Alexandra terdiam sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari sahabatnya.
"Maksudmu? Aku tak pernah memiliki hubungan lebih dengan Kak Fandy, Fiona."Fiona tampak menghela nafas.'Padahal sangat ketara kalau Kak Fandy menaruh hati padamu, Alexa. Dasar wanita tak peka!' Fiona bermonolog dalam hati.Gadis itu tak membahas tentang Fandy.Sampai di dalam kelas, Alexa disambut dengan suka cita. Bagaimana tidak, mahasiswi dengan peringkat pertama itu sering menjadi tempat berkeluh kesah teman-temannya kala tak paham dengan pelajaran yang dijelaskan oleh sang dosen.Di sepanjang pelajaran berlangsung, Alexandra hanya melamun, pikirannya melayangkan mengingatkannya pada kejadian yang tadi dia lihat.Christian memangku seorang wanita dengan posisi mereka hendak berciuman.'Jadi kalian benar-benar saling mencintai?'Alexa menghela nafas berat.'Berharap apa kamu, Alexandra. Ingat kamu hanya istri jaminan hutang. Jika Christian telah mendapatkan apa yangAlexandra mendudukkan tubuhnya di atas ranjang yang telah lama tak dia tempati. Wanita 21 tahun itu menulikan pendengarannya, abai pada teriakan dan gedoran pintu yang memburu. Alexandra menarik nafas berat dan melepaskan dengan perlahan. Diambilnya ponsel yang sejak tadi bagai tak berpenghuni–sepi. Berharap ada sebuah pesan dari sang suami, namun nihil."Berharap apa kamu Alexandra, sadar posisimu."Perlahan-lahan suara teriakan dan gedoran pintu mulai menghilang, masih terdengar di depan pintu, ibu tirinya memaki dirinya.Tak ingin semakin penat dan larut dalam perasaannya sendiri, Alexandra memilih untuk membersihkan diri.Dalam guyuran shower Alexandra kembali teringat kejadian tadi siang di mana suaminya memangku wanita lain dengan posisi sangat intim."Aaarrrggghh." Alexandra menjerit untuk menghilangkan semua pikiran itu dalam otaknya. Setengah jam berlalu, Alexandra segera mengakhiri kegiatannya di dalam kamar mandi.Alexandra mengeringkan rambutnya, dan sebuah ketukan terde
Di sebuah gedung bertingkat yang menjulang tinggi, pria dingin dan tak tersentuh itu mendadak menjadi uring-uringan.Eric–asisten pribadinya yang baru sampai kewalahan menghadapinya. Hal kecil dibesar-besarkan, hingga tak jarang memaki tanpa sebab.'Ya Tuhan, bisa-bisa aku menjadi samsak tinju jika seperti ini, David sengaja ingin membunuhku,' gerutu Eric dalam hati.[Pak, Nona Alexandra mengatakan ingin menginap di rumah Harry.] Pesan terbaru dari yang membuat Christian semakin kacau."Aaarrgghhh!" Christian mengerang kesal, suasana hatinya benar-benar buruk.Eric memandang Christian prihatin, lalu dengan berani dia bertanya, "Ada masalah apa, Pak?"Christian bersandar pada sandaran kursinya, menarik nafas panjang untuk menghalau semua kekacauan yang ada dalam hatinya."Jika itu tentang Nona Alexandra–"Christian melotot tajam ke arah Eric."Sejak kapan kamu mengurusi hal-hal seperti itu, cepat kerjakan tugasmu."Hari itu, Christian pula
Christian melihat jam tangan mewahnya, waktu semakin beranjak malam. Jika tak segera kembali, akan terlalu malam sampai di apartemen.“Boleh saya menyusul Alexandra ke kamarnya, Ayah?”“Silakan, Tuan. Naik saja, dari tangga Anda ke kanan, kamarnya berada paling ujung. Ada tulisan Alexandra di pintunya.”Christian segara masuk dan menaiki tangga, tidak mengira dia akan melihat pemandangan yang di luar dugaan. Christian tersenyum tipis melihat istrinya yang sedang beradu mulut dengan saudara tirinya. Dirinya juga sempat melihat Nikita mengangkat tangan, namun langsung mendapat serangan telak dari Alexandra.“Jika kamu menamparku, suamiku pasti tidak akan tinggal diam, kamu tahu kan seperti apa kekejaman seorang Christian Hoover?” Suara Alexandra begitu lantang, tak seperti Alexandra yang dulu, tertunduk dan diam.“Sombong sekali kamu, Alexandra!” Nikita hendak menyerang Alexandra, kedua tangannya sudah bersiap inging menjambak rambutnya adik tirinya itu.
Christian terus menggoda dengan memberi kecupan di bahu dan tengkuk Alexandra.“Mas!”“Kamu harus mendapatkan hukuman karena pulang ke rumah ayahmu tanpa seizinku, Alexandra.” Bisik Christian dengan mesra lalu menggigit telinga istrinya.Sontak Alexandra memutar tubuhnya.“Jangan berbuat seenaknya Tuan Christian.” Kata Alexandra sembari menyentuh bibir suaminya.“Kamu bahkan tidak menjelaskan apa pun padaku.” Alexandra sedikit mendorong tubuh Christian. Wanita itu kembali memutar tubuhnya, duduk di kursi, lalu mengambil sisir di atas meja rias.“Jadi apa yang ingin kamu dengar dariku, Sandra?” Christian memandang istrinya dari pantulan cermin.Alexandra diam, sibuk merapikan rambut yang panjangnya sepunggung yang kini indah karena perawatan yang diberikan oleh salon kepercayaan Christian.“Kamu masih tak mau bicara? Kamu pikir aku ini cenayang yang tahu isi pikiranmu?”Alexandra membuka mulut, ingin berbicara, tapi dia kembali ingat kata-kata Chri
Setelah mobil mewah suaminya kembali melaju, Alexandra segera berjalan menuju gedung di mana dia akan mengikuti perkuliahan.“Alexandra!”Alexandra menghentikan langkah setelah mendengar seseorang berseru memanggil namanya.“Kak Fandy.”“Apa kabar? Lama tidak berjumpa di kampus,” tanya pria itu dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.“Kabar baik. Kakak sendiri?”“Aku juga sama sepertimu, baik.”'Lebih baik lagi karena aku bisa melihatmu sepagi ini,’ batin Fandy.Alexandra tersenyum lalu melanjutkan langkah. Fandy mengimbangi langkah, berjalan di samping Alexandra.Keduanya membicarakan hal yang membosankan, seputar kegiatan kuliah, praktikum, dan pendaftaran asisten dosennya. Fandy mengatakan ingin mendaftar menjadi asisten dosen.“Itu sangat cocok dengan Kakak, Asisten Dosen.”'Pasti akan lebih banyak lagi wanita yang tergila-gila padanya,’ monolog Alexandra dalam hati.“Benarkah?” Alexandra mengangguk dan memberikan dua jempol.
Alexandra menggerakkan pipinya yang terasa pedih dan nyeri akibat tamparan wanita penggemar fanatik Fandy.“Aku tidak apa-apa, David. Lebih baik Kita segera pergi, aku khawatir Christian akan segera pulang.”“Baik, Nona.”“Hei, mau kemana kamu dasar jalang!” Wanita itu seperti belum menyerah.Wanita itu mencekal tangan Alexandra, segera David memegang tangan wanita yang menamparnya istri bosnya itu.Sontak wanita itu melepas cekalannya karena David mencengkramnya terlalu kuat.“David, tolong lepas.” David dengan melepaskan cengkramannya.Alexandra berbalik, menatap wajah wanita itu dalam remang-remang.“Dengarkan Nona. Aku dan Kak Fandy tidak memiliki hubungan apapun. Jika kamu memang menyukainya, katakan langsung padanya, jangan berbuat seperti ini, aku yakin Kak Fandy tak akan menyukai perbuatanmu yang seperti ini,” ujar Alexandra.“Tahu apa kamu, hah? Aku tak percaya ucapanmu, banyak wanita sepertimu mengatakan hal yang sama, nyatanya mereka me
"Apa tidak pegal tidur dengan posisi duduk seperti itu?" monolog Christian, pria itu menggelengkan kepala, heran.Christian hendak mengangkat tubuh istrinya, yang tidur dengan posisi duduk di kursi dan kepala menelungkup di atas kedua tangannya di atas meja.Tiba-tiba sebuah pesan masuk, terbaca dari notif bar.“Cih, siapa malam-malam mengirim pesan, dasar tidak sopan,” Christian menggerutu.[Alexandra, ini aku Fandy. Aku menggunakan nomor baru–]Hanya sebagian dari pesan itu yang bisa terbaca."Dasar bocah tengik! Beraninya mengusik milikku," gumam Christian.Tak habis akal, Christian menempelkan jari Alexandra ke ponsel tersebut, lalu membaca pesan tersebut.[Alexandra, ini aku Fandy. Aku menggunakan nomor baru. Bisakah besok pukul 12.30 bertemu di cafe xxx? Sebagai permintaan maaf aku akan mentraktir makan.]Setelah selesai membaca pesan tersebut, Christian langsung menghapusnya agar tidak ada jejak yang tersisa.Dia menunda untuk menggendong Alexandra dan memotret pesan dan nomor
Ponsel canggih Christian bergetar, ada sebuah pesan masuk dari David. Pria itu begitu murka setelah melihat isi pesan dari orang kepercayaannya itu.Christian melambaikan tangan pada Eric, menyuruh pria itu mendekat."Tolong kamu handle rapat ini sampai aku kembali, jika aku terlalu lama kamu boleh mengakhirinya, aku akan keluar sebentar.""Baik, Pak.Sebelum berdiri, Christian menginterupsi dengan menaikkan tangannya, setelah semua peserta rapat mengarahkan pandangan padanya, pria itu berpamitan."Silakan kalian lanjutkan rapat ini bersama Pak Eric dan Pak Reezal, saya akan menelpon sebentar."Semua peserta rapat mau tak mau harus setuju, tapi mereka memandang remeh pada Eric yang baru saja mendapat jabatan, terlebih pria itu tidak memiliki riwayat bekerja di perusahaan itu sebelumnya.Dengan tenang Christian kembali ke ruangannya, begitu menutup pintu pria itu langsung menghubungi David.“Halo, David.”“Ya, Pak.”“Lindungi Alexandra, jangan sampai dia tertangkap.”“Baik, Pak.”“Atur