“Apa ada jadwal yang harus aku temui lagi setelah rapat hari ini?” tanya Kevin pada asistennya. Sangat berharap jika pekerjaannya segera berkurang agar ia bisa segera menemui Liora lagi.
Seorang lelaki bernama Bimo membuka layar ipad, menggeser layarnya untuk mencari daftar pekerjaan Kevin selanjutnya.
“Pukul tiga sore ada pertemuan yang harus Anda datangi dari perusahaan Media Cakrawala.” jawab Bimo.
Kevin menghela nafas, menutup botol air mineral yang sudah ia teguk seperempat dari isinya. Meletakkan botol tersebut ke meja sebelum menatap Bimo yang usianya empat tahun lebih dewasa dari Kevin.
“Kamu udah nikah?” tanya Kevin.
Sejenak Bimo mengernyitkan kening, tapi kemudian mengangguk.
“Kamu juga punya anak?&rd
Liora hanya duduk menatap gelapnya malam yang sudah mendominasi bumi indonesia. Entah kenapa membayangkan isi di dalam undangan tadi sampai sekarang membuat Liora merasa terusik, hatinya tidak terima.Sibuk dengan lamunan yang kemana-mana, Liora di kejutkan dengan sebuah pelukan. Liora menoleh melihat kevinlah dalang dari pelukan tersebut, Liora berdiri dari duduknya.“Sejak kapan Pak Kevin pulang?” tanya nya.“Baru aja sampai. Aku kangen banget sama kamu jadi gak bisa nunggu dua hari lagi.” Kevin akan kembali memeluk Liora, tidak tau kenapa tapi rasanya pengen semakin dekat dengan perempuan mungil berwajah menggemaskan ini.Tapi Liora segera mendorong Kevin, kernyitan menguasai kening Kevin, ia terlihat bingung sampai Liora bersuara.“Kamu mandi sana, kamu tuh dari perjalanan jauh masa pulang langsung meluk sih, bau tau.” omel nya, Kevin mengacak rambut poni Liora pelan sambil terkekeh.“Oke,
Kevin terbangun lebih dulu dari Liora, istrinya yang mungil tapi cantik itu masih tidur dengan lelap tanpa busana di balik selimut tebal yang mereka pakai. Kevin tersenyum, semalam terasa nyata, bukan mimpi seperti apa yang pernah ia lakukan pada Liora sebelumnya.Ternyata rasanya seperti itu, baru kali ini dengan sangat sadar Kevin melakukannya dengan wanita dan itu pada istrinya sendiri yang sedang hamil. Kevin segera mengusap perut Liora, seolah memastikan anaknya baik-baik saja. Tapi apa yang Kevin lakukan justru mengusik posisi tidur nyaman Liora.Tersenyum, Kevin menarik Liora lebih dekat sampai Liora membenamkan wajahnya di da-da bidang Kevin yang juga belum memakai baju. Tangan kevin mengusap bahu Liora, membiarkan Liora tetap tidur dengan nyaman.Sesekali Kevin mengecup puncak kepala Liora, kemungkinan setelah apa yang terjadi semalam Kevin akan lebih sering memintanya lagi. Perutnya terasa geli, seperti ada yang menggelitik di dalamnya.Beberapa
Sore hari hujan turun cukup deras, Liora diam-diam memperhatikan Kevin yang sedang sibuk memangku laptop untuk membantu pekerjaan yang di lakukan dari jauh. Jika di perhatikan, dan semakin di perhatikan. Debaran jantung Liora selalu bergemuruh berlebihan ketika menatap Kevin.Lelaki tampan yang baik hati. Liora seperti mendapatkan pangeran berkuda putih yang sering muncul dalam fantasinya selama ini. Tersenyum dalam lamunan, tak sadar kalau Kevin sekarang balas menatapnya.“Kamu kenapa? Cinta sama suami sendiri?” kata Kevin menggoda, dan Karena Liora tipe orang yang sulit berbohong, kepalanya mengangguk mengiyakan.“Pak Kevin ganteng, baik lagi. Gak salah kan kalau aku suka sama Pak Kevin?” Liora malas berdalih, berkata jujur sepertinya akan jauh lebih baik. Kevin meletakan laptop ke meja, tersenyum tipis sambil menggeser duduknya mendekati Liora yang duduk di seberang sofa panjang di ruang kerja Kevin.Tangan Kevin mencubit
Tak terasa kini kandungan Liora sudah memasuki bulan ke enam. Sifat manja Liora semakin menjadi-jadi, Kevin sampai kualahan menghadapi sikap manja Liora yang semakin hari semakin tidak bisa di kendalikan. Kevin bahkan tidak punya waktu untuk ke jakarta, semua pekerjaan di limpahkan pada asisten demi bisa menjaga Liora.Saat ini Liora baru saja tidur setelah seharian Kevin di buat kebingungan, Liora yang tiba-tiba menangis tanpa sebab, Liora yang tiba-tiba ingin ini dan itu dan harus di turuti saat itu juga, Liora yang ingin di manja dengan di usap perutnya dengan kata-kata manis yang tidak pernah Kevin pikirkan sebelumnya.Kegiatan itu jelas menguras tenaga extra, Kevin harus menghela nafas sabar berkali-kali demi kesenangan calon anaknya yang akan lahir tidak lama lagi. Di tambah lagi di usia kandungan Liora yang semakin membesar, Liora butuh olahraga khusus ibu hamil, setiap tiga hari seminggu Kevin akan menemani Liora untuk olahraga rutin agar anaknya nanti la
Musim penghujan di bulan april, jalanan becek dan dedaunan basah akibat hujan yang turun mengguyur. Kendaraan beroda empat berwarna putih milik Kevin membelah jalanan becek dengan hati-hati di belakang setir kemudi.Batang pohon yang tumbang menutupi jalan menghambat perjalanan Kevin, sekitar hampir satu jam Kevin menunggu kemacetan agar bisa kembali lancar, tak lama Kevin mendapat panggilan di sela kemacetan. Kevin tidak langsung menerima panggilan tersebut, ia lebih dulu mencari ponselnya yang berdering di dalam tas kerja.Hari ini Kevin baru saja kembali dari jakarta, urusan mendesak pekerjaan mengharuskan Kevin meninggalkan Liora yang sudah memasuki bulan ke delapan sebelum kelahiran anak mereka.“Iya, Ma.” ucap Kevin begitu sudah mendapatkan ponsel.“Kevin, kamu di mana?”“Kevin lagi di perjalanan pulang ke Bandung. Sekitar setengah jam lagi kayaknya baru sampai, ini aku kejebak macet.” Kevin m
Dua ibu hamil, berbagai macam snack di hadapannya. Dua lelaki yang berperan sebagai suami hanya memandang tanpa menggangu, Kevin menoleh ke arah Altar.“Kamu udah tau anak kamu cewek atau cowok?” tanya nya.Altar menggeleng. “Biarlah jadi kejutan pas lahiran nanti. Lah kamu sendiri gimana?” Tanya balik Altar.“Ya sama, biar jadi kejutan aja pas dia lahir nanti.” jawab Kevin. “Kita bikinnya gak janjian loh padahal ya, tapi mereka ini kayaknya nanti lahirannya hanya berjarak beberapa hari deh. Karin sama Liora udah sama-sama bulat gitu.” tambah Kevin dan tentu saja percakapannya dengan Altar tak sampai ke telinga istri-istri mereka.Altar mengangguk pelan, Karin dan Liora sangat akur menyantap makanan mereka. Semua makanan ringan di beli oleh Karin karena bosan memakan cemilan ibu hamil terus menerus, sedangkan Liora jelas tidak berani memakan cemilan tanpa ijin dari Kevin tentunya.
Bayangan gadis belasan tahun yang imut, berpakaian cantik memamerkan lekuk tubuhnya. Senyum tipis di bibir kecil berisi. Rambut hitam sedikit bergelombang alami di tata secantik mungkin, mempercantik wajahnya yang memang sudah cantik.Namun, dia bukan sepenuhnya anak belasan tahun. Perut buncitnya menandakan ia bukanlah anak kecil. Di depan layar kamera, jepretan gambar dengan silau blitz kamera menangkap pose Kevin dan Liora.Karin dan Altar berdiri di belakang fotografer untuk menunggu giliran mereka foto juga. Karin tak berhenti tersenyum, menatap Kevin dan Liora, sang fotografer sendiri mengarahkan pose apa yang harus Kevin dan Liora lakukan.“Kak Kevin biasa foto formal buat isi berita kantor, sekarang dia harus foto kayak gini pasti canggung banget.” Karin tertawa pelan membuat Altar suaminya menoleh.“Kamu ini kalau mau ngerjain kakak kamu emang gak nanggung-nanggung.”“Ini bukan ngerjain tau. Lagian gak tiap ha
Waktu baru menunjukkan pukul tiga sore setelah acara pengambilan gambar selesai. Kevin mengajak Liora ke rumah sakit untuk periksa, hari ini memang waktunya periksa dan karena dokter yang sering menangani Liora sedang ada di luar kota alhasil Kevin mengajak Liora ke rumah sakit umum.“Kamu bawa buku ibu hamil?” tanya Liora karena tidak tau akan di bawa ke rumah sakit oleh Kevin.“Udah. Semua kebutuhan aku siapain biar sewaktu-waktu kita butuh gak bingung. Ayo turun, kita jumpai dokter di dalam. Dokter Widia yang sering periksa kamu lagi gak ada jadi aku bawa kamu ke sini.” Kevin menggandeng tangan Liora begitu keluar dari mobil, pintu di tutup oleh Kevin, keduanya lantas memasuki bangunan rumah sakit.Lantai putih dan dinding serba putih menyambut kedatangan Liora. Perawat dan para keluarga pasien di rumah sakit itu berlalu lalang kesana kemari sampai membuat Kevin harus mendekatkan Liora padanya agar tidak tertabrak o