Betapa terkejutnya Alexandra, saat melihat Christian pulang bersama seorang wanita dalam keadaan mabuk.
"Kenapa hanya melotot, cepat bantu aku memapah Chris," ucapan wanita itu.Alexandra segera membantu wanita itu untuk memapah suaminya.Alexandra ingat siapa wanita itu, wanita yang mengucapkan selamat dengan mata berkaca-kaca saat pernikahannya dengan Christian.Dengan susah payah kedua wanita itu membaringkan Christian di ranjang."Terima kasih, Nona. Anda bisa pulang sekarang, karena malam sudah sangat larut," ucap Alexandra penuh penekanan.Wanita itu mendengus, "Kamu berani mengusirku? Kamu tak tahu siapa aku?""Siapapun Anda, tidak pantas seorang wanita berada di tempat seorang pria di malam hari, terlebih pria beristri," ucap Alexandra.Wanita itu menghentakkan kaki, "Aku akan membuat perhitungan denganmu." Wanita itu berlalu meninggalkan kamar Christian dengan terus memaki tak jelas.Alexandra melepas sepasang sepatu yang dikenakan oleh, Christian. Kemudian menarik selimut untuk menutup tubuh suaminya. Tapi, tangan Christian mencekal tangan Alexandra dan menariknya ke dalam pelukannya."Temani aku malam ini," racau Christian tak jelas.Tercium bau alkohol dan rokok yang menyengat dari tubuh Christian."Tuan, tolong lepaskan saya." Tak ada pergerakan dari Christian.Posisinya yang berada dalam dekapan Christian membuat jantung Alexandra berdetak lebih kencang. Alexandra berniat menunggu sampai pelukan itu melonggar, karena rasanya percuma dia sudah mencoba melepaskan diri namun tak berhasil, membuang-buang tenaga.Siapa sangka dia justru ikut terlelap dalam pelukan Christian, yang terasa sangat nyaman.Entah berapa jam Alexandra tertidur, hingga dia terbangun dengan posisi yang masih sama.Alexandra menatap lekat wajah tenang Christian yang masih tertidur lelap.Alexandra menyentuh rahang kokoh tersebut, tapi tangannya terhenti, khawatir pria keturunan Jerman itu terbangun.Alexandra mengangkat pelan tangannya. Tiba-tiba Christian meraih tangan Alexandra. Jantung Alexandra berdetak kencang, dia tertangkap basah."Siapa yang menyuruhmu memegang wajah tampanku?" Meski Christian berucap masih dengan keadaan menutup mata, mampu membuat Alexandra kelimpungan.Mendadak hawa dingin menyeruak, melebihi pendingin ruangan, saat mata Christian terbuka dan mengunci pandangan Alexandra.'Bagaimana ini?' tanya Alexandra dalam hati."Ma-maafkan saya, Tuan.""Kamu sengaja menggodaku, hah?" hardik Christian.Matanya yang baru saja terbuka itu bagai elang, menatap tajam pada Alexandra.Alexandra berusaha untuk bangkit. Christian justru mencekal kedua tangannya dan menguncinya di atas kasur."Maafkan saya, Tuan. Tolong lepaskan!"Christian menyeringai.Karena pengaruh alkohol yang masih menyandera sebagian kesadaran jiwanya, Christian mendekatkan wajahnya, lalu mencium Alexandra tanpa permisi.Alexandra membulatkan mata sempurna, tubuhnya mendadak seperti papan kayu–kaku. Jantungnya berdetak tak karuan.Ciuman pertama seorang Alexandra Davendra telah dirampas oleh Christian Hoover suaminya sendiri.Setelah tersadar dari keterpakuannya, Alexandra mendorong tubuh suaminya. Tapi, justru membuat Christian merasa semakin tertantang. Christian semakin rakus meraup bibir ranum istrinya. Alexandra terus memukul dada bidang suaminya, berharap pria itu tersadar.Christian menghentikan aktivitasnya, memberi Alexandra ruang untuk bernafas. Alexandra masih terpaku menatap wajah blasteran suaminya.Christian menyeringai, lalu berkata, "Itu hukuman untukmu karena sudah memasuki daerah teritorialku!"Air mata Alexandra luruh tanpa aba-aba. Bukan karena kehilangan ciuman pertama yang tak seperti bayangannya. Melainkan karena teringat ada wanita lain yang bersama suaminya semalam, tapi sekarang pria itu dengan sesuka hati menciumnya tanpa perasaan.Melihat Alexandra yang menangis membuat Christian panik."Kenapa menangis, bukankah itu yang kamu mau sejak kemarin?" Seketika Alexandra memukul tubuh suaminya dengan bantal."Pria mesum! Kamu sudah mengambil ciuman pertamaku," oceh Alexandra.Christian menganga, 'Ciuman pertama? Memang apa pentingnya itu?' batinnya."Setelah bersenang-senang dengan wanita lain, sekarang kamu menciumku, dasar pria tak bermoral," racau Alexandra, lalu mengakhiri pukulannya.Gegas Alexandra turun dari ranjang, berjalan keluar dari kamar itu sembari mengusap air matanya dan menggerutu tidak jelas."Wanita lain?" Christian tidak ingat jika semalam yang mengantarnya pulang adalah Erinna.Christian tak sengaja bertemu dengan Erinna di sebuah bar. Dia baru saja menjamu klien, mungkin karena tubuhnya sudah lelah akibat acara pernikahan akhirnya Christian hangover.Setelah membersihkan diri, Alexandra kembali keluar dari kamarnya, menuju dapur. Alexandra lupa jika dia tak memiliki uang sepeserpun. Dia membuka ponsel pintarnya, mengecek apakah ada sisa-sisa uang yang tersisa di rekeningnya.Semalam Alexandra tak berani belanja menggunakan kartu debit khawatir jika tak ada saldo dalam rekeningnya.Alexandra menutup mulutnya yang menganga, terkejut dengan angka yang tertera di dalam rekeningnya."Dua puluh juta?" gumam Alexandra.Alexandra memeriksa mutasi masuk, uang tersebut dikirim oleh Christian Hoove–suaminya."Uang apa ini?"Tak ingin ambil pusing, Alexandra melihat uang miliknya sendiri, masih ada dua ratus ribu. Bergegas dia menuju minimarket untuk membeli roti gandum, selai, keju, dan margarin.Alexandra ingat, pelayan pernah mengatakan, Christian menyukai susu plain. Dia pun mengambil susu UHT literan.Alexandra masuk ke dalam bertepatan dengan Christian yang keluar dari kamarnya."Tuan mau berangkat ke kantor? Saya siapkan makanan sebentar," ucapan Alexandra.Gadis itu bergegas menyiapkan roti gandum dan selai lalu membawanya dengan nampan menuju meja makan. Tak lupa air putih."Minum air putih dalam jumlah banyak bisa meredakan mabuk." Ucap Alexandra seraya meletakkan segelas air putih di depan Christian.Pria itu langsung meminumnya hingga tandas."Aku sudah minum obat pereda mabuk," kata Christian. Alexandra mengangguk."Mau susu, teh hangat atau kopi?" tanya Alexandra."Susu," jawab Christian datar. Pria itu sudah duduk di kursinya.Alexandra bergegas menuangkan susu yang baru saja dibelinya. Christian melirik sekilas, merk dan rasa yang biasa dia minum."Mau selai kacang atau strawberry? Atau mau aku buatkan telur mata sapi sebentar?"Christian melihat ke arah Alexandra, gadis itu tertunduk.'Apa bertanya adalah hal yang salah? Kenapa melihatku seperti itu?' monolog Alexandra dalam hati."Duduklah," titah Christian.Sejak tadi Alexandra melayaninya dalam keadaan berdiri, sudah seperti seorang pelayan yang biasa melayaninya.Alexandra menarik kursi, lalu duduk di sebelah kanan Christian."Buatkan aku roti isi, dengan selai kacang, jangan lupa beri sedikit margarin," titah Christian.Di sela-sela Alexandra membuat roti isi, gadis itu bertanya pada Christian tentang uang yang masuk ke dalam rekeningnya."Itu uang jatah bulanan untukmu. Meski kita hanya menikah kontrak, aku akan menjamin kesejahteraanmu. Kurang?"Alexandra menggeleng, "Tidak, Tuan. Itu cukup banyak, terima kasih.""Silakan." Alexandra memberikan roti yang sudah terisi dengan selai kacang.Netra keduanya bertemu, namun Alexandra segera memutus kontak, dia masih kesal dengan kejadian tadi pagi. Tapi, sepertinya tak ada itikad baik dari Christian untuk meminta maaf.Alexandra kembali berbicara, "Tuan, bolehkah saya mengambil buku-buku dan beberapa barang di rumah?""Ambillah, nanti David akan menemani dan membantumu."Meski awalnya bersikeras untuk pulang sendiri, Alexandra akhirnya menyerah, jika alasannya adalah demi keselamatannya."Ini." Christian memberikan kartu debit berwarna hitam."Untuk apa ini, Tuan?"Gagal sudah rencana Alexandra untuk pulang ke rumahnya dan juga berpesta bersama Fiona. Terlihat jelas dalam guratan wajah wanita itu jika saat ini dia sedang kesal.“Apa seperti itu wajah yang seharusnya kamu tunjukkan pada suamimu setelah lima tahun tidak bertemu!” protes Christian. Alexandra hanya diam dan melirik pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.Pria itu sibuk menyiapkan minuman di dalam Limousine mewahnya.Tak ubahnya dengan sang ibu, Aldrich pun berwajah tak bersahabat, tangannya menyilang di dada dan menatap ayahnya dengan tajam sama persis seperti Christian.Kini Aldrich ingat jika pria tampan berwajah tegas itu adalah pria sukses yang ada di televisi, yang membuat ibunya bahkan tidak berkedip memandangnya, namun ketika di dalam kesunyian ibunya menangis karena teringat dengan pria itu.Pria itu juga yang fotonya berada dalam dompet kesayangan ibunya. Aldrich tahu karena pernah sengaja mencari tahu tentang ayahnya.Alexandra bukan tak pernah memberi tahu se
Lima tahun kemudian. Alexandra dapat melewati waktu lima tahun ini hidup bertiga dengan ayah dan juga anaknya. Pria kecil yang tampan, lincah, dan juga cerdas itu dia beri nama Aldrich Tian. Aldrich yang artinya laki-laki bangsawan yang berkarakter dan berbudi luhur, sedangkan Tian diambil dari penggalan nama ayahnya, Christian. Lima tahun yang lalu Alexandra dan ayahnya memutuskan untuk meninggalkan kota itu dan memilih menetap di kota tanah kelahiran sang ayah. Meninggalkan semua kenangan pahit yang pernah mereka lalui, memulai hidup baru dan juga bisnis baru di tempat tinggal yang baru. Lima tahun berlalu Alexandra dan Aldrich baru saja menginjakkan kaki di tanah kelahirannya lagi. Alexandra akan menghadiri sebuah pertemuan besar dalam dunia bisnis, perusahaannya masuk dalam undangan khusus di acara tersebut. “Jadi ini kota kelahiranmu, Ma? Lebih semrawut dari dugaanku,” kata Aldrich. Alexandra membulatkan mata. “Kamu berkomentar terlalu pedas Al, jangan sampai orang l
Alexandra akhirnya membuka suara dengan sebuah pertanyaan.Christian tersenyum samar mendengar pertanyaan dari istrinya itu.“Kita bahas itu besok saja, kita tidak perlu buru-buru. Silakan kamu coba susu almond buatanku, kalau enak aku akan rajin buatkan untukmu.”Alexandra menghela nafas pelan, kemudian mengambil gelas yang berisi susu almond itu. Aromanya sungguh menggoda.Alexandra menyeruput susu tersebut, rasanya sangat segar berbeda dengan susu hamil pada umumnya yang membuat eneg.Sedangkan Christian menatap Alexandra dengan antusias menunggu wanita itu berkomentar.“Bagaimana rasanya?”“Enak,” jawab Alexandra singkat.“Kamu suka?” Alexandra hanya mengangguk dengan senyuman setipis tisu.“Baiklah aku akan rajin membuatkannya untuk,” seru Christian.Alexandra tersenyum tipis kemudian kembali meminum susu itu lagi.“Setelah ini kita makan malam, aku sudah buatkan sup salmon untukmu.”Mereka menikmati makan malam bersama dengan menu spesial buatan Christian.Bagaimana Alexandra ti
Seraya menggiring Alexandra ke mobil, Christian menghubungi seseorang.“Dave, berhentilah bermain-main, dia sudah bersamaku sekarang!” titah Christian.“Tanggung, Tuan. Aku ingin sedikit membuatnya tergores,” balas Dave.“Terserah kamu saja!” Christian langsung memutus panggilan tersebut.Di dalam mobil mewah itu begitu sunyi, baik Alexandra maupun Christian tak ada yang membuka suara.Alexandra tidak tahu akan dibawa ke mana yang dia tahu jalan itu tidak menuju ke apartemen Christian.Sedangkan Christian mati-matian menahan diri agar tidak kelepasan, dia ingin sekali memeluk Alexandra, mengucapkan kata rindu, mengecup bibirnya, dan juga menyapa janin dalam kandungan Alexandra, tapi egonya masih begitu tinggi.Setelah melewati perjalanan yang cukup memakan waktu, mereka akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua yang berada di dekat pantai.Saat keluar dari mobil Alexandra bisa mencium aroma pantai yang khas. Alexandra menghentikan langkah kemudian menghirup dalam-dalam udara d
David menyeringai, dengan sigap dia menghalau tangan Dave, sebuah tembakan melayang entah ke mana.Doorrr!!!Buuugghhh!!!Satu sikutan keras menghujam tepat perut Dave. “Uugghhh!!!”David langsung mengambil alih senjata itu dari tangan Dave.Dave memang ahli dengan senjata api, tapi tak setangkas David dengan tangan kosongnya.“Jangan membuat keributan, Dave. Aku sedang tidak ingin meladenimu!” David mengulang kalimatnya memberi penegasan.Dave meringis, serangan David ternyata cukup kuat, beberapa saat kemudian Dave menegakkan tubuhnya dan bertepuk tangan pelan.“Hebat! Kecepatanmu memang tidak ada tandingannya!” puji Dave.“Ayo kita sedikit bermain-main, aku sudah menantikan pertarungan ini sejak lama!” ungkap Dave.“Tidak denganku, Dave! Aku tidak memiliki banyak waktu,” David langsung masuk ke dalam mobil dan memacu kendaraannya menuju ke rumahnya.Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak, David merasa Dave datang hanya ingin mengulur waktunya saja. Dalam perjalanan David
David masuk ke dalam ruang rawat inap Alexandra dengan membawa makanan kesukaan Alexandra seperti biasanya.“Aku ada kabar gembira untukmu!” Ucap David pada Alexandra.“Apa itu?”“Jika sore ini hasil pemeriksaanmu bagus semua, dini hari kita bisa keluar dari sini.”“Benarkah?” tanya Alexandra dengan wajah semringah.“Tentu saja, aku tidak pernah berbohong padamu. Tapi….” David menjeda ucapannya.“Tapi apa?”“Tapi aku butuh tahu persiapanmu.”“Persiapan?” tanya Alexandra bingung.“Iya, persiapan. Cepat atau lambat Christian pasti akan menemukan kita. Aku ingin kamu juga bersiap secara fisik dan mental jika tiba-tiba dia menemukan kita, terutama kamu. Aku sendiri tidak yakin akan bisa melindungimu sepenuhnya kali ini,” jujur David.David sendiri juga sedang mempersiapkan diri andai saja Christian melakukan serangan. “Iya, aku sudah mempersiapkan diri, David. Kamu tak perlu khawatir. Justru aku mengkhawatirkanmu, dia orang yang tidak memiliki hati, aku takut gara-gara aku, kamu send