Elleana baru saja kembali dari restoran tempat ia bekerja, ia datang ke sana untuk menjawab berbagai pertanyaan dari atasan dan rekan kerjanya tentang Elleana yang menjadi pengantin pengganti dari David Miller kemarin. Tak hanya itu, Elleana juga meminta mereka semua untuk memperlakukannya seperti biasa meskipun kini Elleana sudah menjadi menantu sulung dari keluarga Miller. Untungnya mereka semua paham dan menyetujui permintaannya.Elleana melepas mantel dinginnya sambil meniupkan hawa panas ke telapak tangannya. Elleana menggantung mantel dinginnya di tempat gantungan dekat pintu, lalu ia berjalan ke dapur. Kepala pelayan bersama lima orang pelayan sedang sibuk berkutat dengan bahan-bahan masakan. Elleana menghampiri mereka tanpa ragu. Para pelayan yang menyadari kehadirannya pun membungkuk memberi hormat.Elleana mendelik tidak suka. Padahal tadi pagi ia sudah menjelaskan pada seluruh pelayan yang ada di rumah ini bahwa Elleana tidak pernah dan tidak mau jika ada seseorang yang ber
"Minta pelayan untuk mengantarkan kopi sepeti biasa ke ruangan saya sekarang juga!" Titah David tanpa melirik sedikit pun pada asisten pribadi yang tengah menyambutnya dengan senyum hangat dari meja resepsionis. Pria it uterus memacukan kakinya lebar menuju ruangannya.David baru saja selesai rapat dengan Palavi Corp. Salah satu kolega bisnisnya yang datang jauh-jauh dari Paris. Saat ini Miller Group tengah menggarap proyek hotel besar yang akan di bangun di ibukota Paris, tentunya dengan bantuan Palavi Corp."Bagaimana hubunganmu dengan Elleana? Kuharap baik-baik saja." Celetuk Tommy saat David baru saja menduduki bangku kebesarannya.David mendelik tajam, namun Tommy sama sekali tidak memedulikan tatapan menyeramkan yang David lemparkan itu.Tidak usah heran, Tommy dan David memang sudah berteman sejak kecil. Ayahnya dengan ayah Tommy berteman baik, bisa di bilang mereka rekan bisnis. Tommy tahu betul bagaimana tabiat David yang keras kepala dan emosian."Dia itu wanita yang baik, D
Ellana melangkahkan kaki jenjangnya gontai memasuki panti asuhan yang sudah menampungnya dan sang ibu sejak ia masih kecil. Tadi, pagi-pagi sekali Nyonya Regina meneleponnya dan meminta Elleana agar berkunjung ke panti. Berhubung saat ini Elleana habis mengantar dokumen David dan ia juga belum ke panti asuhan sejak pernikahan kilatnya, alhasil Elleana menyetujuinya."Ellea!" Seru anak-anak panti dengan begitu girangnya kala melihat kedatangan Elleana. Lalu mereka semua langsung berlarian dan memeluk Elleana, melepaskan rasa rindu.Elleana juga membalas pelukan anak-anak itu tak kalah erat sambil tangannya mengelus gemas rambut anak-anak itu seolah menyalurkan rasa cintanya.Setelah puas melepas kerinduannya bersama anak-anak panti, Elleana memacukan kaki jenjangnya ke halaman belakang. Anak-anak itu memberitahu Elleana kalau Nyonya Regina sedang berada di sana. Dan benar saja, wanita setengah abad itu ternyata tengah berkebun seorang diri.Manik Elleana menyapu sekeliling panti asuhan
"Minta es krim-nya dua ya!" Leo memesan dua buah es krim, rasa vanila untuknya dan satu lagi rasa cokelat kesukaan Elleana. Leo masih ingat sekali kalau Elleana penggemar nomor satu segala makanan dan minuman yang berbahan dasar cokelat. Entah sekarang Elleana masih menyukai cokelat atau tidak, tapi semoga saja kesukaan wanita itu belum berubah. "Ini dia, es krim cokelat kesukaanmu." Leo menyodorkan es krim cokelat itu pada Elleana. Elleana langsung mengambil es krim cokelat itu, tak lupa bergumam mengucapkan terima kasih. Senyum manis mengembang di wajah cantik Elleana. "Masih jadi cokelat lovers ternyata?" Elleana mengangguk semangat sambil asyik menjilat es krim cokelat miliknya seperti anak kecil. “Ternyata satu-satunya yang berubah hanya statusmu saja, ya.” Gumam Leo pelan, terdengar miris. Meskipun sangat pelan, tapi Elleana masih bisa mendengar gumaman itu samar-samar. Elleana pun mempercepat langkah kakinya, membuat Leo ikutan mengambil langkah lebar untuk menyamakan lang
Elleana meletakkan sepasang piyama berwarna biru gelap milik David di atas kasur. Elleana mendudukkan dirinya di atas ranjang menunggu David yang kini sedang mandi.Mereka berdua baru saja tiba di rumah, Elleana sudah mengganti pakaiannya yang basah kuyup dan kini giliran David.Kemudian David keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya dengan menampilkan bagian atas tubuhnya. Rambutnya yang basah membuat air menetes membasahi wajahnya. Sumpah demi apa pun, David terlihat sangat seksi.Elleana memejamkan mata, menggelengkan kepalanya. Elleana menepis pikiran kotornya itu.Elleana berdeham untuk mengusir kegugupannya. Ia melirik David takut-takut, rupanya pria itu tengah memperhatikannya intens. Berarti David memergoki Elleana yang memperhatikan tubuh atletisnya itu dong?!"A-aku sudah menyiapkan pakaian tidurmu. Kalau begitu aku pergi sekarang."Elleana beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur lalu berjalan menuju pintu."Kau lupa?" Seru David menghenti
"Mom sudah nggak sabar lagi deh buat gendong cucu dari kalian." Seru Mom Samantha tiba-tiba, entah sejak kapan wanita setengah abad yang masih enerjik itu berdiri di samping Elleana.Elleana mengulum senyumnya, dia yakin pasti wajahnya memerah bak kepiting rebus karena perkataan Mom Samantha. Elleana memilih diam saja sambil fokus mengupas buah apel merah untuk cemilan ibu mertuanya itu."Kalian jangan jangan menunda punya momongan ya, Mom mau secepatnya." Seru Mom Samantha lagi dengan senyum lebar seraya mencubit pipi Elleana gemas seolah memang sengaja menggoda menantunya itu."Mom...," Rengek Elleana manja, tangannya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Elleana semakin menundukkan kepalanya saking malu.Mom Samantha berlalu dari dapur dengan senyum lebar lantaran puas sudah menggoda menantunya.**"Kopi ini di antar ke meja nomor berapa?" Tanya Elleana sambil menata secangkir latte di atas nampan.Setelah selesai mengurus semua keperluan rumah dan mengatur makan siang ju
21++ ke atas yaa!!______“Ah….ah….ah….,”Davis menggerakkan pinggulnya seirama dengan tempo yang cepat. Elleana ada di bawahnya menikmati setiap hujaman demi hujaman yang David berikan.David meremas buah dada Elleana kuat hingga bercak jarinya membekas jelas di sana. David semakin menggerakkan pinggulnya liar membuat desahan Elleana semakin menggila bahkan sesekali menjerit di sela-sela desahannya.Iya. Sebentar lagi. Dikit lagi mereka berdua mencapai puncak. Dan akhirnya....,“Ahh....,”“Ouhh....,”David dan Elleana mengerang bersamaan ketika mendapatkan pelepasannya. Elleana memeluk erat punggung tegak David yang basah dan lengket karena peluhnya.David mencium kening dan bibir Elleana singkat namun hangat. Napas keduanya terengah-engah, pertempuran siang hari yang luar biasa. David menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Elleana. Matanya lurus menghadap langit-langit, kedua tangannya David gunakan sebagai bantalan untuk kepalanya.Elleana melirik David yang berbaring di sampingnya.
David menyalakan pemantik rokoknya lalu menghisapnya dan menghembuskan gumpalan asap itu kasar, berulang kali. Sebenarnya David bukan tipe cowok perokok, David akan merokok ketika ia sedang banyak pikiran saja. Semalaman David tidak bisa tidur hanya karena ucapan rindu Elleana untuk pria di masa lalunya itu selalu memenuhi kepala David. David sudah berusaha untuk tidur kok, tapi matanya itu tidak bisa diajak kompromi, malah terjaga karena pernyataan rindu Elleana selalu menggema di telinganya. Seperti sekarang, David memilih menenangkan diri sambil menyambut fajar di tepian laut sambil menghisap sebatang rokok. Saat matahari mulai semakin meninggi di ufuk timur dan rokoknya pun telah habis, David memutuskan kembali ke kamarnya. Pintu kamar terbuka, David langsung dihadapkan dengan Elleana yang tengah mengeringkan rambutnya. Pasti istrinya itu baru selesai mandi. Tanpa mengatakan apa pun, David melenggang gontai melewati Elleana begitu saja.