Yuriel memerah malu dilihat dokter dan suster sedang berbuat mesum di kamar rawat. Dokter itu seorang wanita yang sudah paruh payah, dia menggelengkan kepalanya menatap pasangan di depannya. Sementara suster di belakangnya berpura-pura tidak melihat dan melihat ke catatanya dengan wajah memerah.
“Enyah kamu!” Dia menarik rambut Aleandro gemas melihatnya masih membenamkan kepalanya di dadanya.
Aleandro bangun dengan tidak terburu-buru. Dia memunggungi dokter itu, menutupi tubuh Yuriel dengan punggungnya. Dia memasukkan kembali payudara Yuriel ke dalam gaun pasiennya. Tidak lupa mencubit puncak merah mudanya dengan gemas sebelum mengancingkan pakaian pasien yang di kenakan Yuriel.
Yuriel memelotinya dan mencubit tangannya dengan wajah memerah.
Bajingan cabul!
Aleandro menyeringai, sebelum berbalik menghadap dokter itu.
“Dokter Harper, selamat pagi.” Dia mengangguk sopan menyapa dokter itu.
“Pagi, apa sekara
Dia tahu istri Marvin sangat menyukai kastel dengan gaya istana putri dan kalung berlian milik ratu Inggris sebelumnya. Dia berpikir Yuriel menyukai hal yang sama.Kakek Hendry awalnya ingin menyimpan kalung itu sebagai koleksi untuk almarhum istrinya. Karena semenjak muda, almarhum istri Kakek Hendry sangat menyukai kalung Ratu Inggris sebelumnya.Sayang pada waktu itu kalungnya belum dilelang hingga kakek Hendry tidak bisa memberikan kalung itu pada almarhum istrinya.Sekarang dia ingin memberikan kalung itu untuk cucu menantunya daripada di simpan.“Kepala pelayan, bawakan kalung berlian yang baru kubeli beberapa hari yang lalu.” Dia memerintah kepala pelayan yang berdiri di samping sofa.“Tidak perlu seperti itu Kakek,” ujar Yuriel buru-buru menghentikannya. Merasa tidak enak sudah membuat kakek Hendry repot.“Aku akan lebih senang jika Aleandro bersikap baik dan perhatian padaku.”“
Aleandro berbaring dengan ekspresi puas menarik kembali celananya. Sementara Yuriel menggerutu mengambil tisu untuk melap belahan dadanya yang basah oleh cairan putih. Gaun tidurnya tampak basah oleh keringatnya.Mata Aleandro menggelap menatap tubuhnya. Tubuh Yuriel basah oleh keringat karena aktivitas panas mereka, membuat gaun tidur tipis menempel di tubuhnya hingga memperlihat lekukan tubuhnya yang molek.“Aku mau mandi.” Yuriel bergumam merasa lengket di tubuhnya. Dia menatap Aleandro dengan tatapan menyalahkan.“Semua salahmu membuatku berkeringat.” Dia merajuk sambil masih membersihkan sisa-sisa sperma Aleandro yang muncrat di dadanya dengan tisu. Dia menatapnya sebal sebelum berdiri untuk mandi.“Kamu mau ke mana?” Aleandro menahan pinggangnya dan menariknya ke pangkuannya. Dia bersandar di sandaran kepala tempat tidur, menatap tubuh Yuriel penuh damba.Matanya dengan jelalatan menyusuri lekukan tubuhnya.
“Bibi, kamu membuatku malu.” Sherly tersipu. Tampilan palsunya seperti gadis lugu yang pemalu.Yuriel mencebikkan bibirnya menyebut Sherly sebagai wanita bermuka dua dalam hati. Dia sangat lihai memakai topeng kepura-puraan.“Oh, tapi Ibu. Kamu hanya memiliki dua putra yang sudah menikah. Menurut Ibu, Sherly akan menjadi pengantin siapa?” ujar Yuriel dengan ekspresi mengejek.Katherine tersedak, kehilangan kata-kata. Tentu saja dia ingin Shely menjadi pengantin Aleandro dan berharap putranya segera menceraikan Yunifer.Tapi ada suaminya di meja makan. Jika dia mengatakan itu, Cain akan menganggapnya rendah karena memaksakan putra mereka bercerai dan Kakek Hendry akan mengusirnya dari keluarga Gilren jika dia sampai mendengar ini.Kakek Hendry adalah orang yang sangat ingin mempertahankan pernikahan Aleandro dan Yuriel.Katherine merasa terjebak dalam perangkap yang dibuat Yuriel. Dia memelototi Yuriel dengan ama
Kehamilan Yuriel yang rentan keguguran membuat Aleandro mengurungnya dalam mansion dan tidak mengizinkan beraktivitas sehari-hari di luar ruangan demi menjaga kandungannya melewati trimester pertama.Dia tidak mengizinkannya masuk kuliah lagi. Aleandro juga menolak tamu yang ingin datang berkunjung untuk mengucapkan selamat, pun dengan Katherine yang datang untuk meminta maaf atas kejadian di kediaman Gilren.Selama masa kurungan, Yuriel menikmati gaya hidup seperti Nona muda kaya dan dimanjakan oleh Aleandro.Dalam sekejap trimester pertamanya berlalu dan perutnya mulai membuncit. Sejak kecelakaannya Aleandro menyewa konsultasi khusus, ahli gizi dan pengasuh untuk merawatnya lebih ketat. Lelaki itu bahkan menahan nafsunya dari menerkam istri dan memuaskan dirinya sendiri di dalam kamar mandi dan mandi air dingin.Mual Yuriel di pagi hari menjadi lebih baik dan dia menjadi lebih santai di bawah perawat para ahli. Setiap hari dia makan ringan dan buah-buah
“Selamat datang Tuan.” Butler Greyson seperti biasa menyambutnya pulang dan membantu Aleandro melepaskan mantelnya.“Di mana Istriku?” tanya Aleandro menanyakan keberadaan Yuriel.“Nyonya sudah kembali ke kamar setengah jam yang lalu setelah berjemur di taman.”“Oke.” Aleandro memberikan plaastik putih berisi kotak nasi goreng Yuriel pada seorang pelayan di dekat Bulter Greyson.“Panaskan dan kirimkan ke kamar kami.”Sambil melepaskan kancing atas lengan bajunya, Aleandro berjalan menuju kamarnya. Dia melihat Yuriel sedang berbaring malas di kursi rotan yang terbuat dari bambu kualitas tinggi dengan di kelilingi bantal-bantal empuk, menikmati sinar matahari yang menyinari kulitnya sambil mengusap perutnya yang sedikit buncit.Kulitnya yang putih terlihat bercahaya di bawah sinar matahari. Dia mengenakan daster pendek berwarna putih, membuat sosoknya terlihat seperti peri yang nyasar
Setelah huru-hara di atas ranjang, Aleandro bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Yuriel mendengar suara air mengalir dari arah kamar mandi. Dia berbaring lemas di atas ranjang, masih gemetar kesenangan pasca orgasme dan sangat kelelahan, bahkan tidak bisa mengangkat satu jarinya pun.Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bercak merah dan hampir menutupi kulit putihnya. Dia seperti seseorang menderita penyakit kulit. Orang bisa tahu bagaimana liarnya seorang Aleandro Gilren saat melahap Yuriel.Aleandro seperti pria yang melihat wanita dalam waktu lama dan melampias semua hasrat terpendamnya selama kehamilan tremester pertamanya, pikirnya mengerjapkan matanya ketika kantuk mulai menghampirinya.Dia tidak nyaman dengan tubuhnya yang berkeringat dan lengket karena aktivitas mereka. Dia ingin mandi juga, tapi Aleandro tidak begitu perhatian mengajaknya mandi bareng.Siapa yang tahu jika Aleandro akan ‘memakannya’ sekali lagi jika mereka mandi ber
Dia tidak suka melihat tindakan putranya yang memanjakan wanita itu hanya untuk membantunya turun dari tangga. Sementara dia, ibu kandungnya diabaikan dengan dingin di ruang tamu.Yuriel mengerutkan keninngnya ingin membalasnya. Namun, memikirkan bayi diperutnya, dia menahan kekesalannya dan tidak meladeni Katherine.Dia melepaskan tangan Aleandro dari pinggangnya dan berjalan meninggalkan mereka.“Kamu mau ke mana?” Aleandro menahan pinggangnya.“Ke dapur, aku kelaparan.” Dia menatap Aleandro sebagai protes, menyalahkannya karena membuatnya menghabiskanya energinya sepanjang sore.Dia terbangun, mengalami mulas karena kelaparan dan tidak bisa menahan diri keluar dari kamar, pergi ke dapur untuk makan malam. Dia tidak bisa duduk diam kalau sudah llapar“Tunggu di sini, biarkan para pelayan yang memasak,” ujar Aleando menatap Butler Greyson yang sedari tadi berdiri di rung tamu.“Butler G
Tetapi ucapan Kakek Gilren sangat menusuk, menyiratkan bahwa dia tidak layak menjadi ibu dari anak-anaknya.“Apa kamu tidak sadar sudah menelantarkan putramu bertahun-tahun dan sibuk dengan kegiatan sosialitamu?! Yang kamu lakukan adalah melemparkan Marvin dan Aleandro pada pengasuh.”Katherine terdiam. Dia akui setelah melahirkan Marvin dan Aleandro, dia menyewa pengasuh untuk merawat mereka. Bahkan tidak memberi mereka ASI karena sibuk menurunkan berat badannya dan menjaga tubuhnya tetap langsing agar dia bisa percaya diri saat menghadiri pertemuan para sosialita.Tetapi bagaimana pun dia lah yang hamil dan melahirkan putra-putranya. Mereka harus menghormati dan berbakti padanya.Kakek Hendry terus memelotoi katherine, sementara suaminya tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membelanya. Tatapan putus asa Katherine tertuju pada Marvin.“Marvin, kata sesuatu!”Marvin mengalihkan pandangannya dengan canggung. Sama s