinganya. Bahkan mungkin desahan mereka sampai terdengar keluar karena saking kencangnya.Tangan kekar David melingkar di perut Elleana. Perlahan, ia memindahkan tangan kekar itu, tapi berat sekali seolah-olah memang si empunya sengaja mempertahankan tangannya di sana."Lepas, Dave, aku harus turun untuk menyiapkan sarapan atau mereka semua akan melawatkan sarapannya nanti hanya karena kau." Pinta Elleana lembut masih dengan posisi awalnya yang membelak
Elleana setengah berlarian kecil menuruni anak tangga sambil memakai arloji perak di pergelangan tangan kirinya. Ia juga menggantungkan tali tasnya di pundak. Jemari lentiknya mengumpulkan seluruh rambutnya, lalu mengikatnya asal bak ekor kuda. Elleana dengan telaten menyisir anak rambutnya agar menutupi bagian keningnya. Tanpa kaca pun hasil rambutnya lumayan rapi.“Ellea,”“Hmm?” Elleana hanya berdeham kecil sambil menoleh ke sumber suara untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Ternyata Juliant. Adik iparnya itu baru saja keluar dari dapur dan kini tengah melenggang gontai menuju ruang tamu.“Kau mau kemana? Buru-buru sekali.” Tanya Juliant dengan alis yang mengernyit dan sebelah tangannya yang dimasukkan ke saku celana. Pria itu memandang Elleana, menunggu jawaban istri dari kakaknya sambil menyeruput kopi hitam.“Aku mau pergi keluar,” Jawab Elleana seadanya sambil mengulum senyum ramahnya.Hari ini Elleana telah berjanji pada Lexa untuk membawa anak manis itu pergi berjalan-
Mata elang David menyapu bersih sekeliling mansion Miller yang begitu sepi. Dalam hati David bertanya-tanya, kemana perginya semua orang? David tahu kalau Mom Samantha lagi pergi keluar untuk menghadiri arisan sosialitanya, sedangkan Dad Diego sedang menghadiri jamuan makan siang koleganya secara pribadi. Yang David maksud adalah Elleana dan Juliant.Biasanya jika tidak ada pekerjaan, Juliant akan duduk santai di ruang tamu sambil tiduran dan bermain game online. Elleana juga, semenjak hubungan mereka berdua baik-baik saja, istrinya itu selalu menyambut hangat kepulangan David. Tapi, kali ini tidak. Lantas kemana Elleana? Mengapa batang hidung istrinya itu belum kelihatan juga sejak tadi.David memutuskan memacukan kaki panjangnya itu ke dapur, memeriksa Elleana di sana. Barang kali saja wanita mungil itu sedang berkutat di dapur bersama para pelayan, makanya tak menyadari kepulangannya.“E-eh, h-hai,” Sapa Audrey yang tak sengaja berpapasan di ambang pintu dapur dengan sang kakak sul
Selama dua bulan penuh rumah keluarga Miller terasa sangat damai, hubungan David dan Elleana pun semakin dekat dan semakin baik, setiap harinya pria mata hazel itu selalu menempel terus dengan Elleana. Tak ingin lepas walau hanya sedetik pun, seolah takut Elleana akan diambil oleh pria lain jika David lengah sedikit saja.Sudah dua bulan berlalu saat malam dimana David mengamuk dan hampir menyakiti Audrey, kakak beradik itu sempat saling menghindar satu minggu lamanya. Ralat, lebih tepatnya David lah yang selalu menghindar bahkan bersikap bak orang asing setiap kali berpapasan dengan Audrey.Elleana tahu, pastinya David menginginkan yang terbaik dan teraman untuk Audrey, tapi haruskah suaminya itu bersikap secuek itu pada Audrey? Tidakkah David berpikir sedikit saja bahwa sikapnya itu mungkin melukai hati kecil Audrey padahal bisa saja pertemuan Audrey dan Lucas hari itu memang benar-benar sebuah kebetulan. Untung saja, Elleana dan berbagai ide inisiatifnya bisa membuat kakak dan adik
Mobil mercy hitam yang membawa David dan Elleana berhenti di lobi hotel bintang lima yang megah di kota Manhattan, sudah disediakan karpet merah juga yang menjuntai di sepanjang lobi itu. Iya, benar sekali, ini adalah salah satu hotel milik Miller Company. Kekayaan Miller Family memang tidak perlu diragukan apalagi dipertanyakan.Belom juga turun, mobil hitam yang ditumpangi oleh David sudah di kepung oleh para wartawan yang membawa alat tulis beserta kamera di tangannya. Tentu saja para wartawan itu sangat menantikan momen David Miller yang jarang tertangkap oleh kamera media, dan pastinya mereka semua tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengambil gambar putra sulung Miller Family sekaligus sang pewaris Miller Company.Refleks, Elleana meremas lengan kekar David saat kilau putih dari kamera para wartawan yang saling bersahut-sahutan menembus kaca hitam mobil. Entah gambar seperti apa yang para wartawan itu harapkan untuk dirilis, tapi jujur saja Elleana merasa tid
Elleana melangkahkan kakinya keluar dari ballroom hotel itu, lama-lama dia jadi bosan. Tidak ada yang Elleana kenal, ditambah lagi ia memang bukan wanita penyuka pesta. Berbeda dengan David, suaminya itu justru senang bercengkerama dengan para tamu yang menghampirinya terutama jika wanita cantik. Melihat itu membuat Elleana menjadi gerah, apalagi jika terlalu lama bisa-bisa ia sesak napas lalu mati berdiri. Kaki Elleana bergerak menjauhi ballroom hotel. Dia memilih pergi ke belakang ballroom, di sana ada kolam renang. Lebih baik duduk bersantai menikmati sunyinya malam sambil menatap langit kelam yang dihiasi bintang-bintang, ditemani dengan segelas minuman segar. Baru juga di batas ambang pintu, langkah Elleana mendadak terhenti. Elleana mengurungkan sejenak niatnya untuk menikmati semilir angin malam kala ia melihat sepasang kekasih tengah berciuman panas. Elleana mengedikkan bahunya, lalu memutuskan untuk masuk ke ballroom saja daripada menonton orang berciuman. N
David melepas pungutannya, manik hazelnya menatap sendu ke dalam manik abu itu. Napasnya memburu akibat ciuman panas mereka. Kelopak Elleana terbuka pelan-pelan, lalu manik abunya bersitatap dengan manik milik David. Meskipun tajam dan membuat tubuh bergedik ngeri, tapi Elleana selalu merasa tersihir oleh tatapan suaminya itu."Coba katakan sekali lagi, Ellea. Aku ingin mendengarnya." Ucap David parau sambil menangkup lembut rahang Elleana.Elleana mengernyitkan keningnya, bertanya lewat tatapan matanya. Katakan saja kalau Elleana terkadang lamban dalam merespon kode-kode yang seperti itu. Otaknya berpikir keras mencerna ucapan David. Matanya mengerjap lambat kala ia sudah mengerti maksud pria mata hazel itu. Elleana membasahi bibir bawahnya yang mengering.Elleana semakin memajukan wajahnya pada David, tangannya terulur mengelus rahang tegas itu. Cup! Elleana mengecup bibir David singkat namun mencurahkan segala isi hatinya melalui kecupan itu. Elleana menyudahi kecupannya, ia menari