Share

Bab 4 Ciuman Pertama

Betapa terkejutnya Alexandra, saat melihat Christian pulang bersama seorang wanita dalam keadaan mabuk. 

"Kenapa hanya melotot, cepat bantu aku memapah Chris," ucapan wanita itu.

Alexandra segera membantu wanita itu untuk memapah suaminya.

Alexandra ingat siapa wanita itu, wanita yang mengucapkan selamat dengan mata berkaca-kaca saat pernikahannya dengan Christian.

Dengan susah payah kedua wanita itu membaringkan Christian di ranjang.

"Terima kasih, Nona. Anda bisa pulang sekarang, karena malam sudah sangat larut," ucap Alexandra penuh penekanan.

Wanita itu mendengus, "Kamu berani mengusirku? Kamu tak tahu siapa aku?"

"Siapapun Anda, tidak pantas seorang wanita berada di tempat seorang pria di malam hari, terlebih pria beristri," ucap Alexandra.

Wanita itu menghentakkan kaki, "Aku akan membuat perhitungan denganmu." 

Wanita itu berlalu meninggalkan kamar Christian dengan terus memaki tak jelas.

Alexandra melepas sepasang sepatu yang dikenakan oleh, Christian. Kemudian menarik selimut untuk menutup tubuh suaminya. Tapi, tangan Christian mencekal tangan Alexandra dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Temani aku malam ini," racau Christian tak jelas.

Tercium bau alkohol dan rokok yang menyengat dari tubuh Christian.

"Tuan, tolong lepaskan saya." Tak ada pergerakan dari Christian.

Posisinya yang berada dalam dekapan Christian membuat jantung Alexandra berdetak lebih kencang. 

Alexandra berniat menunggu sampai pelukan itu melonggar, karena rasanya percuma dia sudah mencoba melepaskan diri namun tak berhasil, membuang-buang tenaga.

Siapa sangka dia justru ikut terlelap dalam pelukan Christian, yang terasa sangat nyaman.

Entah berapa jam Alexandra tertidur, hingga dia terbangun dengan posisi yang masih sama.

Alexandra menatap lekat wajah tenang Christian yang masih tertidur lelap.

Alexandra menyentuh rahang kokoh tersebut, tapi tangannya terhenti, khawatir pria keturunan Jerman itu terbangun.

Alexandra mengangkat pelan tangannya. Tiba-tiba Christian meraih tangan Alexandra. 

Jantung Alexandra berdetak kencang, dia tertangkap basah.

"Siapa yang menyuruhmu memegang wajah tampanku?" 

Meski Christian berucap masih dengan keadaan menutup mata, mampu membuat Alexandra kelimpungan.

Mendadak hawa dingin menyeruak, melebihi pendingin ruangan, saat mata Christian terbuka dan mengunci pandangan Alexandra.

'Bagaimana ini?' tanya Alexandra dalam hati.

"Ma-maafkan saya, Tuan."

"Kamu sengaja menggodaku, hah?" hardik Christian.

Matanya yang baru saja terbuka itu bagai elang, menatap tajam pada Alexandra.

Alexandra berusaha untuk bangkit. Christian justru mencekal kedua tangannya dan menguncinya di atas kasur.

"Maafkan saya, Tuan. Tolong lepaskan!"

Christian menyeringai.

Karena pengaruh alkohol yang masih menyandera sebagian kesadaran jiwanya, Christian mendekatkan wajahnya, lalu mencium Alexandra tanpa permisi.

Alexandra membulatkan mata sempurna, tubuhnya mendadak seperti papan kayu–kaku. Jantungnya berdetak tak karuan.

Ciuman pertama seorang Alexandra Davendra telah dirampas oleh Christian Hoover suaminya sendiri.

Setelah tersadar dari keterpakuannya, Alexandra mendorong tubuh suaminya. Tapi, justru membuat Christian merasa semakin tertantang. Christian semakin rakus meraup bibir ranum istrinya. 

Alexandra terus memukul dada bidang suaminya, berharap pria itu tersadar.

Christian menghentikan aktivitasnya, memberi Alexandra ruang untuk bernafas. 

Alexandra masih terpaku menatap wajah blasteran suaminya.

Christian menyeringai, lalu berkata, "Itu hukuman untukmu karena sudah memasuki daerah teritorialku!"

Air mata Alexandra luruh tanpa aba-aba. Bukan karena kehilangan ciuman pertama yang tak seperti bayangannya. Melainkan karena teringat ada wanita lain yang bersama suaminya semalam, tapi sekarang pria itu dengan sesuka hati menciumnya tanpa perasaan.

Melihat Alexandra yang menangis membuat Christian panik.

"Kenapa menangis, bukankah itu yang kamu mau sejak kemarin?" 

Seketika Alexandra memukul tubuh suaminya dengan bantal.

"Pria mesum! Kamu sudah mengambil ciuman pertamaku," oceh Alexandra.

Christian menganga, 'Ciuman pertama? Memang apa pentingnya itu?' batinnya.

"Setelah bersenang-senang dengan wanita lain, sekarang kamu menciumku, dasar pria tak bermoral," racau Alexandra, lalu mengakhiri pukulannya.

Gegas Alexandra turun dari ranjang, berjalan keluar dari kamar itu sembari mengusap air matanya dan menggerutu tidak jelas.

"Wanita lain?" 

Christian tidak ingat jika semalam yang mengantarnya pulang adalah Erinna.

Christian tak sengaja bertemu dengan Erinna di sebuah bar. Dia baru saja menjamu klien, mungkin karena tubuhnya sudah lelah akibat acara pernikahan akhirnya Christian hangover.

Setelah membersihkan diri, Alexandra kembali keluar dari kamarnya, menuju dapur. 

Alexandra lupa jika dia tak memiliki uang sepeserpun. Dia membuka ponsel pintarnya, mengecek apakah ada sisa-sisa uang yang tersisa di rekeningnya.

Semalam Alexandra tak berani belanja menggunakan kartu debit khawatir jika tak ada saldo dalam rekeningnya.

Alexandra menutup mulutnya yang menganga, terkejut dengan angka yang tertera di dalam rekeningnya.

"Dua puluh juta?" gumam Alexandra.

Alexandra memeriksa mutasi masuk, uang tersebut dikirim oleh Christian Hoove–suaminya.

"Uang apa ini?"

Tak ingin ambil pusing, Alexandra melihat uang miliknya sendiri, masih ada dua ratus ribu. Bergegas dia menuju minimarket untuk membeli roti gandum, selai, keju, dan margarin.

Alexandra ingat, pelayan pernah mengatakan, Christian menyukai susu plain. Dia pun mengambil susu UHT literan.

Alexandra masuk ke dalam bertepatan dengan Christian yang keluar dari kamarnya.

"Tuan mau berangkat ke kantor? Saya siapkan makanan sebentar," ucapan Alexandra.

Gadis itu bergegas menyiapkan roti gandum dan selai lalu membawanya dengan nampan menuju meja makan. Tak lupa air putih.

"Minum air putih dalam jumlah banyak bisa meredakan mabuk." Ucap Alexandra seraya meletakkan segelas air putih di depan Christian.

Pria itu langsung meminumnya hingga tandas.

"Aku sudah minum obat pereda mabuk," kata Christian. Alexandra mengangguk.

"Mau susu, teh hangat atau kopi?" tanya Alexandra.

"Susu," jawab Christian datar. Pria itu sudah duduk di kursinya.

Alexandra bergegas menuangkan susu yang baru saja dibelinya. Christian melirik sekilas, merk dan rasa yang biasa dia minum.

"Mau selai kacang atau strawberry? Atau mau aku buatkan telur mata sapi sebentar?"

Christian melihat ke arah Alexandra, gadis itu tertunduk.

'Apa bertanya adalah hal yang salah? Kenapa melihatku seperti itu?' monolog Alexandra dalam hati.

"Duduklah," titah Christian.

Sejak tadi Alexandra melayaninya dalam keadaan berdiri, sudah seperti seorang pelayan yang biasa melayaninya.

Alexandra menarik kursi, lalu duduk di sebelah kanan Christian.

"Buatkan aku roti isi, dengan selai kacang, jangan lupa beri sedikit margarin," titah Christian.

Di sela-sela Alexandra membuat roti isi, gadis itu bertanya pada Christian tentang uang yang masuk ke dalam rekeningnya.

"Itu uang jatah bulanan untukmu. Meski kita hanya menikah kontrak, aku akan menjamin kesejahteraanmu. Kurang?"

Alexandra menggeleng, "Tidak, Tuan. Itu cukup banyak, terima kasih."

"Silakan." Alexandra memberikan roti yang sudah terisi dengan selai kacang.

Netra keduanya bertemu, namun Alexandra segera memutus kontak, dia masih kesal dengan kejadian tadi pagi. Tapi, sepertinya tak ada itikad baik dari Christian untuk meminta maaf.

Alexandra kembali berbicara, "Tuan, bolehkah saya mengambil buku-buku dan beberapa barang di rumah?"

"Ambillah, nanti David akan menemani dan membantumu."

Meski awalnya bersikeras untuk pulang sendiri, Alexandra akhirnya menyerah, jika alasannya adalah demi keselamatannya.

"Ini." Christian memberikan kartu debit berwarna hitam.

"Untuk apa ini, Tuan?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status