Share

Bab 3 Kecupan Pertama

Setelah acara resepsi selesai Christian membawa kembali Alexandra ke apartemen mewahnya.

Cristian melempar tuxedo yang baru saja dia lepas ke sembarangan tempat, lalu mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu, kakinya terasa sangat pegal karena terlalu lama berdiri.

Tanpa berkata-kata, Alexandra juga turut mendudukkan bobotnya di sofa yang berseberangan dengan Christian.

"Meski kita sudah menikah, kita akan tetap menggunakan kamar yang berbeda," ujar Christian.

"Baik, Tuan."

Christian berdiri, sebelum melangkahkan kaki dia kembali berkata, "Jangan berani memasuki wilayah teritorialku!" Alexandra mengangguk.

Alexandra pun masuk ke dalam kamarnya. Alexandra memandang dirinya di pantulan cermin meja rias, meratapi nasib menjadi istri jaminan hutang.

Angan-angan akan pernikahan impiannya pun sirna dalam sekejap. Jangankan menikah dengan orang yang dia cintai, dia justru seperti istri yang tak dianggap.

Alexandra menghela nafas panjang untuk mengisi rongga dadanya yang sesak dengan oksigen. Perlahan dia menghapus make up yang seharian ini membuatnya bak menjadi ratu kerajaan.

"Aduh. Kenapa sulit sekali."

Alexandra mencoba membuka resleting gaun pernikahannya, namun sepertinya benda itu macet, entah tersangkut.

Dengan ragu-ragu, dia mendatangi kamar Christian.

"Benar ini kamarnya, 'kan?" gumam Alexandra.

Satu, dua, tiga, Alexandra mengetuk pintu setelah menarik nafas dan juga menghitung dalam hati.

"Ada apa?" tanya Christian dengan ketus.

Alexandra tak mampu memandang wajah Christian, dia menunduk dan menganyam jemarinya karena takut.

"Maaf, Tuan. Boleh saya minta tolong? Saya kesulitan membuka resleting gaun ini, tolong bantu saya untuk membukanya," ucap Alexandra.

"Menyusahkan sekali," kesal Christian.

Alexandra bergeming.

"Tunggu apa lagi? Kamu ingin aku membukanya di sini?" ketus Christian.

"Baiklah kalau begitu," imbuh Christian.

Alexandra menyilangkan tangan menutupi dada seraya berkata, "Tidak, Tuan."

Bergegas gadis berusia 21 tahun itu memasuki kamarnya, disusul Christian yang menutup pintu kamar itu.

Alexandra menyibakkan rambut panjangnya yang telah berhasil dilepas dari gelungannya. Gadis itu seperti mengabaikan jika Christian adalah seorang pria dewasa.

Terlihat jelas tengkuk Alexandra, membuat Christian dengan susah payah menelan salivanya.

Perlahan Christian menurunkan resleting gaun istrinya, sayangnya resleting itu memang sedikit macet, dia menambah sedikit tenaga untuk membukanya, alhasil bahu atas dan punggung Alexandra terekspos sempurna.

Ada gelayar aneh dalam diri Christian yang mendorongnya untuk mendekat, lalu tanpa permisi mengecup bahu Alexandra.

Mendapat serangan yang mendadak, reflek Alexandra memutar tubuhnya, menghadap ke arah Christian.

Siapa sangka gaun itu terinjak kakinya sendiri, menyebabkan keseimbangan tubuh Alexandra goyah. Tanpa sengaja dia mendorong tubuh Christian. Keduanya terjatuh ke atas ranjang dengan posisi Alexandra berada di atas tubuh Christian.

Alexandra yang panik berusaha berdiri dengan memegang gaunya di bagian dada.

"Ma-afkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja."

Christian justru menarik tubuh Alexandra, dalam hitungan detik gadis itu sudah berada di bawah kungkungannya.

"Dasar gadis tengil, kamu mencoba menggodaku, hah?"

Christian menatap Alexandra, perlahan tapi pasti pria itu mendekatkan wajahnya pada Alexandra.

Bagai terhipnotis oleh pesona Christian, Alexandra memejamkan matanya.

Christian tersenyum tipis melihat Alexandra yang memejamkan matanya.

Satu detik, dua detik, tiga detik, tak juga Alexandra merasakan sentuhan di bibirnya.

Hingga akhirnya Alexandra membuka mata, Christian menyeringai lalu menoyor keningnya.

"Apa yang kamu pikirkan? Dasar bocah tengil." Christian berdiri dari posisinya.

"Lihatlah, bahkan dadamu saja tak sampai setengah dari genggamanku." Reflek Alexandra menutupi dadanya, gaun yang dia kenakan memang sedikit melorot.

Christian menyeringai, lalu meninggalkan Alexandra yang ingin memuntahkan sumpah serapah karena telah mengomentari aset berharganya.

"Tuan Christian!" pekik Gadis itu tepat setelah Christian menutup pintu kamarnya.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kamu mikir apa, Alexa."

Alexandra merutuki kebodohannya seraya memukul-mukul kepalanya. Dia menyesali kepercayaan dirinya bahwa Christian akan menciumnya.

"Sungguh memalukan!" Alexandra memaki dirinya sendiri, menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Sedangkan di luar kamar, senyum Christian terbit walau hanya selebar bulan sabit di awal bulan.

"Ada apa, Tuan? Sepertinya tadi Nyonya Alexandra berteriak."

Christian yang terkejut, segera menetralkan ekspresinya.

"Tidak ada. Sejak kapan kamu mengurusi urusan pribadi wanita itu?" sindir Christian.

"Tolong kamu selidiki hubungan Alexa dengan ibu dan kakak tirinya, jangan sampai ada yang terlewatkan," imbuh Christian sebelum Alvin bisa berkata-kata.

"Baik, Tuan."

Christian melihat ada yang tak biasa dari interaksi Astari pada istrinya.

Matahari telah menyembunyikan sinarnya, cacing-cacing di perut Alexandra berdemo meminta haknya.

Alexandra keluar dari kamarnya, menarik nafas sebelum mengetuk pintu suaminya.

"Ada apa lagi?" suara Christian terdengar dingin.

Pria itu terlihat sangat rapi dan wangi, pakaian casual menunjukkan jika dia akan bepergian.

"Aku ingin memasak untuk makan malam, apakah ada yang ingin Tuan makan?" Alexandra bertanya dengan ragu-ragu.

"Kamu makan sendiri saja, tak perlu mengurusiku, bukankah sudah jelas di dalam kontrak, kamu tak perlu melayaniku."

Christian hendak menutup pintu, namun Alexandra kembali berkata, "Tuan Christian mau pergi kemana?" tanya Alexandra.

"Bukan urusanmu!"

"Tapi, Tuan …," suara Alexandra tercekat saat melihat Christian membuka mulut.

Pria itu ingin memaki tapi urung, karena Alexandra terlihat sangat ketakutan.

"Haasss, kamu membuatku kesal saja." Christian menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring.

Alexandra berjalan menuju dapur, membuka kulkas. Melihat isi kulkas yang seperti hatinya–kosong–membuat Alexandra menghela nafas berat.

Tak berselang lama, Christian keluar dari kamarnya. Tak mengatakan sepatah katapun pada istrinya, dia berjalan menuju pintu.

"Tuan!" Alexandra berjalan mendekati suaminya.

"Anda nanti pulang pukul berapa?" tanya Alexandra

Christian melirik istrinya, "Untuk apa kamu bertanya? Itu bukan urusanmu," ketusnya.

Alexandra menunduk seraya bergumam kata maaf.

Tak ingin berlama-lama, Christian segera mengenakan sepatu ketsnya dan keluar dari apartemen itu.

Alexandra menghela nafas, mengurai sesak di dalam dadanya. Dia mengingatkan diri sendiri untuk sadar posisi.

Tak ingin berlarut-larut, Alexandra masuk ke dalam kamar mengambil ponsel dan kartu ATM, dia tak mempunyai uang cash.

"Semoga masih ada uang tersisa di rekening," gumam Alexandra.

Alexandra berjalan menuju minimarket terdekat, sayangnya tak ada mesin ATM di minimarket itu.

Alexandra merogoh kantong celananya, dia menarik nafas lega, setidaknya dia bisa membeli mie instan dengan uang lima belas ribu.

Dalam keheningan, Alexandra menikmati makan malamnya. Suasana yang tak jauh berbeda di rumahnya, makan dalam kesendirian. Jika ayahnya tak ada, Alexandra tak diizinkan makan bersama dengan ibu dan kakak tirinya.

Sepi!

Di apartemen sebesar itu hanya ada dirinya. Tak ingin larut dalam kesendirian, Alexandra bergegas membersihkan meja makan, mencuci bersih piring kotor.

Untuk mengusir kebosanan sembari menunggu suaminya pulang, Alexandra menuju ke ruang tengah, ada televisi berukuran sangat besar di sana.

Alexandra menyalakan televisi lalu memilih channel yang menurutnya menarik.

Alexandra melihat jam di ponsel pintarnya, pukul 23.00, tapi tak ada tanda-tanda suaminya akan pulang.

Alexandra masih setia menunggu kepulangan suaminya hingga dia tertidur di sofa.

Terdengar suara bel apartemen berbunyi, Alexandra segera membangunkan tubuhnya dan membukakan pintu.

"Tuan Christian!" Alexandra sedikit panik melihat kondisi suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status