LOGINMature Content! Please be awise to reading. Thank you! Nayara adalah istri dari Arya, mereka sudah menikah selama 3 tahun belum juga di karunia anak karena kesibukan Arya dengan dunia kerjanya. Arya sering mengabaikan Nay sehingga membuat istrinya kesepian. Untuk mengisi waktu luangnya Nay mencoba membuka usaha dirumah dengan menjual kue. Hingga suatu hari Nay mendapatkan pesanan kue untuk acara ulang tahun Alex sahabat Arya. Nay yang sedang mengantar kue dan berdiri didepan ruang kerja Alex tidak sengaja memergoki Alex sedang bergumal dengan sekretarisnya hingga Nay yang diam-diam terciduk Alex sehingga membuatnya tak bisa lepas lagi dari jerat Alex.
View More“Ahh ahh, yess Lex … disitu, enak banget Lex, aahh ahh!” seorang gadis sedang berada diatas meja kerja dengan kondisi selangkangannya terbuka dengan lebar. Dia sedang menikmati setiap momen jilatan dan hisapan di dalam lembahnya.
Laki—laki itu sedang jongkok dan mengaduk—aduk isi lembah si gadis hingga tubuhnya melenjing penuh dengan desahan kenikmatan. “Uhgg Siska enak bangett lembah kamu, aku suka yang seperti ini …,” ucap laki-laki tadi. Dia berdiri dan segera membuka sarang burungnya yang sudah tak tahan semenjak tadi ingin dilepaskan. Burung perkututnya sudah berdiri tegak dan mengeras. Besar dan panjang. “Ayo Lex … masukin aja. Aku udah nggak tahan. Ini hadiah untuk kamu, sayang!” desah si gadis sambil dengan sendirinya meremas dua gunungnya yang sudah terbuka dengan sangat indah. Siska sudah menelan air liurnya saat melihat burung perkutut Alex yang keluar dari sangkar. Dia sudah tak sabar ingin merasakan keperkasaan sang burung saat menggagahi tubuhnya. “Dasar, Siska genit. Bilang hadiah apaan, aku kan udah sering masuk ke lembahmu,” kekehnya dan blush burung perkutut perkasa itu sudah masuk ke sarangnya dengan dalam. Menggoyangnya maju mundur hingga desahannya memenuhi ruangan. "Ahhh ummh Lex nikmat banget, goyangan kamu memang nggak ada duanya. You're the best bangett, Lex ahh hmm! Yess fuck me yang dalam, Lex ...." Rancu Siska makin menggila ketika hujaman itu keras mengaduk-ngaduk lembahnya. Ganas dan benar-benar liar. Membuatnya melenjing tak karauan. Alex Marcus, laki laki bertubuh besar dan berdada bidang bagai roti sobek itu tidak memperdulikan rancu dan desahan Siska yang menggila karena burung perkututnya, dia hanya fokus menghujani benda tumpulnya di lembah Siska. Dia ingin segera mencapai puncak kenikmatan agar bisa segera menuntaskan kegiatan panasnya siang ini. “Alex umm ahh ... enak banget, Lex. Lebih kencang, Lex. Aku udah nggak tahan lagi mau keluar!" desak Siska. Dan keduanya melengking. Mendesah. Mengerang. Kedua jemari mereka direkatkan dengan erat. Berhenti sejenak dari gempuran. Merasakan nikmat dari tetesan cairan yang keluar dan kedutan nikmat dari keduanya. "Nih, Sis, jangan lupa diminum. Sorry tadi aku kebablasan!" Alex melemparkan sekotak obat pencegah kehamilan pada Siska setelah mereka melaksanakan pertempuran panasnya siang ini. "Hehehehe, iya, nggak apa-apa, Lex, tadi aku juga yang salah, minta buru-buru," Siska berbicara sambil merapikan kembali bajunya. Dia mengambil obat pencegahan kehamilan yang diberikan Alex dan tanpa ragu meminumnya didepan laki-laki itu. "Jadi, kapan lagi kita akan melakukannya, Lex? Aku selalu nggak sabar menunggu giliran kamu memanggil ke ruanganmu ini," ucap Siska bergelayut manja di lengan kekar bosnya. "Nantilah aku kabarin lagi. Aku mau ada meeting siang ini," Alex melirik jam tangannya. Alex tidak menyadari dari balik pintu yang sengaja tidak ditutup rapat, sepasang mata sedang menatap mereka. Beberapa kali dia menelan air liurnya saat burung perkutut tadi bergerak maju mundur dengan ganas di sarang Siska. Sampai dia tidak sadar apa yang sedang dipegangnya jatuh ke lantai. Brukk! Suara itu mengganggunya dan dia berjalan menghampiri pintu. Alex melihat satu buah kue dengan full cream yang berserakan di lantai. Saat Alex melihat ke sekeliling, tak ada siapapun. Dia tersenyum. “Rupanya ada kucing nakal yang mengintip. Lihat saja, aku akan beri pelajaran yang tak terlupakan untuk kucing tersebut.” Alex meraih ponselnya dan menelpon seseorang. "Iya, Lex, ada apa?" Suara seorang pria menyahut dari seberang sana. "Bini lo jadi nggak sih nganter kue, Ar?" ucapnya. "Loh, emangnya dia belum sampai, Lex? Tadi, dia bilang sama gue lagi dijalan ke tempat lo. Tumben banget. Apa dia kena macet dijalan ya. Emang acaranya udah mendesak, bro? Coba nanti gue telpon dia sebentar," sahut Arya. Alex tersenyum, sekarang dia yakin akan sesuatu hal. "Owh, nggak usah lo telpon bro, mungkin dia memang kena macet dan sebentar lagi sampai. Ehm, by the way, gue udah lama nggak mampir ke rumah lo, trus emangnya elo nggak berencana ngasih hadiah sama gue?" desak Alex. "Ya ampun, bro. Umur lo udah tua kali, masa masih mau minta kado sama gue kayak anak kecil aja lo!" Suara di seberang telpon terdengar bergerutu. "Cuihh pelit amat sih lo, Ar. Gue ini kan teman seperjuangan dan setali tiga uang sama elo. Masa kado kecil aja lo nggak siapin buat gue sih?” suara Alex terdengar memaksa saat meminta kado pada Arya. "Ya udah, lo datang aja deh ke rumah nanti malam. Gue yang traktir lo, lo tinggal bawa diri aja ke rumah!" Alex tersenyum saat mendengar permintaannya disetujuin sama Arya. "Nah, gitu dong. Nggak gitu juga, Ar, nantilah gue juga bawa sesuatu yang spesial kesana. Kita udah lama nggak minum bareng kan?" celetuk Alex. "Hahahaha, sialan lo. Gue udah lama nggak minum. Gue udah tobat, Lex. Lo janganlah ngajarin gue sesat lagi. Lo tau sendiri kan sejak gue kawin, gue udah tinggalin itu semua. Gue sayang sama bini gue, Lex," ucap Arya setengah terkekeh. "Heh, pengecualian kali. Setaun sekali juga belum tentu gue minta. Ini hari kan ultah gue, nggak apa-apalah kalo lo minum sedikit. Lagian kalo elo mabok kan di rumah dan udah ada pelampiasannya," Kekeh Alex tetap berusaha membujuk Arya untuk memperbolehkan bawa minuman nanti malam ke rumahnya. "Ya udah lo bawa aja deh. Jangan bawa banyak-banyak!" Akhirnya Arya menyerah dengan keinginan Alex. Atau memang Arya yang nggak pernah bisa menolak keinginan Alex. "Beres. Kita mabok sampai pagi ya. Hahahaha, lagian besok weekend bro. Lo lupa?" Alex tetap ngomporin temannya. "Sialan lo, Lex. Kalo soal begituan lo gercep banget!" "Udahlah, nggak apa-apa kali. Apa lo sejak kawin jadi suami suami takut bini?" ledek Alex. "Gila lo ya, nggak-lah. Gini-gini dimata bini gue, gue tuh lakinya yang baik dan alim. Pokoknya lo nggak usah terus ngerayu gue pake alasan ini itu. Lo datang aja, cuma mungkin gue datang agak telat, lo nggak apa-apa kan kalo tunggu gue?" Alex tersenyum puas kembali saat diberitahu Arya i nanti malam akan pulang telat. "Oke oke. Gue nungguin lo sampe pulang. Jangan malem banget nanti gue malah molor di rumah lo!" "Ya, nggak apa-apa kali kalo lo molor di rumah gue. Kita juga udah lama nggak ketemu dan ngobrol. Nginep-lah sesekali di rumah gue. Tenang aja, gue masih ada satu kamar kosong!" Tawar Arya. "Oke, kalo gitu gue nginep deh di rumah lo!" Bak gayung bersambut, Alex memang menginginkan hal itu. "Sip. Datang aja langsung ke rumah gue, alamatnya nanti gue kirim." Setelah berkata seperti tadi, telpon mereka terputus. Dan tak lama Setelah Arya mengirimkan alamat rumahnya. “Hehehe, kucing nakal. Kita akan segera bertemu. Aku sudah nggak sabar buat ngeliat wajah kucing nakal dan usil yang suka mengintip kayak kamu. Kamu, harus bisa jadi hadiah untukku, apapun itu, aku pasti akan mendapatkannya.”"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" meski Adam tahu tuannya sedang bersedih, dia tetap tidak ingin tuannya terpuruk terlalu lama."Kita akan segera menjemput putriku dan membawanya pulang. Aku tidak ingin dia berhubungan lagi dengan laki-laki dingin itu. Aku tidak mau kalau putriku yang lainnya akan bernasib sama," Reno tidak ingin kejadian yang menimpa Amira terjadi juga pada Amara."Tapi, saya rasa akan sulit Tuan, anda pasti tahu sendiri bagaimana sikap tuan Andreas selama ini. Pastinya dia tetap tidak akan mengalah dengan Anda. Saya yakin, dia akan tetap mencari cara untuk mempertahankan putri kesayangan anda," Adam berusaha menjelaskan karena dia yakin itu tidak akan semudah yang dibayangkan.Belum lagi misi untuk tuannya berdekatan dengan Putri yang sudah lama dicampakkan. Itu tidak akan semudah membalikan telapak tangan."Aku tahu karena itu aku tidak boleh gegabah. Aku nggak boleh melukainya. Setelah yang aku perbuat pada ibunya, aku yakin putriku tidak akan mudah memaafkanku
"Sayang, bisakah kamu tidak melibatkan orang lain di antara pembicaraan kita," Arya mengabaikan semua yang didengar dan dilihatnya. Dia sepertinya sudah tidak perduli dengan perjanjian yang dilakukannya dengan Andreas, dia seperti laki-laki plinpan yang kebakaran jenggot ketika apa yang sudah dimiliki perlahan menghilang."Sudah Mas, pergilah dan tinggalkan Azka di sini, anggap saja aku memang ibunya," Amara sudah tidak ingin terjebak oleh pusaran air yang membuatnya tenggelam."Aku nggak akan ninggalin Azka di sini," Arya berkata seolah sedang memberikan ancaman dan itu dia lakukan untuk mempertahankan hubungannya dengan wanita yang masih berstatus istrinya itu.Amara menatap Arya, ingin sekali dia menampar wajahnya, tapi dia tidak melakukan itu karena dia merasa itu bukanlah hal yang baik.Saat ini jika dia meminta Andreas semuanya kembali pasti laki-laki itu dengan sangat bahagia akan membawanya kembali. Tapi, jika itu dia lakukan berarti waktu bebasnya hari ini sampai besok akan s
"Maafkan aku, Amara. Aku bodoh. Aku benar-benar nggak akan melakukan itu, sayang. Aku nggak mau menceraikan kamu," Arya seperti orang yang berbeda. Berkata merayu asalkan mendapatkan satu kesempatan."Nggak Mas, aku nggak mau. Aku mohon pergilah," Amara tetap menghindar dan mengusir Arya."Sayang, kamu benar benar tega? Ini ada Azka loh, kamu nggak kasihan sama Azka," ucap Arya, masih saja tetap mengiba dan bahkan dia sekarang sudah berlutut di hadapan Amara."Mas!" Amara setengah berteriak, dia tidak habis pikir dan tidak menyangka kalau sikap Arya akan kekanak-kanakan seperti ini. Arya seperti orang yang berbeda, egois dan terus saja memaksakan keinginan. Itu membuat Amara tidak nyaman.Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa kamu jadi bersikap seperti ini. Kenapa kamu berubah Mas? Kenapa kamu tidak seperti kamu yang dulu saat pertama kali aku kenal.Apa dulu itu juga hanya tipu muslihat kamu, Mas? Kamu sedang mempercayai aku agar aku bisa menerima kamu. Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mas.
Suara ruangan dipenuhi dengan alunan musik dangdut. Amara sedang menyalakan musik dan dia sedang berjoget di kamarnya. Amara melakukan itu hanya untuk menghibur diri dan menghilangkan rasa penat di dalam dada.Dia merasa akhir-akhir ini hatinya sedang tidak baik atau otaknya perlu sedikit refreshing."Jeng jeng Nana Nana jeng jeng jeng!"Amara sedang mengikuti suara dari alunan lagu tersebut. Suara falsnya sedang bergema di ruangan dan siapapun yang mendengar langsung akan membuat sakit kepala, muntah. Mungkin saja bisa gegar otak dan dilarikan ke rumah sakit.Amara bahkan tidak menular suara ponselnya berdering juga bergetar. Tentu saja tidak lain dan tidak bukan si penelepon adalah Andreas. B-laki yang berjanji tidak akan mengganggu sampai batas besok pagi dia menjemputnya.Ke mana wanita itu pergi? Dia benar-benar mengabaikan telepon dariku. Rasanya aku ingin berbalik arah dan kembali saja ke tempat dia. Tapi, semua itu tidak dapat aku lakukan.Bersabarlah Andreas dan tunggulah se
"Baik, Tuan, saya akan menyuruh beberapa orang terpercaya kita untuk menyelesaikan masalah ini. Saya pastikan, mereka akan berhati-hati dengan tugasnya. Sebab, tidak menutup kemungkinan kalau sampai ketahuan, nyawa mereka menjadi taruhannya," Kenzo tetap menjabarkan hal terburuk yang akan terjadi jika mengawasi Reno."Aku tahu, karena dari itu kirimkan saja orang terbaik dan yang paling bisa menjaga rahasia. Ini tidak boleh tersebar dan aku tidak mau kalau calon istriku terganggu karena bocornya informasi yang kalian dapat," Andreas mengultimatum, dia benar-benar belajar dari masa lalunya.Andreas tidak ingin kalau Amara sampai telinga dengan kerajaan kegelapannya. Yang perlu Amara tahu dia adalah laki-laki menyebalkan dan tidak waras. Itu saja sudah membuat Amara gagal fokus menjalani kehidupan.Andreas mencoba mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor seseorang. Tentu saja nomor yang ditekannya adalah nomor Amara yang disimpan tanpa sepengetahuan nya.Tidak ada jawaban sama sekali. S
"Kau benar-benar menantu tidak bertanggung jawab. Aku sudah rela memberikan Putri kesayangan hanya untuk menjadi korban di tangannya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau akan bertindak sekejam itu. Aku pikir dengan ketulusan yang diberikan oleh putriku, bisa berubah."Reno menatap tajam, emosinya benar-benar sudah sampai di ubun-ubun, tapi harapan itu tidak sepenuhnya hilang. Karena saat ini Reno yakin gadis yang berwajah mirip dengan putrinya itu juga adalah putrinya."Aku tidak akan membiarkannya terulang kembali. Aku tidak akan merestui kau dengan putriku. Jauhi putriku!" decak Reno tanpa ragu mengklaim Amara sebagai Putrinya.Andreas spontan mengepalkan tangannya dan matanya pun tidak bisa berbohong, dia tidak sepenuhnya menerima keputusan yang ayah mertuanya buat."Putri Papa? Apa maksudnya, Pah? Aku sudah katakan, Pah, dia bukan putri Papa, ini hanya wajahnya saja yang mirip. Dan aku juga seperti papa pada awalnya, menganggap Amara sebagai Miranda, tapi dia benar-benar buk


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments