Share

14. Sebuah Ciuman

Ares mengejar Anggun masuk ke dalam rumah. Beruntung untuk mereka berdua karena tak ada siapa pun di rumah ini. Mungkin semua penghuni masih

sibuk bekerja. Ah, tidak juga. Yang bekerja hanya ayah. Kalau yang lain, entahlah pergi ke mana.

“Tunggu!” panggil Ares. “Kau kira aku akan kasihan padamu kalau menangis?”

Anggun tak peduli. Anggun terus saja menangis dan berjalan masuk ke dalam rumah.

“ANGGUN!” panggil Ares dengan penuh penekanan. “Berhenti atau kau mau kuhajar!”

Masih mengemis-emis, Anggun pun berhenti. Pria di belakang Anggun saat ini sungguh terlihat kejam. Suaranya yang menggelegar seperti sebuah petir di siang bolong.

“Berhentilah membentakku,” pinta Anggun masih dalam posisi memunggungi Ares.

Satu tangan Anggun sudah memegang knop pintu dan hampir membukanya.

Ares berdecak. “Kau sendiri yang membuatku membentakmu!” Ares membalikkan tubuh Anggun hingga berhadapan.

Entah kenapa, saat dua bola matanya mendapati Anggun yang sedang menangis, ada rasa iba di dada Ares. Dua bibi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status