Melihat siapa yang datang, membuat dada Alexandra mendadak sesak. Bagaimana tidak wanita itu adalah wanita yang mengantar suaminya di malam pengantinnya dalam kondisi mabuk.
Lalu, saat di restoran ketara sekali jika wanita itu ingin bersama suaminya.Alexandra tak berminat untuk membukakan pintu, lalu memutar tubuhnya, berjalan meninggalkan pintu, namun suara bel itu kembali berbunyi. Kali ini, terdengar seperti tak sabar dan menuntut untuk segera dibukakan pintu.Alexandra menghembuskan nafas dengan cepat. Dengan berat hati dia membuka pintu untuk orang yang menekan bel seperti orang kesetanan itu."Ada perlu apa, Nona? Tidak bisakah Anda menekan bel dengan lebih sopan?" tanya Alexandra.Ya, Alexandra adalah penghuni apartemen ini sekarang, maka dia berhak melakukan apapun demi kenyamanannya.Tanpa permisi wanita itu mendorong Alexandra lalu berjalan masuk ke dalam apartemen. Alexandra hanya bisa menghembuskan nafas pelan.Dengan wajah yang tak ramah, wChristian berjalan menuju ke kamar mandi, lalu membersihkan diri.Selama suaminya berada di kamar mandi, Alexandra bergegas menuju dapur untuk sekedar membuat minuman hangat.Christian keluar dari kamar dengan rambut yang basah dan acak-acakan seperti anak kecil yang baru selesai mandi."Aku buatkan teh hangat, Mas."Alexandra membawa dua cangkir teh dan kudapan ke meja yang berada di depan televisi, tempat di mana suaminya berada.Pria itu tak menanggapi ucapan Alexandra dan sibuk dengan tablet pintarnya.Keheningan terjadi, karena bosan, Alexandra menyalakan TV dan memilih channel yang sekiranya menarik untuknya."Apa itu masih sakit?" tanya Christian dengan wajah datar.Alexandra hanya diam, wajahnya bersemu merah saat mendapat pertanyaan seperti itu. Sekilas Christian melirik pada suaminya, lalu tersenyum tipis."Mas, boleh aku bertanya sesuatu?""Hhmm," jawab Christian.Alexandra memainkan bajunya, ragu-ragu untuk melontarkan per
"Halo, Chris!" Erinna memasuki ruang kerja Christian setelah mendapat izin dari pemilik ruangan.Christian menghentikan kegiatannya, lalu menatap tajam pada Erinna."Untuk apa kamu datang ke mari, Erinna?""Aku hanya ingin melihatmu, Chris. Hari ini aku free, jadi aku mengunjungimu sebentar. Aku sangat merindukanmu, Christian. Apa kamu tak merindukanku, Chris?" Christian hanya menatap tajam ke arah Erinna.Erinna berjalan mendekati mantan kekasih yang sebenarnya masih sangat dia dambakan.Tiga tahun yang lalu Erinna menolak ajakan Christian untuk menikah, dia yakin pria itu akan setia menunggunya, sebab tak pernah ada kabar Christian dekat dengan wanita lain. Kalaupun ada, Erinna selalu berhasil menyingkirkan wanita itu.Tapi siapa sangka, Alvin tiba-tiba memberi tahu jika Christian akan menikah dengan wanita lain."Kenapa kamu tak mengatakan apapun, jika kamu hanya menikah kontrak dengan gadis ingusan itu? Aku bisa salah paham, Chris."Christian
Alexandra terdiam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari sahabatnya."Maksudmu? Aku tak pernah memiliki hubungan lebih dengan Kak Fandy, Fiona."Fiona tampak menghela nafas.'Padahal sangat ketara kalau Kak Fandy menaruh hati padamu, Alexa. Dasar wanita tak peka!' Fiona bermonolog dalam hati.Gadis itu tak membahas tentang Fandy.Sampai di dalam kelas, Alexa disambut dengan suka cita. Bagaimana tidak, mahasiswi dengan peringkat pertama itu sering menjadi tempat berkeluh kesah teman-temannya kala tak paham dengan pelajaran yang dijelaskan oleh sang dosen.Di sepanjang pelajaran berlangsung, Alexandra hanya melamun, pikirannya melayangkan mengingatkannya pada kejadian yang tadi dia lihat.Christian memangku seorang wanita dengan posisi mereka hendak berciuman.'Jadi kalian benar-benar saling mencintai?'Alexa menghela nafas berat.'Berharap apa kamu, Alexandra. Ingat kamu hanya istri jaminan hutang. Jika Christian telah mendapatkan apa yang
Alexandra mendudukkan tubuhnya di atas ranjang yang telah lama tak dia tempati. Wanita 21 tahun itu menulikan pendengarannya, abai pada teriakan dan gedoran pintu yang memburu. Alexandra menarik nafas berat dan melepaskan dengan perlahan. Diambilnya ponsel yang sejak tadi bagai tak berpenghuni–sepi. Berharap ada sebuah pesan dari sang suami, namun nihil."Berharap apa kamu Alexandra, sadar posisimu."Perlahan-lahan suara teriakan dan gedoran pintu mulai menghilang, masih terdengar di depan pintu, ibu tirinya memaki dirinya.Tak ingin semakin penat dan larut dalam perasaannya sendiri, Alexandra memilih untuk membersihkan diri.Dalam guyuran shower Alexandra kembali teringat kejadian tadi siang di mana suaminya memangku wanita lain dengan posisi sangat intim."Aaarrrggghh." Alexandra menjerit untuk menghilangkan semua pikiran itu dalam otaknya. Setengah jam berlalu, Alexandra segera mengakhiri kegiatannya di dalam kamar mandi.Alexandra mengeringkan rambutnya, dan sebuah ketukan terde
Di sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi, pria dingin dan tak tersentuh itu mendadak menjadi uring-uringan.Eric–asisten pribadinya yang baru sampai kewalahan menghadapinya. Hal kecil dibesar-besarkan, hingga tak jarang memaki tanpa sebab.'Ya Tuhan, bisa-bisa aku menjadi samsak tinju jika seperti ini, David sengaja ingin membunuhku,' gerutu Eric dalam hati.[Pak, Nona Alexandra mengatakan ingin menginap di rumah Harry.] Pesan terbaru dari yang membuat Christian semakin kacau."Aaarrgghhh!" Christian mengerang kesal, suasana hatinya benar-benar buruk.Eric memandang Christian prihatin, lalu dengan berani dia bertanya, "Ada masalah apa, Pak?"Christian bersandar pada sandaran kursinya, menarik nafas panjang untuk menghalau semua kekacauan yang ada dalam hatinya."Jika itu tentang Nona Alexandra–"Christian melotot tajam ke arah Eric."Sejak kapan kamu mengurusi hal-hal seperti itu, cepat kerjakan tugasmu."Hari itu, Christian pula
Christian melihat jam tangan mewahnya, waktu semakin beranjak malam. Jika tak segera kembali, akan terlalu malam sampai di apartemen.“Boleh saya menyusul Alexandra ke kamarnya, Ayah?”“Silakan, Tuan. Naik saja, dari tangga Anda ke kanan, kamarnya berada paling ujung. Ada tulisan Alexandra di pintunya.”Christian segara masuk dan menaiki tangga, tidak mengira dia akan melihat pemandangan yang di luar dugaan. Christian tersenyum tipis melihat istrinya yang sedang beradu mulut dengan saudara tirinya. Dirinya juga sempat melihat Nikita mengangkat tangan, namun langsung mendapat serangan telak dari Alexandra.“Jika kamu menamparku, suamiku pasti tidak akan tinggal diam, kamu tahu kan seperti apa kekejaman seorang Christian Hoover?” Suara Alexandra begitu lantang, tak seperti Alexandra yang dulu, tertunduk dan diam.“Sombong sekali kamu, Alexandra!” Nikita hendak menyerang Alexandra, kedua tangannya sudah bersiap inging menjambak rambutnya adik tirinya itu.
Christian terus menggoda dengan memberi kecupan di bahu dan tengkuk Alexandra.“Mas!”“Kamu harus mendapatkan hukuman karena pulang ke rumah ayahmu tanpa seizinku, Alexandra.” Bisik Christian dengan mesra lalu menggigit telinga istrinya.Sontak Alexandra memutar tubuhnya.“Jangan berbuat seenaknya Tuan Christian.” Kata Alexandra sembari menyentuh bibir suaminya.“Kamu bahkan tidak menjelaskan apa pun padaku.” Alexandra sedikit mendorong tubuh Christian. Wanita itu kembali memutar tubuhnya, duduk di kursi, lalu mengambil sisir di atas meja rias.“Jadi apa yang ingin kamu dengar dariku, Sandra?” Christian memandang istrinya dari pantulan cermin.Alexandra diam, sibuk merapikan rambut yang panjangnya sepunggung yang kini indah karena perawatan yang diberikan oleh salon kepercayaan Christian.“Kamu masih tak mau bicara? Kamu pikir aku ini cenayang yang tahu isi pikiranmu?”Alexandra membuka mulut, ingin berbicara, tapi dia kembali ingat kata-kata Chri
Setelah mobil mewah suaminya kembali melaju, Alexandra segera berjalan menuju gedung di mana dia akan mengikuti perkuliahan.“Alexandra!”Alexandra menghentikan langkah setelah mendengar seseorang berseru memanggil namanya.“Kak Fandy.”“Apa kabar? Lama tidak berjumpa di kampus,” tanya pria itu dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.“Kabar baik. Kakak sendiri?”“Aku juga sama sepertimu, baik.”'Lebih baik lagi karena aku bisa melihatmu sepagi ini,’ batin Fandy.Alexandra tersenyum lalu melanjutkan langkah. Fandy mengimbangi langkah, berjalan di samping Alexandra.Keduanya membicarakan hal yang membosankan, seputar kegiatan kuliah, praktikum, dan pendaftaran asisten dosennya. Fandy mengatakan ingin mendaftar menjadi asisten dosen.“Itu sangat cocok dengan Kakak, Asisten Dosen.”'Pasti akan lebih banyak lagi wanita yang tergila-gila padanya,’ monolog Alexandra dalam hati.“Benarkah?” Alexandra mengangguk dan memberikan dua jempol.