Share

3.Dipaksa Menikah

Catalina yang mendengar itu terkejut, dia langsung diseret keluar dari kantor lurah. Meskipun dia berteriak dan memohon. Pak Kades meminta maaf kepada Leonel atas perilaku Catalina yang buruk.

“Pak, ini dokumen tanahnya yang Bapak minta,” kata Pak kades.

Leonel melihatnya sekilas dan memberikannya langsung kepada Thomas.

“Saya ingin tanah itu juga. Karena tanah itu strategis dengan perumahan yang sedang saya bangun,” kata Leonel.

“Pak, mengenai rumah Bu Catalina, apa Anda ingin menggusurnya juga?” tanya Pak kades.

Leonel menatap dingin Pak kades dengan senyuman miring, dia tidak menjawabnya.

“Tuan kami tidak butuh rumah itu. Beliau hanya ingin memberikan pelajaran,” kata Thomas.

Pak kades hanya mangut-mangut saja. 

Leonel melihat pesan dari mamanya.

[Mama sudah mengatur kencan buta untukmu besok malam. Jangan sampai tidak datang, jika kamu menolak pergi, Mama akan mogok makan dan minum obat!]

Leonel yang melihat pesan itu, tiba-tiba mendadak sakit kepala dan menghela napas.

***

Erica baru saja closing restoran. Saat ini dia berada di loker baru saja selesai berganti pakaian, dilihatnya obrolan grup SMA nya membuatnya terbelalak.

[Eh, dengar-dengar Kenzo mau tunangan. Tapi, katanya enggak sama Erica melainkan dengan gadis lulusan luar negeri. Katanya sih, bulan depan.]

Erica menyematkan grup obrolan itu dan tidak ingin melihatnya lagi.

“Ri, kamu baik-baik saja?” tanya Nuna teman kerjanya.

Erica hanya tersenyum, lalu pergi menjauh dari restoran. Dia berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana.

Erica menatap ponselnya dan menghapus jejak kenangan di ponselnya bersama Kenzo. Erica juga menghapus kontak Kenzo dari ponselnya.

“Di saat orang-orang yang kamu sayang pergi satu persatu, Erica, kamu harus ingat kalau Tuhan tidak pernah meninggalkanmu. Aku berjanji suatu hari nanti, aku pasti menjadi orang besar, wanita hebat. Aku pasti bisa merubah nasib!” Monolognya.

Sesampainya di rumah, Erica melihat bibinya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan wajah suram. Dengan gagang sapu di tangannya, Erica menghampiri dengan wajah menunduk.

“Jam berapa ini, baru pulang, cepat masuk!” bentak bibinya ketus.

“Maaf, Bibi. Tadi sedikit terlambat.”

“Erica, sebaiknya kamu tidak usah bekerja lagi deh, hidup juga masih numpang sama keluargaku. Berangkat pagi, pulang malam. Pusing aku dengar mulut tetangga tiap hari membicarakanmu terus-menerus!” seru Bibi kesal.

Erica terdiam dengan wajah yang masih menunduk. Sedangkan di balik pintu kamar, adik lelakinya sedang mengintip dengan mata berkaca-kaca.

“Bibi, Erica, kan kuliah. Setelah kuliah, Erica pergi kerja. Bibi juga tahu itu. Bibi jangan dengerin omongan tetangga,” ucap Erica dengan nada pelan.

Bibi semakin geram dan memukul punggung Erica cukup keras, membuatnya merintih menahan sakit.

“Ck! Sudahlah, dari pada capek-capek kerja mendingan kamu menikah saja. Duitnya tidak seberapa. Apa-apa masih ditanggung suamiku!” dengus Bibi semakin geram.

Hati Erica sakit, dia berusaha sabar menghadapi sikap bibinya. 

Tidak hanya itu, perkataan bibinya membuat Erica terkejut setengah mati.

“Mulai besok kamu berhenti kerja,kuliah. Aku sudah mendapatkan lelaki matang untukmu. Kamu menikah saja, aku sudah memberitahu pamanmu, kalau kamu akan aku jodohkan!”

Mata Erica melebar mendengarnya.”Bibi, Erica tidak salah dengar, bukan?”

“Tidak. Kamu memang akan aku nikahkan, apa kamu budeg!”

Mata Erica berkaca-kaca. “Bibi, kenapa Bibi melakukan semua ini tanpa persetujuanku?” ucap Erica kesal.

Bibinya kembali memukul Erica. “Erica, tahu diri dong. Kamu ini di sini menumpang, pokoknya kamu harus menikah dengan pak bos.”

Erica menggelengkan kepala. ”Aku tidak ingin menikah. Bibi tolong jangan seenaknya begini, selama ini aku sudah menuruti apa kata Bibi. Aku masih harus kuliah, masa depanku harus cerah!” ucap Erica menatap lekat bibinya.

“Ck! Jika kamu menikah dengan pak bos, kamu bisa kuliah sampai lulus pun aku tidak peduli. Yang jelas kamu hanya beban di dalam keluargaku, uangmu yang kamu berikan kepadaku, tidak akan bisa melunasi hutangku,” ucap Catalina geram.

“Hutang?!” tanya Erica.

Catalina memegangi kedua pinggangnya dengan wajah melotot. “Ya, hutang. Dan kamu harus membalas budi pamanmu. Jika kamu menolak dijodohkan dengan pak bos, maka rumah ini akan disita! Apa kamu mau melihat keluargamu luntang-lantung tidak punya tempat tinggal?” 

Erica terkejut, dia tidak pernah tahu akan hutang keluarganya. Dia juga tidak tahu bibinya berhutang kepada rentenir mana. Erica tidak bisa membayangkan, jika dia nikahkan dengan lelaki tua yang sudah beristri.

“Tidak mau. Erica tidak mau menikah. Bibi, Erica mohon!”

Catalina sama sekali tidak menyahut dan pergi ke kamarnya. 

Saat Erica hendak mengejar bibinya, tiba-tiba muncul Siska sepupunya memarahi Erica.

“Udahlah. Terima aja jadi istri kedua si om. Tau diri dikit, deh. Lo di sini numpang. Anggap saja lo balas budi kepada orang tua gue,” sahut Siska keluar dari kamarnya.

Siska melemparkan bantal dan selimut tepat ke wajah Erica.”Malam ini, lo tidur di luar!”

Siska langsung membanting pintu. Erica menghela napas, ketika hendak melangkah, suara adiknya terdengar menghentikannya.

“Kakak,” panggil Lucio.

Erica menoleh kepada adiknya.”Kakak ingin sendiri dulu. Kamu istirahat saja.”

Erica pergi ke luar dan duduk di bawah pohon rambutan seraya mendongak langit malam. Mempertanyakan kenapa nasibnya bisa sepedih ini?

“Bu, andai ibu masih ada di sini. Erica tidak akan menderita seperti ini. Bapak sekarang sudah tidak peduli dengan kami!” ucapnya seraya menyeka air mata.

Erica memiliki mimpi menjadi seorang perempuan besar. Dia ingin mengubah hidupnya, dia ingin menjadi wanita terhormat di masa depan, dia tidak ingin hidup susah lagi.

“Aku tidak boleh menyerah, aku pasti bisa. Aku harus menjadi wanita yang kuat, tidak boleh lemah!”

Akan tetapi, sama seperti Erica yang berusaha untuk tidak menyerah, sang bibi pun tetap ingin “menjual” Erica ke sebuah pernikahan.

Mau tidak mau Erica harus melawan.

Esok harinya, Erica masih berdebat dengan bibinya sebelum pergi ngampus.

“Bibi tolong beri aku waktu sampai aku lulus kuliah. Setelah aku memiliki pekerjaan aku akan meninggalkan rumah ini.”

Catalina tersenyum miring. ”Oh, begitu … setelah kamu memiliki banyak uang jadi kamu akan lupa untuk balas budi?”

“Bukan begitu, Bi. Aku pasti akan membalas semua kebaikan Bibi di masa depan, tapi tolong Bibi jangan jodohkan aku dengan pria tua itu!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status